Hampir empat tahun menjalani rumah tangga bahagia bersama Rasya Antonio, membuat Akina merasa dunianya sempurna. Ditambah lagi, pernikahan mereka langsung dianugerahi putri kembar yang sangat cantik sekaligus menggemaskan.
Namun, fakta bahwa dirinya justru merupakan istri kedua dari Rasya, menjadi awal mula kewarasan Akina mengalami guncangan. Ternyata Akina sengaja dijadikan istri pancingan, agar Irene—istri pertama Rasya dan selama ini Akina ketahui sebagai kakak kesayangan Rasya, hamil.
Sempat berpikir itu menjadi luka terdalamnya, nyatanya kehamilan Irene membuat Rasya berubah total kepada Akina dan putri kembar mereka. Rasya bahkan tetap menceraikan Akina, meski Akina tengah berbadan dua. Hal tersebut Rasya lakukan karena Irene selalu sedih di setiap Irene ingat ada Akina dan anak-anaknya, dalam rumah tangga mereka.
Seolah Tuhan mengutuk perbuatan Rasya dan Irene, keduanya mengalami kecelakaan lalu lintas ketika Irene hamil besar. Anak yang Irene lahirkan cacat, sementara rahim Irene juga harus diangkat. Di saat itu juga akhirnya Rasya merasakan apa itu penyesalan. Rasya kembali menginginkan istri dan anak-anak yang telah ia buang.
Masalahnya, benarkah semudah itu membuat mereka mau menerima Rasya? Karena Rasya bahkan memilih menutup mata, ketika si kembar nyaris meregang nyawa, dan sangat membutuhkan darah Rasya. Bagaimana jika Akina dan anak-anaknya justru sudah menemukan pengganti Rasya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rositi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
19. Keadaan Si Kembar Dan Bukti yang Ditemukan
Meski Rasya tetap diam, dirasa Akina, alasan Rasya begitu karena tengah menahan amarah. Cara Rasya bersikap kepada Irene saja, jadi tak selembut sebelumnya. Baru saja, Rasya mendorong kursi roda Irene dengan buru-buru. Namun kali ini, Rasya sampai membuat kursi roda Irene agak terbanting. Sementara meski Irene merintih kesakitan dan sangat manja sambil menggunakan kedua tangannya untuk memegangi perutnya yang besar, kali ini Rasya tak sebucin biasanya. Rasya mengabaikan Irene dan terus mendorong kursi roda Irene dengan buru-buru.
“Kalau sudah begini, aku cuma ingin bilang, KAPOK! Aku memang jadi kasihan ke mas Rasya karena cinta gilanya ke Irene. Terlebih biar bagaimanapun, mas Rasya tetap papa dari anak-anakku. Namun, pria seperti mas Rasya memang harus hancur sehancur-hancurnya, agar dia menyadari kesalahannya!” batin Akina seiring dirinya yang diboyong masuk ke dalam lift oleh Zeedev.
Namun omong-omong Zeedev, Akina baru ingat mengenai wanti-wanti Alina. Ini mengenai Zeedev yang dikata Alina sudah memiliki calon. Hingga Akina diwanti-wanti untuk menjaga jarak dari Zeedev.
“K—Kak?”
“He'um?”
Baik Akina maupun Zeedev, sama-sama canggungnya.
“Ini Kakak beneran enggak apa-apa, bantu aku di sini? Aku takut ada salah paham loh,” ucap Akina.
“Salah paham yang bagaimana?” bingung Zeedev. Saking bingungnya, sekadar berbicara saja, Zeedev jadi hanya bisa melakukannya lirih.
“Begini,” ucap Akina bersamaan dengan pintu lift di hadapannya yang terbuka. “Aku kan ....”
“Oh, ... salah paham mengenai hubungan kita, maksudnya?” sergah Zeedev meski Akina belum selesai bicara. Namun, diamnya Akina ditambah wanita di kursi roda tersebut yang akhirnya mengangguk, dirasa Zeedev memang membenarkan anggapannya.
