kita memang tak tau siapa yang tuhan takdir kan untuk kita,namun kita bisa melabuhkan hati kita pada siapa. namun bagaimana jadinya jika ternyata hati dan takdir tak sejalan. Begitulah yang di rasakan oleh Aidan Arsyad Rafardhan,dia mencintai seorang wanita dan berniat akan melamar nya,namun bagaimana jadinya malah dia menikah dengan adik dari sang pujaan hati?
"menikahi orang yang di cintai memang impian,tapi mencintai orang yang di nikahi adalah kewajiban."
Aidan Arsyad Rafardhan
yukkk simak cerita lengkapnya di sini 👇
tinggalkan like,komen dan follow setelah membaca yah ☺️😆
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon h.alwiah putri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 11.kecapean? pertanda cucu launching?
Setelah melewati drama panjang Maureen yang tak mau bangun hingga harus di guyur air dingin oleh Aidan. Dan berakhirlah dengan Maureen yang harus mandi subuh,dengan air yang dingin.
Aidan pun tak jauh beda dengan Maureen,dia ikut mandi karena tadi Maureen juga sempat melempar air padanya.
Setelah mandi,yang tentunya sendiri sendiri tak mungkin mereka mandi bersama. Mereka pun melaksanakan sholat subuh berjamaah, walaupun waktu subuh sudah hampir mau habis.
Inilah pertama kalinya Maureen sholat dengan di imami oleh Aidan, begitupun dengan Aidan yang baru pertama kali dapat makmum Maureen.
Setelah sholat di lanjut dengan berdzikir lalu setelah itu di tutup dengan doa,Aidan membalikkan badannya. Maureen yang tadinya akan bangun dan membereskan alat sholat pun menghentikan kegiatan nya.
Maureen menaikan alisnya seolah bertanya,apa maksud dari Aidan yang mengulurkan tangan itu.
"Salam Maureen,biasain sekarang kamu udah nikah kalau abis sholat tuh cium tangan saya."jawab Aidan.
Maureen pun mengangguk lalu mengambil tangan Aidan dan mencium nya,saat Maureen akan kembali menarik tangannya,kalah cepat dengan Aidan yang menarik Maureen agar lebih dekat dan.
Cup
Ini adalah kali kedua Aidan mencium kening Maureen setelah kemarin seusai akad nikah.
Tentu perlakuan Aidan itu membuat Maureen terpaku. "Hish pak kenapa cium cium saya sih."kesal Maureen setelah tersadar dari lamunannya.
"Biasain,ini akan jadi rutinitas setiap hari kita."jawab Aidan sembari mengusap pucuk kepala Maureen sebelum dia berdiri dan merapihkan tempat sholat nya.
"Ck dasar modus."dumel Maureen.
Saat Maureen akan naik kembali ke ranjang Aidan mencegahnya. "Etss mau ngapain lagi kamu?"tanya Aidan.
"Ya mau tidur lah pak yakali mau kayang."
"Gak gak ada tidur tidur,gak baik tidur jam segini apalagi setelah subuh."larang Aidan.
"Tapi saya masih ngantuk pak,pliss izinin saya tidur lagi yah."ucap Maureen dengan menunjukkan wajah puppy eyes nya.
Melihat raut wajah Maureen yang sepertinya masih terlihat lelah itu pun Aidan akhirnya menyetujui.
"Baiklah, nanti saya bangunkan kalau sarapan sudah siap."
Maureen pun tersenyum lalu mengambil selimut dan kembali melanjutkan tidurnya. Sedangkan Aidan dia pergi ke luar,lebih tepatnya ke dapur untuk menyeduh teh.
Karena biasanya jam segini Aidan sudah mengerjakan pekerjaan nya di temani dengan secangkir teh.
"Ehh menantu mama udah turun, padahal masakan nya belum mateng loh nak."ucap mama Hana membuat atensi Shafa yang tengah membantu mama Hana masak dan pak Latif yang tengah membaca koran di meja makan pun teralihkan.
"Iya ma,ini mau bikin teh. Gak papa kok ma Aidan gak biasa makan jam segini paling nanti jam tujuh makan nya."ucap Aidan.
"Ouh ya udah biar mama buatin aja yah."
"Biar aku aja mah,Aidan gak suka teh yang terlalu banyak gula."ucap Shafa lalu dengan cekatan membuatkan teh untuk Aidan.
"Nih."Shafa memberikan gelas berisi teh itu pada Aidan.
"Terimakasih Shafa."
"Ouh iya Maureen mana?"tanya pak Latif.
"Maureen tidur lagi setelah tadi sholat subuh katanya kelelahan yah."jawab Aidan jujur.
"Astagfirullah anak itu, kebiasaan sekali. Maafkan anak ayah ya Aidan,dia memang pemalas bangun saja selalu siang."
