Istri Kecil CEO Lumpuh

Happy Reading 🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹

Semua orang menatap Eidra dengan sinis. Mereka membenarkan jika Eidra mau menerima Edgar adalah karena harta nya.

Erwin tersenyum licik melihat wajah malu Kakaknya. Dia yakin jika Eidra tidak mencintai nya dan hanya mencintai hartanya saja.

"Kepada Tuan Edgar, silahkan memberikan kata sambutan". Seru pembawa acara yang sebenarnya sengaja diperintah oleh Erwin dan Keizo.

Edgar menggeleng tidak mau. Dia masih teringat bagaimana dulu dia dicaci maki dan sampai masuk koran karena pewaris Bagara Group yang lumpuh itu.

"Silahkan Tuan Edgar". Ujar pembawa acara lagi.

"Silahkan Kak". Erwin tersenyum licik.

"Ayo Tuan suami". Eidra berdiri mendorong kursi roda suaminya.

"Tidak mau". Edgar menatap istrinya dengan memohon berharap sang istri tidak membawanya naik keatas panggung.

Eidra berjongkok menatap suaminya. Semua mata menatap kearah mereka.

Eidra mengenggam tangan suaminya "Selama aku berada disisi mu. Tidak ada alasan untukmu takut suamiku. Genggam saja tanganku, jika kau merasa gugup. Cup". Eidra mengecup pipi suaminya dengan sayang.

Membuat semua tamu undangan menatap iri kepada mereka. Ada yang terpesona. Ada yang mencibir dengan bisik-bisik tak sedikit pula yang tak suka.

Edgar menatap istrinya tak percaya. Bagaimana mungkin gadis cantik dan sempurna seperti Eidra menciumnya didepan ribuan mata dan bahkan disiarkan secara live oleh salah satu televisi swasta.

Edgar ingin sekali menangis terharu. Disaat seluruh dunia membenci dan menghakimi nya, ternyata Tuhan mengirimkan satu malaikat untuk alasannya bergerak maju.

Julio memegang dadanya merasa haru. Tanpa sadar asissten setia Edgar itu meneteskan air matanya. Julio bisa melihat jika Eidra benar-benar tulus mencintai suaminya tanpa memandang pria itu lumpuh atau tidaknya.

Eidra dan Edgar naik keatas panggung. Bisikkan kamera terdengar saling bersahutan satu sama lain.

Sedangkan Erwin menahan nafasnya yang memburu. Hatinya terbakar ketika Eidra berani mencium Edgar didepan semua orang. Niat hati dia ingin mempermalukan Kakak nya ehhh malah dia yang harus dipancing emosinya.

Edgar menatap para tamu undangan yang berjumlah ratusan orang itu. Ini pertama kalinya dia tampil didepan publik setelah sepuluh tahun kecelakaan yang merenggut segala mimpinya.

Eidra memberikan mix kepada suaminya. Edgar menggeleng seakan memberi kode bahwa dia tidak sanggup berbicara.

Eidra yang paham langsung mengangguk dengan senyum. Tangannya tak lepas dari genggaman sang suami. Genggaman yang memberikan kekuatan pada Edgar.

"Selamat malam semua". Sapa Eidra.

"Saya mewakili suami saya. Sebelumnya terima kasih untuk semua tamu undangan yang sudah hadir diacara direksi Bagara Group".

"Tidak banyak yang saya sampaikan hanya ucapan terima kasih saja". Eidra melemparkan senyum manisnya.

"Nona kapan kau menikah dengan Tuan Edgar?".

"Nona apakah kau mencintai Tuan Edgar?".

"Nona benarkah kau menikahi Tuan Edgar hanya karena hartanya?".

"Nona, kenapa kau mau menikah dengan Tuan Edgar? Apa yang kau harapkan dari pria lumpuh itu?".

"Nona, apa kau tahu? Tuan Edgar adalah penyebab kematian Tuan Bagara, dia membunuh Kakek nya sendiri agar harta warisan keluarga Bagara jatuh ke tangannya?".

"Nona, kau lebih cocok dengan Tuan Erwin".

"Nona, apakah kau seorang dokter?".

Berbagai pertanyaan dilemparkan oleh para wartawan. Edgar menutup telinganya tak sanggup. Apalagi ketika mendengar nama Kakeknya, sampai saat ini dia masih trauma berat.

Sedangkan Erwin, Keizo dan Pristy tersenyum mengejek pasti sebentar lagi Edgar akan memberontak dan memukul dirinya atau bahkan bisa mencelakai orang lain.

Melihat suaminya yang sudah tak terkendali. Segera Eidra memeluk suaminya. Dia menenangkan Sang suami dengan membisikkan bahasa-bahasa cinta ditelinga suaminya.

