Tiba-tiba saja Alexa menghilang di hari pernikahannya, daripada malu baik pihak laki-laki dan perempuan sepakat menikahkan Gavin dengan Anjani. Anjani sendiri merupakan kakak dari Alexa, tetapi Gavin tidak mencintainya dengan alasan usia yang lebih tua darinya. Selisih usia mereka terpaut 6 tahun, Gavin selalu berlaku kasar.
Suatu hari Alexa kembali, ia ingin kekasihnya kembali. Gavin sendiri sangat senang, mereka berencana mel3nyapkan Anjani? Berhasilkah mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dollar Pena, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
22
"Loh, mereka ... ." Anjani langsung mengikuti mobil mereka, ternyata singgah di hotel dekat bandara.
"Sayang, ayo," ucap Gavin membuka pintu mobil untuk Alexa.
"Iya," sahut Alexa.
"Klop banget mereka," gumam Anjani.
Ponsel Anjani berdering. "Dinda ... ."
"Anjani, hallo."
"Din, ada apa?" tanya Anjani.
"Aku malam ini nginep di rumah kamu yang," sahutnya.
"Oh, boleh."
"Ini aku mau otw ke rumah kamu."
"Oke."
Panggilan pun berakhir, Anjani langsung pergi meninggalkan hotel itu.
"Bukan urusanku juga," gumam Anjani.
Sampai di rumah, Anjani baru sadar kalau Dinda belum tahu rumah barunya.
"Astaga, aku belum kasih tahu Dinda." Anjani langsung menelpon Dinda.
"Hallo, An."
"Kamu dimana?" tanya Anjani.
"Lagi di jalan," sahutnya.
"Aku dah nggak tinggal di rumah Gavin lagi."
"Lah, terus kamu tinggal dimana?"
"Aku sharelok."
"Oke."
Panggilan pun berakhir, Anjani mengirim sharelok ke Dinda.
Dilain tempat, Roy mengajak Bobby bertemu.
"Pak Roy," ucap Bobby.
"Saya butuh bantuan kamu," sahut Roy.
"Pak Roy butuh bantuan apa?"
"Saya ingin kamu mengawasi seseorang."
"Bisa, boleh tahu siapa orangnya?"
Kemudian Roy memberikan informasi detailnya.
"Baik, saya akan mengawasinya."
"Oke, saya percaya sama kamu."
"Terima kasih, Pak Roy sudah percaya sama saya."
"Saya juga minta tolong sekali lagi," ucap Roy.
"Minta tolong apa?"
"Suruh anak buah kamu berjaga di rumah Anjani."
"Baik."
"Kamu boleh pergi."
"Saya pamit."
Kemudian Bobby segera pergi dan langsung mencari Gavin, meskipun sudah malam juga tetapi jangan salah. Bobby punya anak buah banyak, Pak Atharlah yang memberikan dana untuk mereka.
Tak butuh lama, hanya sekitar 1 jam lebih Bobby sudah menemukan dimana Gavin.
"Jadi dia ada di hotel dekat bandara," ucap Bobby.
"Iya, Bos," sahut anak buahnya.
"Ya sudah, kalian boleh pergi."
"Oke."
Bobby kemudian menelpon Roy. "Hallo."
"Gimana Bob?"
"Saya sudah menemukannya, Pak."
"Dimana?'
"Gavin berada di hotel dekat bandara Soekarno Hatta, tapi dia nggak sendiri."
"Maksudnya? Sama siapa dia?"
"Dia bersama seorang perempuan."
"Cari tahu ngapain dia di hotel."
"Baik, Pak."
"Aku enggak mau berpikiran buruk," gumam Roy, "jangan-jangan perempuan itu adalah Alexa."
Dari kejauhan ada Athar yang memperhatikan Roy sedang berdiri di balkon depan.
"Itu anak kenapa, Mas?" tanya Nina.
"Nanti kamu tahu sendiri," sahut Athar.
"Oh ya, Mas, aku mau ngomong sama kamu."
"Ngomong apa?"
"Tapi nggak disini, kita ke kamar."
"Mau ngeces," ucap Athar.
Nina langsung menoyor kepala suaminya. "Pikirannya kesana mulu."
"Maaf sayang," ucap Athar cengar-cengir.
"Sudah ayo," sahut Nina."
"Iya ... ."
Di kamar, Nina mengatakan keinginannya untuk bertemu dengan Anjani.
"Sebaiknya jangan," ucap Athar.
"Loh, kenapa Mas?" tanya Nina.
"Anjani itu lagi proses bercerai," sahut Athar.
Nina terkejut mendengar Anjani mau cerai. "Mas, jangan bilang kalau Anjani itu?"
"Iya, Anjani sudah menikah."
"Apa!"
"Shut."
"Eh, maaf Mas."
"Pernikahan Anjani sama suaminya bukan karena cinta."
"Kamu tahu darimana?"
"Bobby sudah mencari tahu semua tentang Anjani."
"Owh, jadi kamu suruh dia buat cari tahu tentang Anjani. Cepet banget geraknya, Mas."
"Iyakah, aku harus tahu wanita seperti apa yang bisa membuat Roy berubah begitu."
"Menurut kamu Anjani gimana orangnya?"
"Dia anak yang baik, pekerja keras, ramah, juga dicintai Roy. Tapi sayang, kayaknya dia nggak dapat keadilan dari kedua orang tuanya."