Di tengah dadanya yang jadi berdebar-debar, Zeedev menghela napas dalam sekaligus panjang. Ia sengaja berhenti melangkah dan membuat kursi roda Akina duduk, mengalami hal serupa. Meski gugup luar biasa, Zeedev sengaja melangkah pelan dan berhenti tepat di hadapan Akina. Pandangan Akina yang masih menunduk, menyaksikan kedua kaki panjang Zeedev yang perlahan menekuk. Zeedev jongkok di hadapannya, dan Akina jadi sangat gugup karena merasa sangat aneh dengan keadaan sekarang.
Saking gugupnya Akina maupun Zeedev, kedua sejoli itu merasa bahwa dunia mereka seolah menjadi berputar lebih lambat dari sebelumnya.
“Aku mau,” ucap Zeedev mulai bicara, tapi dari belakangnya, mommy Rere berseru memanggil Akina.
“Qilla dan Chilla siuman! Mereka nyari-nyari kamu!” sergah mommy Rere sangat antusias. Wanita baya itu sampai menghampiri Akina.
Akina yang awalnya gugup luar biasa, langsung menjadi tersenyum bahagia. “Alhamdullilah ya Allah ... Qilla dan Chilla langsung ingat aku!” lirih Akina benar-benar lega.
Zeedev yang memang turut memperjuangkan nasib si kembar meski ia tak sampai mendonorkan darahnya, juga langsung bahagia. Bergegas ia berdiri untuk memboyong pergi Akina ke depan ruang rawat anak-anak. Bahkan meski mommy Rere sudah ada di hadapan mereka, Zeedev tetap mendorong kursi roda Akina, tanpa mau membaginya ke mommy Rere.
“Mama ....”
Suara Aqilla dan Asyilla masih terdengar sangat lemah, ketika akhirnya Akina datang. Awalnya, Zeedev hanya mengintip dari pintu yang Zeedev buka sedikit. Namun karena Aqilla dan Asyilla memanggilnya, Zeedev diminta masuk oleh mommy Rere. Mommy Rere mengalah keluar. Karena memang, yang boleh masuk ke dalam ruang si kembar dibatasi.
“Oum ....”
Kepala si kembar sama-sama dihiasi perban dan nyaris semuanya terbungkus. Termasuk kedua tangannya yang sama-sama diperban, perban patah tulang. Namun, harusnya tidak ada luka berarti yang lainnya, selain beberapa luka memar. Mereka berharap begitu, meski kemarin yang membuat keduanya pendarahan itu bagian kepala.
Zeedev tersenyum manis membalas Asyilla maupun Aqilla. Keduanya masih tidak bisa bergerak dengan leluasa. Baik Aqilla maupun Asyilla terlihat sama-sama tersiksa.
“Qilla dan Syilla juga masih ingat Kak Dev. Mereka juga ingat oma Rere. Ingatan mereka baik-baik saja, padahal yang bikin mereka kehabisan darah masih bagian kepala. Ya Allah, ... aku takut banget!” batin Akina susah payah menahan tangis lantaran anak-anaknya, merengek kesakitan dan perlahan kompak menangis meraung-raung.
“Oum ... cakit banet!” ucap Aqilla yang kemudian berkata, “Aku kak Qilla, Oum ....” Sebab Zeedev yang mengelus-elus lengannya, memanggilnya Chilla.
“Oh ... maaf ... Om lupa,” lembut Zeedev yang seolah-olah dirinya hendak mendekap tubuh Aqilla. Namun, ia hanya berani mengungkungnya sambil sesekali mengelus karena kedua tangan Aqilla dan Asyilla, sama-sama diperban.
Mommy Rere sengaja masuk dan menenangkan Asyilla karena Akina tak mungkin melakukannya. Namun, bisa dipastikan bahwa kali ini, si kembar sedang merasa sakit-sakitnya.
