Diambang putus asa karena ditinggal sang kekasih saat hamil, Evalina Malika malah dipertemukan dengan seorang pria misterius. Adam Ardian Adinata mengira gadis itu ingin loncat dari pinggir jembatan hingga berusaha mencegahnya. Alih-alih meninggalkan Eva, setelah tahu masalah gadis itu, sang pria malah menawarinya sejumlah uang agar gadis itu melahirkan bayi itu untuknya. Sebuah trauma menyebabkan pria ini takut sentuhan wanita. Eva tak langsung setuju, membuat pria itu penasaran dan terus mengejarnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ingflora, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 29. Nyonya Adam
"Eh, siapa tahu cuma ngajak ngobrol."
"Yang kemarin saja, gak keluar sampai pagi lho! Yang ini pasti juga gitu."
"Ah, bukan urusan kita! Lagian, kita 'kan digaji, jadi itu urusan Pak Adam. Kita mah, hanya perlu tutup kuping aja!" Rinah membalik tubuhnya dan bersandar pada meja. Keduanya sedang membersihkan ruang tengah.
"Ah, lu mah ... gak asyik orangnya!" Uning memukkul Rinah dengan serbet kotor di tangan.
Rinah hanya terkekeh dan menghindar. "Ya, terus, mau bagaimana? Kita 'kan cuma bisa liat doang, gak bisa ngapa-ngapain, lagi."
Di lantai atas, Eva takjub melihat kamar Adam yang begitu besar dengan barang-barang mewah di dalamnya. Tiba-tiba pria itu mendekap Eva dari belakang. Gadis itu terkejut sekaligus merasa dicintai karena pria itu memeluknya dengan hangat. Adam bahkan berusaha menghirup bau kerudung Eva di belakang leher.
"Bau keringet, Mas," ujar Eva sedikit tak nyaman. Ia berusaha menghindar tapi pria itu makin mengeratkan pelukan.
"Biarin. Aku suka baunya. Bau tubuhmu."
Eva melirik ke samping. Apa suaminya sudah gilla? Baunya 'kan gak enak? Eva sampai mengangkat alisnya karena keheranan. "Biar aku mandi dulu, Mas."
Pria itu makin nyaman memeluk Eva. "Jangan. Aku suka baunya. Baunya bikin aku makin ingin melakukan sesuatu padamu."
Ucapan suaminya bikin Eva merinding. Tubuh gadis itu menegang seketika.
Namun, tak lama Adam melepas istrinya, padahal Eva mulai panas dan ingin disentuh. "Maaf, tapi kayaknya belum bisa."
Eva membalik tubuhnya dan mendapati suaminya yang tertunduk dalam penyesalan. "Tidak apa-apa, Mas. Nanti lain kali juga bisa." Karena tak ingin mengganggunya, Eva melangkah meninggalkan pria itu.
"Eh, mau ke mana?" Adam meraih tangannya.
Eva menoleh. "Mau mandi, udah sore."
Adam menatap wajah istrinya. "Kamu pindah ke sini ya. Aku ingin tidur denganmu. Kamu 'kan sudah jadi istriku," pintanya.
"Tapi para pegawaimu ...."
"Oh, iya, lupa. Ayo, kita turun."
Eva mengikuti Adam menuruni tangga dan mendatangi dapur. Di sana, para pelayan dan chef sedang menyiapkan makan malam.
Adam berdehem sehingga para penghuni dapur menoleh dan menghentikan pekerjaannya. "Ada yang harus aku beri tahu."
Para pekerja mulai mendengarkan dalam diam.
"Kalian sudah kenal dengan tamuku, Eva, 'kan? Sekarang Saya akan memberi tahu, bahwa Eva adalah istriku. Jadi perlakukan dia seperti Nyonya rumah mulai sekarang."
Para pelayan dan chef saling pandang. Mereka tentu saja terkejut mendengar pengumuman itu.
"Nah, aku minta salah satu dari kalian bisa bantu istriku untuk memindahkan barang-barangnya ke kamarku." Adam melirik Surti. "Kamu mungkin."
"Baik, Pak."
"Eva." Adam melirik istrinya. "Kamu pindah sekarang ya."
"Eh, iya."
***
"Mas!"
Adam menurunkan bukunya. "Apa?"
"Sabun mandi yang mana, Mas!?" teriak Eva dari kamar mandi.
"Yang botol hijau!" teriak Adam dan kembali membuka bukunya.
"Minta ya!"
"Iya, pakai saja!" Adam kembali membaca.
"Mas, sudah habis!"
Adam mengerut dahi. "Benarkah? Rasanya baru diganti belum lama ini ...." "Iya, iya ...." Ia pun mengambil sabun cair di lemari dekat kamar mandi. Saat menutup pintu lemari, Eva muncul dengan hanya memakai handuk.
"Ah!" Adam kaget hingga terjatuh di lantai. Ia begitu panik hingga membuang pandangan ke samping sambil mengangkat tangan menutupi penglihatan. "Eva, kenapa kamu gak berpakaian, sih!!"
Gadis itu terlihat bingung. "Mas, aku pake handuk lho, ini. Bukan telannjang."