"Maksud kamu Anjani nggak disayang sama orang tuanya."
"Iya, aku juga sudah cari tahu tentang masa lalu Anjani. Kamu pasti kaget."
"Masa lalu Anjani gimana, Mas?" tanya Nina penasaran.
"Anjani itu dulunya guru di sekolahnya sang adik juga suaminya, tapi malah diberhentikan haknya sebagai guru karena dituduh korupsi. Kamu tahu siapa yang melakukan hal itu?"
"Siapa Mas?"
"Alexa sama Gavin."
"Tunggu, Alexa itu siapa?" tanya Nina tidak tahu.
"Haduh," sahut Athar.
"Ayo Mas cerita lagi."
"Alexa itu adiknya Anjani, pacar dari Gavin."
"Owh."
"Kasihan banget Anjani, berarti dia udah nggak bisa jadi guru lagi dong."
"Iya, kan dia diberhentikan haknya sebagai guru."
"Perasaan guru yang lain pernah korupsi, tapi nggak sampai diberhentikan begitu."
"Nah, itu dia. Kamu pasti tambah terkejut," ucap Athar yang sudah banyak menggali informasi tentang Anjani dan keluarganya.
"Emang apa, Mas?" tanya Nina dengan mata penuh harap.
"Yang bantu mereka itu Davia," sahut Athar.
"Davia, siapa lagi itu Davia?"
"Ibu kandung Anjani."
Nina langsung menutup mulutnya. "Serius?"
"Iya, aku serius."
"Gila, jahat banget."
"Davia emang selalu bela Alexa. Tapi aku nggak tahu, apa alasan Davia membenci Anjani." Athar berkata jujur.
"Kasihan banget sih, Anjani," ungkap Nina.
"Makanya itu, Roy marah banget sama Gavin setelah mengetahui fakta tentang pujaan hatinya."
"Terus sekarang jadi apa?"
"Anjani jadi pelukis, kamu nggak lihat apa di ruang kerja Roy ada lukisan."
"Hah, jadi itu karyanya Anjani."
"Iya."
"Bagus banget."
"Makanya itu Roy kayaknya klepek-klepek deh," ucap Athar dengan jujur.
"Jadi pengen ketemu sama Anjani aku, Mas," sahut Nina tidak sabar.
"Nanti aja, setelah perceraian Anjani sama suaminya selesai."
"Tapi kan masih lama."
"Ya doain aja biar cepat perceraiannya."
"Yah."
"Sabar dong."
"Roy itu sudah 33 tahun loh, Mas."
"Iya, aku tahu itu."
Kemudian Anjani berpikir lagi tentang perkataan Dara dan Sinta waktu itu.
"Aku telpon mereka aja deh dulu, masih jam 9 malam juga."
Sinta dan Dara mengangkat telpon.
"Hallo," ucap keduanya.
"Ini saya, Anjani!" sahut Anjani dengan nada datar.
"Bu Anjani," ucap Dara lalu melihat nomor telponnya.
"Iya saya," sahut Anjani, "nomor saya nggak pernah ganti."
"Iya, Bu."
"Kenapa ya, Bu?" tanya Sinta kemudian.
"Saya ingin kalian cerita lebih banyak tentang Alexa," sahut Anjani.
"Jadi ibu percaya sekarang," ucap Sinta.
"Hemm."
"Syukur deh, Bu," tutur Sinta senang.
"Kalian bisa ke rumah saya."
"Wah, saya nggak bisa Bu. Kalau kamu Dar, gimana?"
"Aku bisa, kebetulan sendirian juga di rumah."
"Oke, nah Ibu denger sendiri kan."
"Iya Sinta, Dara nanti saya sharelok alamatnya."
"Oke, Bu."
Panggilan pun berakhir, lalu Dinda datang.
"Kamu nelpon siapa?" tanya Dinda.
"Mantan muridku dulu," sahut Anjani.
"Owh, mau kesini?"
"Em, aku yang minta."
"Hubungannya."
"Alexa dan Gavin, kamu pasti nggak tahu siapa mereka."
"Iyalah, aku kan cuma tahu dari cerita kamu doang."
"Makanya itu."
"Oh ya, tadi aku rebus mie."
"Kamu makan mie lagi, Din?"
"Iya, masalah gitu."
"Nggak sehat Din, kamu dah sering banget loh makan mie instan. Itu di meja makan ada makanan, aku juga masak."
"Lupa!" Dinda hanya menyengir saja.
"Ish, kamu ini! Kayaknya harus aku buang deh itu mie instan di kulkas!"
"Ya jangan dong, sayang."
"Makanya besok makan nasi, awas kalo enggak!"
"Kamu mirip emak-emak, An."
"Biarin."
Suara ketuk pintu terdengar. "Itu pasti Dara."
"Dara siapa?" tanya Dinda.
Anjani turun dari ranjang, "Yang aku omongin tadi."
"Owh."
Baru juga Anjani membuka pintunya, ia sudah berteriak. "Aaargh!"
"Anjani," ucap Dinda terkejut dari dalam kamar, ia segera keluar.
BERSAMBUNG
semoga datang karma pada mereka..
Anjani aja gak pernah gangguin hidup mu...kamu aja yang tiap hari usil...
orang ketus mank harus dibalas ketus 👍👍👍