Jatuh cinta pas masih umur enam tahun itu mungkin nggak sih?
Bisa aja karena Veroya Vogt benar-benar mengalami jatuh cinta pas usianya enam tahun. Sayangnya, cinta Ve sama sekali nggak berbalas.
Dua puluh tahun kemudian, ketika ada kesempatan untuk bisa membuat Ve mendapatkan pria yang jadi cinta pertamanya, apa Ve akan memanfaatkannya dengan sebaik-baiknya?
Gimana perjuangan Ve, untuk mendapatkan cinta dari King Griffin A. Cassano?
" Bagaimana dengan membentuk aliansi pernikahan dengan ku? Bukankah tujuan mu akan tercapai? "
" Kau mabuk, ya? "
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon little ky, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Heran sendiri
" VEROYA VOGT!!!!! "
Suara teriakan dari lantai satu mansion Vogt membuat telinga siapa saja yang mendengarnya langsung berdengung.
" HITUNGAN KETIGA!! KAU TIDAK TURUN, UCAPKAN SELAMAT TINGGAL PADA PERNIKAHAN MU!! "
Suara itu kembali melengking. Siapa lagi pelakunya jika bukan nyonya besar Vogt. Hanabi, rasanya sudah jengah menghadapi sifat putrinya yang hobi sekali ngaret. Janji yang dibuat jam delapan pagi, tapi lihatlah, sekarang sudah hampir jam sepuluh dan Veroya belum juga turun dari kamarnya.
" Ma... Pelan kan itu suaranya.. Ini bukan di hutan, ma. " Tegur Earnest, sang suami.
Hanabi mendelik, menatap horor suaminya itu, " Coba bicara sekali lagi!! Ayo!! Bicara sekali lagi. " Hanabi berkacak pinggang dengan raut wajah marah, siap menelan hidup-hidup suaminya.
" Hehe.. Nggak, ma.. Jangan marah ya.. Ve, nakal ya? Sampai bikin mama pagi-pagi sudah emosi.. Biar papa.. Biar papa yang negur Ve ya, ma.. " Earnest langsung menjelma menjadi kucing rumahan saat melihat tanda bahaya dari istri tercintanya ini.
" VEROYA EIKO VOGT... PAPA LEDAKAN KAMAR MU JIKA KAU TIDAK TURUN SEKARANG JUGAAAAAAAAAAA... "
Semakin tak karuan saja pagi hari di mansion Vogt karena ulah tuan putri cantik mereka. Teriakan Earnest bahkan lebih menggelegar dibanding teriakan sang istri tadi. Semua maid yang seliweran di sekitar pasangan suami istri ini harus menutup telinga mereka jika tidak ingin budek mendadak.
Lalu bagaimana yang diteriaki??
Tentu saja masa bodoh. Veroya mendengar teriakan kedua orang tuanya tapi memilih cuek dan melanjutkan acara mempercantik dirinya. Ya kali, seorang Veroya Vogt keluar mansion dengan tampilan sederhana atau jelek. Apa kata dunia nanti.
Benar sekali...
Veroya sudah bangun sejak masih jam lima tadi. Lalu apa yang dia kerjakan sejak pagi tadi. Jelas jawabannya mempersiapkan diri untuk acara fitting baju pengantin. Veroya bahkan sampai luluran, mandi kembang dengan aroma therapy yang menyegarkan, lalu sedikit rileksasi dengan meminta para pelayan untuk memijatnya.
Pokoknya, sudah mirip dengan kegiatan spa di sebuah calon kecantikan. Itulah kenapa dia tidak juga turun padahal waktu janjian dengan desainer ternama dunia untuk fitting baju pengantin yang akan dia kenakan saat pernikahannya dengan Griffin, sudah melewati jamnya.
" Cukup!! Aku rasa isi sudah cukup. Kalian boleh melanjutkan pekerjaan kalian. " Veroya menghentikan para maid khusus yang selama ini bertugas membantunya untuk urusan mempercantik diri. Maid yang sengaja Veroya siapkan untuk membantunya bersiap dalam acara apapun yang mengharuskan dirinya tampil cantik.
" Kami permisi dulu, fraulein Ve.." Veroya mengangguk. Berusaha terlihat berwibawa di depan para maid padahal ingin rasanya dia berteriak membalas teriakan papa dan mamanya.
" Ck.. Pria dan wanita tua di bawah sana itu sama sekali tidak memahami arti kecantikan yang hakiki. Selalu saja mengganggu. " Sungutnya kesal.
Tak ingin papanya merealisasikan niatnya meledakan kamar kesayangannya, dengan amat terpaksa Veroya pun keluar kamar dan segera menghampiri ibu ratu. Seseorang yang punya kedudukan paling berkuasa di mansion Vogt karena kepala rumah tangga, raja dan juga papanya itu adalah seorang suami yang sangat takut pada istrinya.
Di luar saja sikapnya dingin tak tersentuh, garang, kejam bagai singa yang siap memangsa buruannya. Tapi kalau di rumah, mirip kucing anggora yang hanya mengikuti langkah kaki tuannya. Ya begitulah papa Veroya itu.
" Oh.. Ini dia princess kita.. Akhirnya turun juga setelah sekian purnama. " Sindir Hanabi saat melihat putrinya turun dari lantai dua.
" Mama berlebihan. " Olok Veroya.