Akina berkaca-kaca menyaksikan kesakitan kedua putrinya. Zeedev menekan nurse call dan berakhir belajar menggendong Aqilla. Dalam keadaan terluka parah tersebut, tampaknya terus menerus berbaring juga membuat punggung si kembar terasa sangat panas dan tentu saja tidak nyaman. Jangankan anak-anak, orang dewasa saja akan kesakitan.
Baik suster maupun dokter mengizinkan si kembar diemban asal dengan hati-hati. Masalahnya, keduanya berebut Zeedev.
“Gantian, ya?” bujuk Zeedev. Mulut Zeedev yang biasanya tak memiliki rem, benar-benar manis jika sedang dengan si kembar.
Keadaan si kembar yang tengah terluka seperti sekarang membuat Zeedev tak berani mengemban keduanya secara langsung. Apalagi perawat maupun dokter juga sudah wanti-wanti, agar Zeedev hati-hati dalam memperlakukan Aqilla.
“Nda mau! Ogah!” ngambek Aqilla yang masih tersedu-sedu karena rasa sakit di tubuhnya.
Balasan Aqilla membuat Asyilla patah hati seremuk-remuknya. Bocah itu makin kejer dalam menangis. Meski dijanjikan bahwa pak Akala papa kandung Akina sebentar lagi sampai rumah sakit, Asyilla tetap maunya ke Zeedev. Padahal, biasanya Asyilla terbilang dekat dengan pak Akala. Barulah ketika akhirnya Yusuf datang, Asyilla mau diemban Yusuf.
“Chilla ... Chilla anak pintar. Cepat sembuh, ya. Kita jalan-jalan di dalam ruang ini saja ya. Soalnya di luar banyak monster kuman,” ucap Yusuf yang memang lebih memiliki jiwa kebapakan. Sebab di rumah, ia yang sempat sulit memiliki keturunan, memiliki putra angkat. Yusuf sudah terbiasa merawat anak.
“Pak Duda jiwa kebapakannya tinggi banget, ya? Aduh, aku merasa kalah saing. Moga Qilla enggak minta ganti juga,” batin Zeedev yang menanyai Aqilla mau makan atau minum apa?
Sambil menyeka air matanya, jauh di lubuk hatinya Akina bertanya-tanya. Kenapa kedua anaknya sama sekali tidak menanyakan Rasya? Padahal saat sehat saja, keduanya akan mencuri-curi kesempatan untuk menanyakannya.
“Enggak. Tadi yang dicari langsung kamu. Enggak, mereka sama sekali enggak cari Rasya!” yakin mommy Rere berbisik-bisik. “Alhamdullilah mereka bakalan pindah ke ruang rawat. Dirawat satu ruangan saja sama kamu, ya? Mommy atur, ... sekalian mau cari makanan dan minuman pesanan Qilla dan Chilla!” ucap Mommy Rere.
Meninggalkan kebersamaan Akina yang jadi diselimuti harapan besar, Rasya dan Irene yang baru masuk ke dalam mobil malah berakhir bertengkar hebat. Padahal di kediamannya, pak Helios sudah menemukan bukti nyata, bahwa nomor ponsel Irene sudah berkomunikasi dengan nomor kedua sopir truk yang masih ditahan.
“Irene ... sepertinya kamu begitu terobsesi ingin merasakan kecelakaan lalu lintas. Sesuai pesan yang kamu kirim ke mereka. Jika tidak bisa langsung mati, buat Akina dan anak-anaknya cacat. Baiklah ... ayo kita buat kamu yang jadi Akina dan anak-anaknya!” batin pak Helios yang sampai meretakkan layar ponsel Irene. Padahal, ponsel mahal itu hanya pak Helios pegang menggunakan tangan kanan. Namun karena layar ponselnya dihiasi WA agar Akina dan kedua putrinya dibuat mati bahkan cacat, emosi pak Helios meluap. Kedua tangan pak Helios gemetaran hebat di tengah jantungnya yang berdetak sangat cepat.