"Bukan salah Maureen kok yah, mungkin emang Maureen kecapean lagi aja jadinya tidur lagi. Tadinya Maureen pun mah turun untuk membantu mama masak tapi saya menyuruhnya untuk tidur,kasian Maureen masih kecapean."
"Ayah ini seperti tak tau saja pengantin baru, biarkan saja. Maureen kecapean juga demi kita punya cucu yah."goda mama Hana.
Sedari Aidan masuk ke dalam ruang makan itu, pandangan mama Hana langsung teralihkan ke rambut Aidan yang basah. Mama Hana pun langsung tersenyum,seolah mengerti sesuatu yang rkah terjadi dengan anak serta menantu nya. Apalagi di perkuat dengan ucapan Aidan yang mengatakan jika Maureen kecapean.
"Sudah gih nak ke kamar lagi, nanti Maureen nyariin kamu lagi."titah mama Hana.
Aidan tak banyak bicara lalu pamit dan pergi kembali ke lantai atas.
"Maksud mama apa?"tanya pak Latif masih tak mengerti ucapan istri nya itu.
"Apa ayah gak liat rambut Aidan yang basah itu,ya pasti mereka malam tadi langsung gass poll jadi sekarang Maureen kecapean."
Pak Latif pun menganggukan kepalanya pertanda mengerti dengan ucapan sang istri.
"Ya semoga saja cepat jadi,ayah gak sabar pengen gendong cucu."
"Hehehe sama mama juga."
Kedua orang itu tampak sangat bahagia memikirkan jika mereka nantinya dapat cucu dari Aidan dan Maureen.
"Ya Alloh mengapa begitu sakit."Shafa mengeluarkan air matanya namun dengan cepat langsung menghapus air mata itu.
Membayangkan yang terjadi semalam pada adik nya serta Aidan saja sudah membuat hati rasanya tercabik-cabik.
***
Pukul tujuh pagi mereka melakukan sarapan, Maureen pun ikut sarapan karena tadi di bangunkan oleh Aidan.
"Nak mau makan sama apa?"tanya mama Hana pada Maureen.
"Saya bisa sendiri."ketus Maureen mengambil piring yang berada di genggaman mama Hana lalu mengisi dengan lauk pauknya.
Melihat sikap ketus dan dingin Maureen pada mama Hana membuat Aidan kaget akan sikap yang tak sopan Maureen itu.
Bahkan aidan hanya melihat sikap hangat Maureen itu pada Shafa,jika pada kedua orang tuanya Maureen selalu bersikap dingin dan terkesan ketus.
"Maureen yang sopan kamu."tegur pak Latif,namun tak di hiraukan oleh Maureen.
"Dek jangan langsung makan,ambilin dulu makan buat suami kamu."titah Shafa.
Maureen pun melirik piring kosong di sampingnya. Dengan malas maureen mengambil piring Aidan.
"Mau sama apa pak?"tanya Maureen.
"Apa aja."
Maureen pun mengambil beberapa menu lauk makanan lalu memberikan nya pada Aidan. Setelah itu mereka pun makan bersama,tak ada suara obrolan disana. Mereka semua fokus pada makanan mereka masing masing.
Setelah selesai makan, Maureen pun membawa piring bekas makan nya ke wastafel lalu mencuci nya. Dan tanpa bicara apapun lagi Maureen langsung pergi kembali ke kamarnya.
Aidan pun hanya bisa menatap kepergian Maureen,dia heran sekaligus bingung. Bisa bisanya Maureen bisa bersikap tak sopan pada kedua orang tuanya. Bahkan Maureen seperti menganggap orang tuanya itu orang asing bahkan seperti rivalnya sendiri.
"Nak Aidan, maafkan sikap Maureen yah. Dia memang seperti itu,ayah jadi malu pada nak Aidan. Kamu anak yang baik Sholeh tapi malah mendapatkan istri yang seperti Maureen."ucap pak Latif.
"Gak papa yah,baik buruk nya Maureen akan saya terima. Itu menjadi pr saya saat ini untuk merubah sikap Maureen."
"Terimakasih nak Aidan."
Mereka pun melanjutkan makan, karena memang makanan mereka masih banyak. Tadi Maureen hanya mengambil sedikit makanan saja,oleh karena itu Maureen sudah selesai makan.
"Mau cuci mulut pake apa."tanya Shafa.
Dia sangat tau tentang kebiasaan Aidan yang jika sudah makan akan minum air putih minimal segelas lalu mencuci mulutnya menggunakan buah.
"Tidak usah,saya izin kembali ke kamar dulu."jawab Aidan terkesan sedikit lebih cuek.
"Yah ma Aidan ke kamar dulu."setelah mendapatkan isin dari kedua mertua nya Aidan pun kembali ke kamar menyusul Maureen.
mewek, emosi, gregetan pokoknya jd satu.