" Ya.. Mama memang berlebihan tapi kau lebih parah Ve.. King sudah menelepon mama sejak dua jam yang lalu dan kau masih bersantai di kamar. Kalau nanti tidak bertemu King jangan salahkan mama. " Ujar Hanabi.
" WHATTT?? KING?? " pekik Veroya kaget.
" King ikut fitting, ma? Kok Ve nggak tahu sih? " Tanya Veroya heboh. Aduh pujaan hatinya yang sudah dua minggu tidak bertatap muka langsung dengannya.
" Mama belum bilang ya?? Sorry kalau gitu tapi King memang sudah nunggu kamu di butik langganan mama. " Veroya menggeram kesal setelah mendengar alasan klise mamanya.
Lupa??
Daripada disebut lupa, lebih percaya lagi kalau disebut mamanya itu sengaja tidak mengatakan padanya. Sungguh menyebalkan sekali mamanya ini. Kalau saja papanya tidak takut pada sang istri, sudah Veroya amuk ini sang mama. Bagaimana kalau calon suaminya itu merajuk karena menunggu lama.
" Come on, ma.. Jangan lelet.. Waktu.. Waktu.. " Veroya langsung bergegas mengajak mamanya pergi ke butik tempat janjian.
Hanabi langsung mencebik. Tadi aja sok-sokan bilang kecantikan yang hakiki. Coba sekarang, mirip cacing kepanasan tuh..
*
*
Beberapa kali menghela nafas, Griffin sudah benar-benar tidak lagi bisa menunggu. Ditariknya dasi yang dia kenakan, rasanya sesak sekali karena menahan emosi sejak dua jam yang lalu.
Bayangkan saja, dua jam..
Selama dua jam Griffin dibuat menunggu oleh calon istrinya. Rencana fitting baju pengantin yang akan mereka berdua kenakan memang hari ini. Awalnya Griffin mengatakan belum tahu apakah bisa datang atau tidak. Tapi ketika dia datang dengan maksud ingin menyenangkan calonnya, lalu apa yang dia dapatkan.
Asisten Griffin sejak tadi hanya bisa melirik sembunyi-sembunyi tuannya. Kalau sampai salah bicara, bisa-bisa badannya dibuat melayang oleh sang tuan. Griffin dalam mode sensian begini, jangan didekati. Salah-salah bisa menjadi korban nantinya.
" Sial... " Umpat Griffin.
Tak ingin lagi menunggu, Griffin memilih beranjak hendak meninggalkan butik yang katanya langganan calon mama mertuanya itu. Dia sudah fitting pakaian yang akan dia gunakan saat pemberkatan dan pestanya. Urusan Griffin sudah selesai, daripada menunggu tanpa kepastian seperti ini lebih baik dia mengurus bisnisnya saja.
" Kita pergi.. " Griffin langsung melangkah keluar ruangan VVIP yang disediakan khusus untuk pelanggan VVIP butik ini.
" Tapi tuan.... " Asisten Griffin menelan kembali kata-kata yang hendak dia ucapkan. Tatapan tuan mudanya ini, menyeramkan sekali.
' Terserah lah.. Lebih baik aku diam, dengan begitu dompet ku aman-aman saja akhir bulan nanti. ' batin Dexon, asisten Griffin.
Baru beberapa langkah keluar dari ruang VVIP, langkah Griffin berhenti. Tatapan matanya menatap ke arah depan, dimana seseorang yang telah membuatnya menunggu ada di sana dengan wajah tanpa dosanya.
Griffin berdecih sinis, ingin sekali dia memaki gadis yang kini tersenyum manis sekali seperti gula. Padahal senyum itu justru terasa pahit untuk Griffin yang menanti selama dua jam tanpa kepastian. Kalau saja tidak mengingat wanita tua di samping gadisnya itu, sudah Griffin luapkan semua emosinya.
" King.. Maafkan mama ya.. Kami terlambat datang. " Hanabi meringis malu. Putrinya yang berulah, dia yang menanggung aibnya.
" It's okay, ma.. Aku sudah fitting dulu di awal tadi. Sekarang giliran Ve. " Ucap Griffin. Dia tahu, calon mama mertuanya ini tidak enak padanya. Tapi Griffin sendiri sudah tahu, siapa biang kerok penyebab dia harus menunggu berjam-jam.
" King.. Temani ya.. " Rayu Veroya. Tangannya sudah bergelendotan di lengan kekar milik Griffin.
" Hm.. " Griffin berdeham malas.
Keduanya pun masuk ke dalam ruang VVIP tadi. Dibantu oleh staf butik, Veroya dibawa masuk ke ruang ganti untuk mencoba dua dress yang akan dia kenakan saat hari pernikahannya nanti.
Meski Griffin sibuk dan tadi sempat dibuat kesal oleh Veroya yang lama datang, tapi Griffin tetap menunggu calon istrinya itu untuk mencoba dress yang akan dikenakan saat pernikahan mereka nanti. Meski sebenarnya pernikahan ini dia jalani dengan setengah hati lantaran belum ada keinginan untuk menikah, tapi Griffin mencoba menunjukan effort yang baik demi wanita yang selama ini terus mendesak masuk ke dalam hidupnya
" Ck... Semua karena ucapan Jade.. Sebenarnya ada apa dengan diri ku, kenapa ucapan Jade langsung membuat ku seperti orang gila saat itu? " Monolog Griffin heran sendiri dengan dirinya.