Warning!!!!!!!!
ini adalah novel yang sangat menguras emosi bagi yang tahan silahkan di lanjut kalau yang tidak yah, di skip aja
kalo mental baja sih aku yakin dia baca!!
Tak bisa memberikan anak adalah sesuatu yang sangat menyakitkan bagi seorang wanita. Hal itu bisa meruntuhkan hubungan baik yang sudah tertata rapi dalam sebuah ikatan pernikahan. Dia adalah Rika, wanita yang berhayal setinggi langit namun yang di dapatkannya tak sesuai ekspektasi.
Dirinya mandul? entahlah, selama ini Rika merasa baik-baik saja. lalu kenapa sampai sekarang ini iya masih belum punya anak?
Mungkin ada yang salah.
Yukk!! ikuti kisahnya dalam menemukan kebenaran.
Kebenaran harus diketahui bukan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Adrena Rhafani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 17
Dion dan istrinya pun sampai di kediamannya. Segera iya turun dari mobil, sembari membawa bingkisan berisi sate tadi.
Diteras rumah tampak Reta sedang menungguinya. Kedua tangannya dilipat kedepan serta kedua bibir yang sedikit manyun.
Dion berlari tipis-tipis memeluk istri keduanya. Wajah ngambek Reta seketika berubah jadi senang.
"Mas kok pergi gak bilang-bilang sih, aku kan khawatir."
Dion mencubit halus hidung Reta. Iyapun menambahkan kecupan manis di keningnya.
"Jangan ngambek gitu dong, nih mas bawakan sesuatu."bujuk Dion seraya memberikan bingkisan yang sedari tadi iya tenteng.
Reta mengambilnya kemudian menciumnya. "Apa ini Mas?"
"Itu sate."
Seketika Reta membuang bingkisan itu ke tempat sampah yang ada di sampingnya.
"Ihhh ...!!"
"Makanan apa sih itu? Mas! Aku kan gak makan begituan."
"Yasudah, kalau gak mau gak usah dimakan. Ayo masuk."ajak Dion. Mereka berdua pun masuk ke dalam rumah besar itu.
Sementara itu, Rika menyaksikan semua kemesraan yang dilakukan suaminya barusan. Hatinya hancur berkeping-keping tak tersisa. Hati istri mana yang tak sakit melihat suaminya bermesraan dengan wanita lain. Meskipun setiap pagi iya melihat bekas ****** di leher suaminya, namun itu tak apa. Rika masih bisa menahannya karena iya tak melihatnya secara langsung. Bagaimana proses bekas merah di leher itu dibuat.
Rika berusaha melangkah dengan tegar. Meskipun air matanya kian mengalir dengan derasnya. Anggap saja ini mimpi buruk yang sebentar lagi akan berakhir. Itulah ucapan mamanya yang melintas di benaknya sekarang ini.
****
Keesokan harinya, Dion dan Reta sedang bersantai di pinggir kolam renang. Berjemur di pagi hari dapat menyehatkan tubuh. Itulah yang sekarang ini dilakukan pasangan suami istri sirih itu.
"Sayang, kulitmu tampak menggoda di bawah terpaan cahaya matahari."rayu Dion.
"Dasar buaya." Kata Reta sembari menutup matanya. Iya tampak menikmati sinar mentari pagi yang mengenainya.
"Ayo kita kembali ke kamar."ajak Dion.
"Ngapain?"
"Kita lanjutkan tiga ronde yang tertunda itu,"bisik Dion menginginkan sesuatu.
Apa gairah sang pria selalu lebih hebat dari wanita. Dion telah melahap istrinya tadi malam, kemudian dilanjutkan subuhnya.
Masa sekarang minta lagi. Kalau begitu, si adik kecil pasti lebih cepat terciptanya.
Rika berjalan menuruni tangga menuju lantai satu. Tubuhnya terlihat tak sehat sekarang ini. Suhu tubuhnya panas sekali, wajahnya juga terlihat pucat. Sepertinya terkena demam.
"Bii ...! Bi Maya ...! Bii ...!!" Panggilannya dengan suara lemah.
Mendengar majikannya memanggil, Bi Maya segera datang.
"Iya, Bu,"sahut Bi Maya sembari berjalan mendekati sosok wanita yang memanggilnya.
"Astaga!! Ibu kenapa? Badan anda panas sekali, sepertinya demam!"panik wanita yang tak lagi mudah itu.
Iya membopong majikannya lalu mendudukkannya di kursi sofa ruang keluarga.
"Bi, di mana mas Dion?"tanya Rika.
"Dia lagi berduaan dengan Reta di kamar."sela ibu mertua Rika yang tiba-tiba muncul.
"Haalllaahhh ...!! Baru juga sakit gitu, lebay banget sih, kamu."tambahnya mencecar.
Rika tak memperdulikan omongan ibu mertuanya. Buat apa meladeninya? Itu hanya akan tambah menguras energi.
