Kisah seorang wanita yang mencari kebahagiaan setelah perceraian.
Kara Gantari seorang gadis yang menikah dengan Adi Saputro karena permintaan sang kakek disertai ancaman tidak akan mendapatkan warisan. Setahun kemudian Kara diceraikan oleh Adi karena sudah mendapatkan warisannya.
Pertemuannya dengan seorang CEO yang gesrek, pecinta dangdut, melokal luar dalam, membuat Kara pusing tujuh keliling tapi Rayden adalah pria yang sangat memuja Kara. Kehidupan keduanya pun diuji dengan tragedi.
Apakah Kara dan Rayden akan menemukan kebahagiaannya?
Cerita ini murni halu milik author
Follow Ig ku di hana_reeves_nt
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hana Reeves, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Terbongkar
Rayden menoleh ke Kara yang memalingkan wajahnya. Jangan ditanya bagaimana rona Kara yang seperti ketiban blus on satu kilo saking merahnya karena baru kali ini dia berani mencium laki-laki lain selain almarhum ayahnya.
"Whoah! Tadi itu apa Kara?" tanya Rayden masih dengan perasaan takjub.
"Tadi...apa ya?" sahut Kara sambil melihat jendela sisi kirinya.
Kalau tidak ada suara klakson di belakang mobilnya, ingin rasanya menarik tubuh gadis itu ke dalam pelukannya.
"Kamu hutang penjelasan padaku" bisik Rayden.
Kara tetap memalingkan wajahnya. Aku tuh tadi kenapa? Kok ya nekad? Apa karena sebenarnya aku kangen juga suasana seperti ini bersama bule sinting itu?
Kara hanya memainkan jemarinya dengan gugup. Rayden yang melihatnya hanya tersenyum lalu tangan kirinya menggenggam tangan Kara.
"Aku seneng banget kamu sudah mulai berani sama aku" ucapnya senang. Yes! Janda kembang kesayanganku bakalan menuju halal sama aku.
Kara tetap tidak menjawab, lidahnya menjadi kelu. Gadis itu merutuki keberaniannya mencium Rayden.
"Kara, beneran kamu tidak kangen sama aku? Sebulan lho kita cuma ketemu dua kali itu pun makan siang doang habis itu aku pergi keliling memeriksa cabang perusahaan."
Kara hanya menunduk. "Kangen sih" bisiknya.
Rayden menaikkan sebelah alisnya. "Apa? Aku nggak dengar!"
"Gak ada siaran ulang!"
"Kara Santan! Kamu beneran nggak asyik! Hujan-hujan gini kan harusnya rada-rada syahdu gitu lhooo" protes Rayden.
Kara hanya diam lalu menelpon bik Ijah.
"Bik, aku sudah dekat rumah. Tolong pakai payung besarnya ya" ucap Kara.
"Suruh bik Ijah membuka pintu pagar, mobilku bisa masuk kok!"
"Oh, kata Rayden dibuka saja pintu pagarnya biar mobilnya bisa masuk. Terima kasih bik."
Tak lama mobil bewarna silver itu tiba di rumah Kara dan Rayden memarkirkan di carport rumah Kara. Gadis itu segera masuk ke dalam rumah meninggalkan Rayden yang melongo.
"Kara kenapa Bik?" tanya Rayden bingung.
"Non Kara alergi hujan. Kalau kena air hujan langsung batuk-batuk" jawab bik Ijah. "Makanya langsung masuk rumah mandi air hangat. Rutinitasnya begitu."
"Kok bibik tahu?"
"Semua keluarga tahu, tuan hanya si mantan aja yang tidak tahu dan sekarang tuan Rayden tahu."
Rayden manggut-manggut. Tololmu Di, berkah untukku.
***
Rayden tetap menunggu Kara selesai mandi sambil memainkan ponselnya. Semua berkas miliknya sudah dibereskan oleh sang papa. Tinggal meyakinkan mbak Rayna, kakaknya yang super galak dan cerewet.
