Bahira Isvara Aisyah, dia gadis cantik bercadar yang berkulit putih dan bermata lentik.
Aisyah di jodohkan oleh orang tua nya saat memasuki usia dua puluh tahun, saat dirinya baru menggelar status nya sebagai mahasiswa di fakultas negeri disalah satu kota metropolitan.
namun siapa sangka, suaminya yang bernama Abimana Satya Nugraha menolak mentah-mentah kehadiran Aisyah.
Lalu bagaimana dengan Cinta Aisyah?
Apakah Aisyah akan tetap menerima pria itu yang baru saja sah menjadi suaminya?
atau bahkan akan meninggalkan suaminya?
Kita simak yuk ceritanya di karya Novel => Cinta Aisyah By: Miss Ra
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rania Alifah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 29
"Yaa, tapi Ibra tidak bisa memberitahu apa alasannya. Yang pasti, Ibra tidak bisa menikahinya Abah." kata Ibrahim tak ingin orangtuanya tahu apa penyebabnya.
"Baiklah, jika memang itu keputusanmu. Abah tidak memaksa." sahut Abah Yusuf bijaksana.
Ibrahim, Aisyah dan Abimana kini dapat bernafas dengan lega. Abah Yusuf yang sejatinya tidak menerima penolakan, namun bisa mengerti keputusan Ibrahim yang memang tidak bisa menikahi Zaitun. Aisyah dan Abimana tak henti-hentinya mengucap syukur karena sejatinya, ia memang tidak rela jika sang kakak menikah dengan wanita yang jelas-jelas tidak sehat secara batin.
***
Kini tinggal lah Abah Yusuf dan Ibrahim masih duduk di teras depan rumahnya. Ibrahim yang masih saja terbayang-bayang gadis yang ia tabrak tadi sore. Ia penasaran, siapa nama gadis tersebut dan berada di kelas berapa.
Ibrahim terus berusaha mencari tahu namun rasanya sulit karena ia tidak mengajar di kelas santriwati. Ibrahim yang cerdas berusaha meminta ijin pada Abah Yusuf untuk bisa mengajar di kelas santriwati. Meski harus berdebat lebih dulu, yang pasti keinginannya harus terpenuhi.
"Gimana Bah ? Boleh ?" tanya Ibrahim setelah meminta ijin dengan Abah Yusuf.
"Baiklah, tapi ingat. Jaga mata."
"Terimakasih Bah, sudah ijinin Ibra ngajar di kelas santriwati." kata Ibrahim tersenyum senang.
"Iyaa asalkan ingat perkataan Abah barusan." ujar Abah Yusuf tegas.
***
Esok harinya..
Ibrahim yang biasa di panggil Gus Ibra oleh semua muridnya, dengan bersemangat akan mengajar di kelas santriwati hari ini.
Dengan mengucap Bismillah Ibrahim menjajaki kelas santriwati. Ibrahim mengajar Bahasa Arab, tentu saja mendapat sambutan yang luar biasa dari para santriwati yang melihatnya.
"Assalamualaikum.. Selamat pagi.." ucap Ibrahim setelah memasuki kelas santriwati.
"Waalaikumsalam Gus.." sahut semuanya serentak.
Saat akan mengajar, Ibrahim mengabsen satu persatu santrinya di kelas. Namun, sudah tiga kelas ia mengajar hari ini belum juga menemukan gadis yang ia temui kemarin.
"Baiklah, pelajaran sudah selesai. Minggu depan hafalannya harus sudah selesai." ujar Ibrahim kemudian pergi keluar kelas setelah mengucap salam.
Dirumah, Ibrahim yang sudah selesai mengajar segera pergi ke kamar karena ingin sendiri. Ia berdiri di balkon kamarnya, termenung kala mengingat gadis yang terus saja menampakkan wajahnya di depan mata.
"Seandainya aku menikahi gadis itu, apa Abah dan Umi akan menerima dia sebagai menantu ?" gumam Ibrahim sembari menghisap rokoknya. "Ya Allah, jika memang gadis itu adalah jodohku, mudahkan lah urusanku." tambah lagi Ibrahim.
Sedangkan di bawah, Aisyah dan Abimana sudah menyiapkan barang-barangnya untuk berangkat Umroh sesuai janji Abi pada Aisyah. Dia akan membawa Aisyah untuk beribadah Umroh dan mengajaknya Bulan madu di Dubai.
Zaitun dan keluarganya sudah kembali pulang ke Jawa Tengah. Jadi tidak ada yang mengganggu Ibrahim dan Aisyah sekarang. Umi Nisa terus membantu mengemasi barang-barang Aisyah yang harus di bawa agar tidak ada yang tertinggal.
"Jangan sampai ada yang tertinggal nak, kau akan tinggal selama dua minggu disana." ujar Umi Nisa mengingatkan Aisyah agar tidak ada barang yang terlupakan.
Karena setelah pulang dari Dubai, Aisyah akan menetap di Jakarta bersama Abimana di Apartement. Jadi semua barang-barang akan langsung di bawa semuanya. Yang separuh Abi akan menyuruh supir untuk membawanya pulang kerumah orangtuanya. Dan yang separuhnya lagi akan ia bawa ke luar negeri.
***
Begitu cepat hari berganti pagi, dirumah Abah Yusuf juga sudah banyak yang di sibukkan untuk mengantar Aisyah yang akan pergi bersama suaminya. Mobil sudah di siapkan untuk mengantar dua pasangan yang baru menikah satu bulan yang lalu.
