Dewi Amalina telah menunggu lamaran kekasihnya hampir selama 4 tahun, namun saat keluarga Arman, sang kekasih, datang melamar, calon mertuanya malah memilih adik kandungnya, Dita Amalia, untuk dijadikan menantu.
Dita, ternyata diam-diam telah lama menyukai calon kakak iparnya, sehingga dengan senang hati menerima pinangan tanpa memperdulikan perasaan Dewi, kakak yang telah bekerja keras mengusahakan kehidupan yang layak untuknya.
Seorang pemuda yang telah dianggap saudara oleh kedua kakak beradik itu, merasa prihatin akan nasib Dewi, berniat untuk menikahi Kakak yang telah dikhianati oleh kekasih serta adiknya itu.
Apakah Dewi akan menerima Maulana, atau yang akrab dipanggil Alan menjadi suaminya?
***
Kisah hanyalah khayalan othor semata tidak ada kena mengena dengan kisah nyata. Selamat mengikuti,..like dan rate ⭐⭐⭐⭐⭐, yuk.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sadar T'mora, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 27. Antagonist
Alan duduk di bangku saksi sesuai kesepakatan. Dengan wajah tampan serta balutan jas mencolok mata, tentu saja dia jadi pusat perhatian.
Ditambah lagi senyum bahagia tidak lepas dari bibir tipisnya, semakin tamu-tamu berstatus anak gadis, gatal tangan untuk mengarahkan kamera ponsel mereka. Membidik sosok Alan dengan nge-blur saksi-saksi di sampingnya yang merusak pemandangan, bahkan wanita bersuami tidak ketinggalan.
Selesai Arman melapazkan bagiannya dengan lancar, Wali Hakim menoleh ke saksi-saksi bertanya, "Sah?" Bersamaan itu pula Dita pingsan.
"Saaaaaah!"
Bukan hanya saksi-saksi, semua orang berteriak latah menyebut, sah!
Alan yang duduk lebih dekat langsung menangkap tubuh Dita yang jatuh ke belakang. "Dita," desah Alan khawatir.
Arman tak kalah khawatir langsung meraih Dita dari pelukan Alan. "Dita, Dita! Bangun sayang!" panggilnya dengan kepanikan luar biasa.
Hah, mana mungkin bisa sembuh secepat yang aku inginkan," desah Dewi yang masih sakit hati melihatnya. Dengan tegar dia segera mendekat. Adik satu-satunya yang diamanahkan orang tua mereka bertubuh lemah ditambah hubungan mereka tidak akur. "Bawa ke rumah sakit segera," ujarnya dengan suara gelisah disertai perasaan bersalah.
Kesempatan itu diambil oleh Nyonya Bagio membalas dendam pada Dewi. Aku harus melimpahkan kesalahan pada perempuan sombong ini, geramnya. "Itu semua gara-gara kamu yang mengulur waktu sehingga Dita kecapean! Sudah harus ditunda karena kamu bangun kesiangan! Masih harus menunggu kamu berdandan serta menikah terlebih dahulu! Tidak usah sok perduli sekarang!" Dia menghempas Dewi. "Enyah!"
"Semua hal normal bisa kamu lakukan, tapi adikmu lemah jantung kenapa kamu masih menyiksanya, huhuu. Menantuku, huhu.. bangun nak....huhuhu." Nyonya Bagio mengeluarkan air mata kesedihan.
Dewi yang terjengkang di tempatnya beruntung segera ditangkap oleh Alan. Meski geram ingin melempar wanita tua ini keluar, pria itu harus menahan amarahnya demi tatapan Dewi yang memohon.
Nyonya Bagio tidak perduli ketenangannya sebagai wanita berkelas dikritik orang-orang asalkan tujuannya tercapai. Dia sudah bertekad berperang dengan kedua orang ini. "Bawa wanita kesayangan kamu itu pergi! Saya muak melihat kalian!" Dia menjerit pada Alan.
Semua orang terkejut ketakutan, khawatir si Nyonya juga ikut pingsan saking histerisnya dia teriak.
Tuan Bagio mengusap-usap punggung istrinya. "Sabar, Bu. Kita dipihak yang tidak berdaya bisa apa," ujarnya dengan suara berat dan lemah mengundang rasa simpati.
Dewi yang datang terlambat karena menginap di Dragonasse bersama Alan telah menjadi bahasan para tamu sejak diumumkan nya acara diundur.
Mau tak mau mereka pun menyalahkan Dewi. Di saat-saat penting masih sempat bersenang-senang dengan pria. Meskipun dia tampan, memangnya tidak bisa menunggu sampai sah menikah.
Benar-benar memberi contoh yang buruk pada adiknya.
Memanglah dia egois.
Kasihan adiknya, kakak yang menjadi tumpuan harapan tidak menyayanginya.
No way! Dewi menahan air matanya.
Nyonya Bagio berulah di depan tamu-tamu, marahnya Dewi tidak seberapa tapi malunya tak terkira. "Alan, ayo pergi saja!" ajaknya dengan ketidaksabaran. Apapun yang terjadi pada Dita, yang penting sudah ada orang yang merawatnya sekarang. Jika orang menganggap aku antagonis, biarlah pikir Dewi gak mau diambil pusing.
Hm, Alan mendesah kemudian mengangguk. Membawa Dewi ke tempat yang tenang, di kamarnya lantai 9.