Suara pintu kamar mandi terbuka dan Rayden hampir menjatuhkan ponselnya ketika melihat Kara keluar hanya menggunakan handuk yang menutupi tubuhnya dan langsung masuk kamarnya. Hanya beberapa detik tapi efeknya luar biasa di Rayden.
Mulusnya tuh punggung.
Rayden berusaha mengatur nafasnya yang amburadul akibat melihat pemandangan yang menurutnya awesome meskipun kurang dari lima detik.
"Tuan Rayden, mau wedang jahe?" tawar bik Ijah.
Rayden tergagap. "Eh... Apa? Siapa yang wedang?"
Bik Ijah terkikik. "Wedang jahe. Mau tidak?"
"Mau lah!" jawab Rayden yakin.
"Saya buatkan njih sama singkong goreng tabur keju dan su*su ken*tal manis ya Kebetulan dapat dari tetangga yang baru pulang dari Salatiga terus dapat oleh-oleh singkong."
"Apa saja lah bik, saya mah orangnya tidak rewel soal makanan."
Bik Ijah pun pamit ke dapur. Tak lama Kara pun keluar dari kamar dan tampak dia memakai sweater bewarna abu-abu, celana jeans dan rambutnya diikat asal.
"Lho? Belum pulang?" tanya Kara.
Rayden pun manyun. "Yang dianterin belum bilang terimakasih ya aku belum mau pulang lah! Lagian, tuh masih hujan. Mending menunggu reda dulu."
Kara mengangguk dan keduanya pun duduk saling berhadapan.
"Kamu hutang penjelasan lho Kara" tuntut Rayden.
"Hutang penjelasan apa?" tanya Kara polos.
"Non Kara, ini wedang jahenya. Semoga tidak batuk-batuk soalnya nanti tidak bisa kerja" ucap bik Ijah sambil membawakan dua mug berisikan wedang jahe dan sepiring singkong goreng bertabur keju dan su*si kental manis.
"Lho singkong dari siapa bik?" tanya Kara.
"Dari Bu Suyoto dua rumah dari sini. Beliau baru pulang dari Salatiga, kita kedapatan ini deh" senyum bik Ijah.
"Enak ini singkongnya, empuk" jawab Rayden.
"Bener tuan, enak dan empuk" timpal bik Ijah.
"Kalian berdua kalau soal makanan, kompak ya" gumam Kara.
Bik Ijah tersenyum. "Non, saya ke kamar dulu lanjut setrika."
"Iya bik."
***
Sepeninggal bik Ijah, Rayden menatap Kara dengan tatapan tajam. "Ayo, berikan penjelasan padaku."
"Yang mana?" tanya Kara polos.
Rayden yang merasa gemas dengan Kara pun berdiri dan duduk di sebelah gadis itu.
"Kenapa kamu berani mencium pipiku? Apa alasannya? Terus tadi kamu berbisik apa? Kangen padaku juga kan?" cerocos Rayden dengan nada gemas ke Kara.
Kara melongo menatap Rayden yang seperti anak kecil ribut harus diberi penjelasan.
"Bisa tidak satu, satu aku jawab?" tanya Kara.
Rayden hanya bersidekap sambil menunggu jawaban Kara.
"Aku tadi mencium pipimu karena spontanitas saja berterimakasih sudah menjemput dan merindukan aku" ucap Kara dengan wajah sedikit merona.
"Apa kamu berbuat seperti itu juga kepada pria lain yang mungkin menjemput?" Ada nada cemburu di suara Rayden.
"Iisshhhh kalau begitu semua driver ojol aku cium dong!" cebik Kara. Rayden langsung menatap Kara horor.
"Aku hanya melakukan padamu." Kara menatap serius ke Rayden.
"Mantanmu?"
Kara menggeleng. Tiba-tiba mata abu-abu Rayden membelalak.
"Jangan bilang kamu belum pernah disentuh mantan mu?"
Wajah Kara semakin merona hingga ke telinganya. Rahasianya terbongkar juga.
***
Yuhuuu Up Siang Yaaaaa
Thank you for reading and support author
Don't forget to like vote n gift
Tararengkyu ❤️🙂❤️