Aisyah tak lupa memeluk kedua orang tuanya dan juga kakak tercintanya. Sedangkan Abimana sudah menyalami semuanya, hanya tinggal menunggu Aisyah yang masih berpamitan pada keluarganya.
"Ais pamit ya Abah, Umi." kata Aisyah menyalami keduanya.
Namun saat berhadapan dengan Ibrahim, Aisyah tak kuasa menahan Air matanya.
"Abang.." Aisyah berhambur memeluk sang kakak yang selama ini tak bisa berjauhan dengannya.
Meski kakaknya seorang lelaki, tapi keduanya sangat saling menyayangi. Abah dan Umi Aisyah juga tak kuasa menahan tangis ketika melihat kakak beradik di hadapannya itu.
"Jaga diri baik-baik, ingat. Jangan manja. Kau sudah punya suami." ujar Ibrahim semakin membuat Aisyah menangis.
"Bang Ibra juga, jika sudah menemukannya, jangan lupa kabari Ais." kata Aisyah langsung mendapat pukulan kecil di keningnya.
"Kau ini, itu kan rahasia kita." ujar Ibrahim lagi berbisik.
Tak lama mobil pun sudah meninggalkan halaman pondok pesantren. Ibrahim yang melihat kepergian sang adik tersayang tak di duga meneteskan air matanya. Ibrahim kemudian berlari dari tempat dimana Abah Yusuf dan Umi Nisa berdiri saat mengantar Aisyah pergi. Umi Nisa yang melihat Ibrahim berlari kemudian memanggilnya.
"Ibrahiim.." teriak Umi Nisa yang paham anaknya sedang terbalut luka setelah di tinggal sang adik.
Umi Nisa yang akan mengejarnya di tahan oleh Abah Yusuf.
"Biarkan saja Mi, biarkan dia melampiaskan emosinya sendiri. Jika sudah tenang dia pasti akan pulang." ujar Abah Yusuf yang tahu Ibrahim pergi untuk berkuda.
Ibrahim kemudian mencari kudanya, dan ia segera menaikinya. Dengan cepat ia menggiring sang kuda berlari sekencang-kencangnya. Dengan deraian air mata hatinya terus berteriak.
..."Ais, Abang akan mengadu pada siapa jika kau pergi ?"...
..."Abang tak bisa tanpamu Ais.."...
..."Abang mohon pulang lah demi Abang, Abang pasti akan selalu merindukanmu."...
Saat sedang fokus berkuda, matanya sekilas melirik ke pinggiran lapangan. Ibrahim melihat sosok gadis yang ia tabrak kemarin. Di tariknya tali kuda dan menghentikan kaki kuda secara mendadak hingga membuat bekas seretan di tanah.
"Diaa.." gumam Abi meyakinkan pandangannya.
Saat dirinya sudah yakin, ia menggiring kudanya berjalan perlahan menuju gadis yang sedang berdiri di ujung sana memandang bukit yang berkabut.
"Assalamualaikum.." ucap salam Ibrahim yang masih berada di atas kudanya dan membuat gadis itu terkejut.
"Ah, waalaikumsalam Gus." sahut gadis itu.
"Sedang apa kau di sini ?"
"Aku.. Aku, sedang ingin menyendiri saja." sahut gadis itu lagi sambil menunduk tanpa berani menatap Ibrahim.
"Apa nggak ada pelajaran ?" tanya Ibrahim.
"Pelajaran sudah selesai, ini waktunya istirahat."
"Oooh, kelas berapa kamu ?" Ibrahim terus bertanya karena ingin mencari tahu siapa gadis itu sebenarnya.
"Aku kelas sebelas.." sahutnya masih menunduk.
"Siapa namamu ?"
Degh..
Gadis itu yang di tanyai namanya jantungnya berdetak kencang tak karuan. Ia takut akan mendapat hukuman jika diam-diam pergi menyendiri di lapangan berkuda milik anak pesantren Al-Fuzha tersebut.
"Aku.. Aku Fatimah." sahutnya singkat.
Ibrahim yang masih saja penasaran kemudian turun dari punggung kudanya dan mendekati gadis tersebut agar obrolan mereka berdua semakin nyaman.
"Kemarin aku mengajar di kelas mu ? Tapi kamu nggak ada ? Kemana ?" Ibrahim menatap lekat gadis yang terus menunduk di hadapannya.
"Kemarin aku ijin karena sakit, tapi hari ini aku masuk." sahutnya.
"Apa kau sudah mengerjakan tugas hafalan dariku ?"
"Sudah.."
"Baiklah, minggu depan aku mengajar. Kalau kamu nggak hafal, maka aku pastikan hukuman akan datang untukmu." kata Ibrahim dengan tegas.
"Pergilah ke kelasmu. Ini sudah waktunya jam masuk pelajaran." titah Ibrahim di angguki oleh Fatimah.
Ibrahim yang melihat gadis itu pergi menarik ujung bibirnya tersenyum. Kini gadis yang ia cari berhasil ia temui dan sudah mengantongi nama juga kelas tempat Fatimah belajar.
..."Ais, Abang sudah menemukannya setelah kau pergi, Baru beberapa jam kau tidak ada di rumah ini, Abang sudah sangat merindukanmu Ais. Semoga kau akan bahagia bersama suamimu."...
Kata Ibrahim dalam hati kemudian melangkah pergi kembali kerumahnya.
...----------------...
Bersambung...
kk hadiah satu cawan kopi ☕ utk Rahma