.
"Kamu berbaring saja dulu aku keluar sebentar," kata Alan setelah meletakkan Dewi di kasur.
"Mau kemana?" Dewi menatapnya ingin kejujuran.
Barusan ada yang telpon tapi karena masih rahasia, Alan tidak mau banyak cerita dulu. "Masalah pekerjaan," jawabnya.
Alan meninggalkan ruangan setelah Dewi mengangguk tak rela, dia juga memerintah Hiro memanggil Jade untuk mengawasi Dewi. "Baik," jawab Hiro. Sambil mengikuti Alan dia melakukan panggilan melalui sambungan langsung yang terpasang di telinganya.
Jade merupakan anggota Two D yang keberadaannya selalu misterius. Hanya anggota generasi pertama yang mengetahui bagaimana wajahnya, seperti Hiro dan Regar. Dia generasi ke 3 yang direkrut secara khusus sejak dia masih di sekolah Menengah. Tidak ada tim di angkatannya sehingga dia lebih akrab dengan beberapa seniornya dari angkatan pertama yang melatihnya secara khusus.
.
Dewi ditinggal sendiri di kamar yang dipesan sebelumnya untuk Alan di sebelah kamarnya. Dia coba untuk memejamkan matanya yang berkedut-kedut seperti pertanda akan melihat seseorang yang lama tidak berjumpa.
Sebagai Kakak tentu saja dia khawatir pada Dita. Tapi karena sudah biasa dia begitu, Dewi tidak terlalu mencemaskannya, ditambah ada Keluarga Arman yang perduli padanya.
"Ding dong!" Bunyi bell room.
Dengan malas Dewi membuka matanya, siapa yang tau dia ada di kamar ini? Kalau Alan, dia punya kunci pass. Tidak mungkin menekan bell lagipula dia baru saja pergi.
Dewi beranjak ke pintu, melihat layar pemantau tamu ada wajah Regar dan Yetty.
"Bu Dewi," sapa Yetty setelah Dewi membuka pintu.
"Masuklah." Dewi mempersilahkan mereka.
"Bu Yetty datang sendiri?" tanya Dewi setelah mereka duduk di sofa.
"Bersama keluarga, mereka di restoran sedang makan untuk yang ketiga kalinya." Yetty tidak menyembunyikan kerakusan anak menantunya.
Dewi balas tersenyum. "Apa masih ramai tamu di bawah?" tanyanya.
"Ramai, Bu. Tambah berjubel dipenuhi teman-teman Pak Alan," jawab Yetty agak jengkel.
Regar melirik Yetty cemberut saat teman-temannya disindir tapi tidak ada niat untuk membantah. Memang kehadiran mereka membuat undangan tak cukup memandang sekali sambil berbisik-bisik. Karena tampang mereka yang keren-keren, anak gadis yang ikut orang tua mereka undangan, bukannya takut malah kecentilan di depan anggota Two D ngajak kenalan.
Di samping Regar duduk seorang pemuda tampan usia 20-an, setelah menatap wajahnya lebih dekat, pupil mata Dewi melebar. Dengan cepat dikondisikan detak jantungnya yang berdegup kencang. Ingin bertanya nanti saja saat Yetty sudah pergi.
Dan Yetty mengerti bahwa Regar tidak akan sembarangan menemui Dewi jika bukan karena urusan penting. Tadi mereka bertemu di pintu lift sama-sama ingin bertemu Dewi jadi mereka jalan bareng. Yetty bersyukur bertemu Regar, kerena kalau tidak, dia tidak akan bertemu kerena akan mendatangi kamar sebelah yang telah ditinggalkan. "Saya membawa hadiah sebagai kenangan. Semoga Bu Dewi berkenan dan menyimpannya dengan aman," lanjutnya malu. Teringat mas kawin the Pink star Diamond, harga hadiahnya seperti sebutir pasir di pantai yang luas.
Dewi menerima kotak kado merah bergambar bunga-bunga biru yang diikat cantik dengan pita merah juga. Meskipun warnanya terang tapi tidak terlihat mencolok mata. "Terimakasih," ucapnya ditambah senyuman.
"Baiklah, Bu. Karena ada Regar saya tidak akan mengganggu lagi," pamit Yetty cepat-cepat.
Dewi mengangguk tidak menahan niatnya. "Salam buat keluarga Bu Yetty," ujarnya saat mereka berpisah di pintu.
.
"Bu Dewi, ini Jade yang akan jadi pengawal pribadi anda atas perintah Pak Alan," kata Regar setelah Dewi bergabung lagi dengan mereka di sofa.
"Oh, oke." Dewi menatap Jade santai tidak menunjukkan sikap penasarannya. "Semoga kamu betah," ujarnya.
Sikap Jade cukup percaya diri selayaknya seorang pengawal pribadi. "Saya akan melakukan yang terbaik," jawab Jade.
Dia tidak berani memandang Dewi lama-lama tapi Jade memang terpesona dengan kecantikannya. Dia berbaur dengan tamu-tamu tadi dan melihat Dewi yang berseteru dengan keluarga Arman, Jade merasa sakit di hatinya. Tanpa diminta pun dia bersedia melindungi Dewi sepenuh hati.
Dewi ingin bertanya mengenai gadis penjual keliling pada Regar, kembali dia terkejut teringat wajahnya yang mirip Jade.
_________