"Arggghhhhh".

Seperti bayi yang mendengar suara Ibunya. Edgar langsung terdiam. Pelukkan nyaman itu kembali menyebar didalam tubuhnya.

"Tuan suami tenang. Jangan panik. Jangan takut. Ada istri cantikmu disini. Istrimu akan menjawab pertanyaan mereka".

Setelah Edgar cukup tenang, Eidra melepaskan pelukannya. Itu semua membuat semua para tamu terheran-heran melihat Edgar yang seketika diam ketika dipeluk istrinya.

Eidra berdiri kembali dengan tegap. Dia menatap senyum semua orang yang menanti jawaban nya. Eidra tahu jika semua orang menatap jijik padanya dan sang suami. Namun ia sama sekali tidak peduli, bukankah sudah biasa hidup dalam hinaan orang?

"Baiklah saya akan menjawab pertanyaan kalian semua". Eidra menatap mereka satu persatu.

"Kami menikah satu bulan yang lalu disebuah gereja. Menikah sah secara agama dan hukum".

"Jika kalian bertanya apakah aku mencintai dia? Ya jelas aku sangat mencintainya dan bahkan sangat amat sangat sangat. Cintaku padanya tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata atau digambarkan dengan apapun". Eidra tersenyum menatap suaminya. Sedangkan Edgar berkaca-kaca.

"Benarkah aku menikah dengannya karena harta? Jawabannya tidak. Aku tidak butuh harta. Aku tidak butuh uang. Tapi karena suamiku pria beruang jadi tidak salahnya aku memakai uangnya, bukankah tugas suami memang menafkahi istrinya?". Semua terdiam "Jika aku menginginkan hartanya untuk apa aku repot-repot mengurusnya?".

"Yang kuharapkan dari suamiku adalah cinta. Cinta tulus yang akan membuat kami hidup bahagia berdua". Senyum Eidra menjawab dengan tenang. Sedangkan para tamu yang hadir terdiam mendengar jawaban wanita itu.

"Ya aku tahu masa lalu suami ku. Tapi aku tidak peduli. Dia bukan penyebab kematian Tuan Bagara. Tidak ada orang yang mencintai seseorang lalu membunuhnya karena sebuah ambisi. Suamiku pria yang baik. Masalah harta itu, aku yakin ini ada rencana orang dalam". Eidra melihat kearah Erwin, Keizo dan Pristy yang terlihat kikuk mendengar jawaban nya.

"Apa aku terlihat cocok dengan Tuan Erwin? Jika aku cocok dengannya tidak mungkin aku menikah dengan suami tampanku". Eidra tersenyum meledek. Dia yakin semua pertanyaan yang di lemparkan oleh para wartawan adalah ulah Erwin

"Yah aku adalah seorang dokter tulang. Jika kalian bermasalah dengan tulang, boleh memeriksakannya padaku". Celetuk Eidra setengah terkekeh melihat semua orang terdiam. Dia tersenyum penuh kemenangan.

"Apa ada lagi pertanyaan?". Eidra menatap mereka.

"Nona". Salah satu pria yang memegang mix mengangkat tangannya.

"Silahkan". Ujar Eidra

"Apakah kau tidak memikirkan masa depanmu dengan pria lumpuh itu?". Tangan Edgar lagi-lagi terkepal. Hatinya benar-benar sakit mendengar penghinaan yang terlontar.

"Kenapa aku harus memikirkan masa depanku?". Kening Eidra berkerut "Pria ini adalah masa depanku". Tunjuk Eidra pada suaminya dengan bangga.

"Tapi dia tidak bisa berjalan? Dia tidak akan bisa melindungi mu?". Timpal yang lainnya, sedangkan para tamu yang lain mengangguk setuju.

"Jika dia tidak bisa melindungi ku, maka aku lah yang akan melindunginya. Bukankah wanita adalah penolong yang dikirim Tuhan? Jadi aku lah yang akan menjadi sayap ketika suamiku tidak bisa terbang".

Tidak ada lagi pertanyaan yang terlontar, mereka semua bungkam mendengar jawaban Eidra.

Eidra membawa suaminya turun dari panggung tanpa peduli dengan tatapan semua orang.

"Dasar wanita ******". Pristy benar-benar geram melihat menantunya itu. Rencana mereka untuk membuat Edgar terkena serangan panik gagal total. Yang ada mereka dipermalukan oleh gadis berusia dua puluh tahun.

Sedangkan Erwin sudah tak bisa berkutip lagi. Dia tak menyangka jika Kakak iparnya itu akan membungkam semua orang yang ada disana termasuk dirinya.

Bersambung.......

Ed & Ei