"Bi, tolong panggilkan mas Dion. Aku akan memintanya mengantarku ke rumah sakit."
"Udah, supir aja nganter kamu. Dion masih ada urusan yang harus di selesaikan dengan Reta."larang ibu mertuanya.
Iya seakan ikut campur dalam setiap hal antara Dion dan Rika.
"Mah, Dion itu suamiku. Dia punya kewajiban untuk menjaga istrinya yang sedang sakit." Sergah Rika.
"Iya, memang. Tapi kan Dion lagi memenuhi kebutuhan tubuhnya. Kamu harusnya ngerti dong."ucapnya tak mau kalah.
"Tapi Mah, Rika lagi sakit. Mas dion harus temani aku periksa."
"Kamu itu bawel banget sih! Mama kan sudah bilang, ada supir yang bisa nganterin kamu!"bentaknya.
Rika tak tahu harus berkata apa lagi. Percuma berbicara dengan ibu mertuanya. Iya tak akan bisa mengerti.
Dibantu oleh Bi Maya, Rika menguatkan tubuhnya untuk berdiri dan pergi ke rumah sakit.
Iya kini telah berdiri di teras rumahnya sembari menunggui supir yang akan mengantarnya ke sana.
Iya harus pergi ke dokter. Jiika tidak, sakitnya akan tambah parah.
"Maaf Bu, katanya, semua supir lagi libur hari ini."ujar bi Maya menghampiri Rika yang sedang duduk di kursi teras.
"Hahhh! Semuanya?" Kagetnya.
Ada empat supir yang bekerja di kediaman Dion dan Rika. Mereka kadang gantian bertugas. Hari ini kata Bi Maya, mereka cuti semua.
Tak biasanya supir-supir itu libur secara dadakan seperti ini. Mereka pun tak minta izin pada Rika terlebih dahulu.
"Iya Bu." Kata Maya.
Terus siapa yang akan mengantar Rika untuk periksa ke rumah sakit.
Bi Maya pelayan tua di hadapannya itu bahkan tak bisa mengendarai motor atau mobil. Meminta mas Dion, ibunya pasti tak akan setuju. Sungguh Rika tak tahu harus apa.
Rika kembali bangkit dari duduknya. Segera iya mengambil kunci mobil yang ada di tangan pelayan rumahnya itu.
"Eh, anda mau kemana?"tanya Bi Maya heran.
"Aku akan ke sana sendiri." Jawab Rika dengan lemahnya.
"Tapi! Anda kan, sedang tak enak badan. Bagaimana caranya bawa mobil?" Cakap bi Maya khawatir.
Rika berusaha memfokuskan pandangannya. Meskipun kepalanya terasa berat dan pusing
"Saya bisa kok Bi."pungkas Rika. Iya segera masuk ke dalam mobil kemudian mulai menjalankannya.
****
Di sisi lain, Reyhan sedang mengemudikan mobil sport miliknya. Membawa kendaraan dengan kecepatan tinggi hal biasa baginya. Itu semua agar dirinya selalu tepat waktu ketika mendatangi suatu tempat.
Reyhan masih dengan kecepatan tingginya. Iya terus menginjak gas yang membawanya dalam tingkat kelajuan. Dari arah berlawanan, muncul mobil yang terlihat tidak stabil. Pengemudinya menyetir kiri kanan hingga menguasai jalanan.
Reyhan mengerutkan keningnya.
"Ada apa dengan mobil ini? Apa pemiliknya baru belajar mengemudi lima menit yang lalu?"
Mobil itu tak kunjung berhenti.
Iya seakan tak mau mengalah dan memberi orang lain jalan.
Merasa bahwa kecelakaan akan terjadi, Reyhan membating kemudi hingga menepi di sisi jalan. Sementara mobil itu, langsung menancap rem hingga berhenti mendadak di tengah jalan.
Segera Reyhan keluar dari mobil. Iya lalu memeriksa mobil misterius itu karena sang pengemudi tak ada pergerakan sama sekali.
"Apa orang ini panik? hingga mati di dalam mobil."gumamnya kesal.
Kedua matanya membulat kala melihat siapa yang membawa kendaraan roda empat itu.
"Oh pantas saja, ternyata dia."ujarnya. Reyhan mendapati Rika sedang pingsan di dalam mobil.
Iya kemudian menepuk-nepuk kedua belah pipi Rika menggunakan tangan besarnya.
Reyhan terkejut setelah menyentuh wanita yang tak lajang itu lagi.
"Apa wanita ini sakit? Tubuhnya panas sekali."
Tanpa banyak berfikir lagi, Reyhan Segera mencabut sabuk pengaman yang masih mengikat tubuh angsik itu.
Segera iya menggendong Rika dan melarikan ke mobilnya.
Dengan panik iya pun menancap gas mobilnya menuju rumah sakit. Di jalan tak lupa juga iya menelepon Randy untuk mengurus mobil Rika yang ditinggal begitu saja.
......... happy reading...........
like and vote