Azura adalah gadis cantik tapi menyebalkan dan sedikit bar-bar. Dia mendapatkan misi untuk menaklukkan seorang dokter tampan namun galak. Demi tujuannya tercapai, Azura bahkan sampai melakukan hal gila-gilaan sampai akhirnya mereka terpaksa terikat dalam satu hubungan pernikahan. Hingga akhirnya Alfi terpaksa menjalani pernikahan yang sama sekali tak ia inginkan. Akankah benih-benih cinta itu tumbuh seiring kebersamaan mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Riska Sutrisno, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
12
Sesuai permintaan sang kakak, Alfi akhirnya datang ke Cafe Xx untuk menemui perempuan yang hendak kakak nya jodoh kan padanya.
[Xx Cafe, table number 21. Don't be late babe!]
Isi pesan Kencana tadi sebelum ia berangkat ke cafe. Sebenarnya Alfi enggan datang ke kencan buta yang direncanakan kakak nya itu, tapi biarlah kali ini ia sanggupi permintaan itu. Anggap saja untuk yang terakhir kali nya.
"Hai, dokter Alfi kan?" sapa seorang gadis cantik berpakaian mini dress berwarna marun yang sudah duduk di meja nomor 21.
Alfi hanya melirik nya sekilas tanpa minat dan langsung melesakkan bokong nya di kursi membuat gadis itu merasa canggung sendiri.
"Katanya biasanya kau selalu sibuk, terima kasih kau telah menyempatkan diri menemuiku di sini" ujar gadis itu seraya tersenyum manis.
"Berterima kasihlah pada Zie karena saya hanya menuruti permintaan nya" tukasnya dingin membuat gadis itu menggigil seketika.
"Kau mau memesan apa?" gadis itu terus berusaha memecah kecanggungan.
"Apa saja, terserah" sahutnya acuh tak acuh sambil memainkan ponselnya.
"Oh, oke" sahut gadis itu pasrah lalu ia memesankan beberapa jenis makanan berharap Alfi menyukainya. Tak butuh waktu lama, berbagai hidangan pun mulai tersaji di hadapan mereka.
Alfi pun menyantap makan malam itu dengan acuh. Gadis bernama Nara itu pun kembali membuka perbincangan berharap Alfi dapat segera luluh di hadapan nya.
"Oh ya, kesibukanmu setiap weekend apa?" tanya Nara.
"Olahraga, membaca, tidur."
"Ah, bagaimana kalau weekend nanti kita ..."
"Tidak bisa, saya paling tidak suka acara me time saya di ganggu." ketus Alfi bertepatan ia yang selesai makan.
Diganggu? Sebuah kata yang cukup menusuk relung hati Nara yang merupakan model papan atas. Padahal ia sudah bersusah payah datang ke pertemuan ini karena tertarik dengan tawaran sepupu nya saat pertama kali melihat foto Alfi, tapi ia tak menyangka respon Alfi akan seburuk ini. Ini pengalaman pertama bagi nya di abaikan oleh seorang lelaki, bila biasanya ia yang menolak namun kali ini Nara lah yang ditolak mentah-mentah sebelum lanjut ke jenjang yang cukup tinggi.
Gagal? Sudah terlihat jelas bukan! Alfi memang pria yang tak tersentuh. Apakah gosip yang beredar kalau dia sebenarnya seorang gay itu benar? Batin Nara berbicara.
Merasa tak ada yang ingin ia bahas lagi, Alfi pun bergegas pergi begitu saja setelah meletakkan beberapa lembar uang merah di atas meja sebagai biaya makanan yang ia sentuh. Terserah kalau sikapnya ini membuat gadis itu sakit hati, jangan salahkan dia! Salahkan saja rencana Zie pikir nya.
"Tunggu! Kau mau kemana?" Nara berusaha menghentikan langkahnya.
"Oh kau terburu-buru ya? Kapan kira-kira kau ada waktu senggang lagi?" lanjut Nara.
Alfi mengerutkan keningnya sambil menatap wajah cantik Nara.
"Kau berharap ada pertemuan kedua?" tanya Alfi dengan sorot mata tajam.
"Oh, itu, bukankah kata kak Zie ..."
"Katakan padanya kalau ini merupakan pertemuan pertama dan terakhir. Jangan membuang-buang waktu mu untuk bertemu denganku nona karena aku tak pernah tertarik dengan semua rencananya!" tegas Alfi lalu ia segera membalikkan badan nya menjauhi Nara yang sudah mengumpat kesal karena merasa di abaikan.
*Tempat Lain
Malam makin larut, tapi Hasna masih belum memejamkan mata nya. Lalu ia iseng masuk ke dalam kamar Azura kemudian ia melirik sebuah buku jurnal milik kakak nya, Hasna pun membuka buku itu sontak saja matanya membelalak sambil menutup mulutnya saat melihat besarnya total hutang yang harus dibayarkan kakaknya beserta rincian cicilan yang telah dibayarkan.
Mata Hasna berkaca-kaca membayangkan betapa berat beban sang kakak. Belum lagi kakak nya harus menanggung biaya hidup dan pendidikan dirinya, membuat Hasna makin sesak dan tak tega melihat penderitaan sang kakak. Ingin hati ia meringankan beban sang kakak, tapi bagaimana caranya pikirnya.
Hasna sebenarnya secara diam-diam mulai bekerja part time. Berhubung kakaknya dari lagi sampai sore bekerja di minimarket, jadi sepulang kuliah ia bekerja menjadi pelayan di sebuah cafe. Dengan uang itu ia bisa memenuhi kebutuhannya walaupun tidak sepenuhnya karena gajinya yang tak seberapa, untuk memenuhi kebutuhan dirinya sendiri saja ia tak mampu bagaimana ia bisa membantu kakak nya pikirnya.
"Aku harus mencari cara agar bisa meringankan beban kakak" gumam Hasna penuh harapan.
ceritanya bagus, menarik....dan menginspirasi banget...top deh 👍
semangat terus dalam berkarya 💪🥰
semoga sukses dan sehat selalu ya