Adam mengintip dari sela-sela jemarinya. Gadis itu memang memakai handuk, tapi tetap saja, bahunya terekspos karena Eva pakai handuk biasa yang melilit tubuhnya, bukan handuk yang berbentuk kimono. Namun, dari sela-sela jemarinya itu ia bisa melihat tubuh Eva yang seksi. Kaki jenjangnya terlihat mulus hingga di atas lutut. Ia sepertinya tak masalah melihat pemandangan ini, malah semakin penasaran. Namun sanggupkah ia melihat lebih dari ini?
Eva yang melihat suaminya panik dan terdiam, berinisiatif mengambil botol sabun cair yang jatuh. Namun, malang. Saat ia mengambil botol itu, handuknya terlepas.
"Ah!! Eva! Kamu sengaja ya!" Adam memejamkan matanya kembali karena ketakutan.
Eva malah menahan tawa. Setelah itu, ia baru bicara. "Mas, aku 'kan masih pakai pakaian dalam ...."
Adam kembali mengintip di sela-sela jemarinya. Ya, gadis itu masih memakai celana dalam dan beha yang kebetulan tanpa tali.
"Pintar sekali kamu bikin aku panik!" sahut Adam kesal.
Tawa Eva berderai. "Orang gak sengaja kok," ujar gadis itu dengan melirik suaminya dengan kerlingan nakal.
"Awas ya, kalo aku sembuh. Aku akan terrkam kamu habis-habisan!!" Adam terlihat gemas. Tentu saja. Tubuh sintal istrinya yang kini sedang memakai lagi handuk ditubuhnya itu benar-benar menggiurkan. Namun, setelahnya kepala Adam pusing. Pemandangan menjijjikan tentang wanita cantik itu kembali terlintas di kepala. Padahal sudah lima tahun berlalu tapi seakan baru terjadi kemarin. Keringat dingin mengalir dari dahinya karena gugup.
Eva berlalu dengan riang sambil bersenandung kecil. Ia tak tahu apa yang terjadi dengan suaminya. Tak lama Eva kembali keluar dari kamar mandi. Ia sudah berpakaian dan mendatangi suaminya yang sedang membaca di atas kasur. Ia terdiam sebentar. Adam sempat meliriknya.
"Mas, kenapa masih ingat saja kejadian waktu itu. Itu 'kan sudah lama."
Adam menutup bukunya. "Entahlah. Walau sudah lama, aku masih saja mengingatnya dengan jelas."
"Mas harus belajar ikhlas." Eva duduk di tepi ranjang dan menyentuh kaki suaminya.
"Mana mungkin aku ikhlas. Aku percaya, ada seseorang yang sengaja membuat drama ini dan ini sangat menyakitkan!"
"Siapa orangnya, Mas?"
Adam memperhatikan wajah istrinya yang ingin tahu itu. Ia tak ingin istrinya memusingkan ini. "Sudahlah, kamu sudah lelah memindahkan barang-barangmu dari tadi. Sebaiknya kamu langsung tidur saja. Ini sudah malam." Ia meletakkan bukunya ke meja nakas.
"Tapi aku penasaran ...." Eva merengut.
Adam meliriknya. "Aku mencurigai seseorang tapi aku harus punya bukti, karena itu aku tidak bisa sembarangan bicara. Ayo, sekarang kamu tidur aja, besok 'kan kamu mulai kuliah."
Eva masih merengut ketika melangkah mengitari ranjang untuk kemudian naik di sisi yang satunya. Adam membukakan selimut untuk sang istri.
"Jadi gak mau kasih tau siapa?"
"Eva, lebih baik kamu tidak tahu dari pada tahu tapi ternyata salah orang. Nanti 'kan jadi fitnah akhirnya."
Eva dengan setengah hati masuk ke dalam selimut, tapi ia mengeluarkan ponsel. Ia kemudian sibuk dengan ponselnya.
"Eva, kamu gak tidur?" Adam sepertinya menunggu.
"Enggak. Aku mau browsing dulu." Mata gadis itu menatap layar.
"Eva ...."
Gadis itu menoleh dengan dahi berkerut. "Ih, aku mau lihat hape, memang kenapa? Gak boleh!?"
"Boleh ...." Adam menyadari ia menikah dengan gadis yang beranjak dewasa. Ia harus hati-hati bicara karena dunia mereka berbeda. "Tapi apa kamu gak capek?"
"Capek, tapi aku mau main hape dulu." Eva kembali merengut.
"Ya udah gak papa. Aku berbaring duluan aja." Adam pun membaringkan tubuhnya ke belakang. Ia melihat Eva kembali menatap layar ponselnya. Ingin rasanya ia memeluk gadis itu karena hanya itu yang bisa ia lakukan. "Aku ingin sekali memelukmu." Adam mengatakannya agar Eva tahu perasaannya.
Tanpa menoleh, Eva mundur dan berbaring di atas ketiak suaminya sehingga pria itu bisa mendekap istrinya sambil melihat apa yang tengah dilihat gadis itu.
"Kamu lihat apa sih?" Adam merapikan rambut Eva ke samping.
Bersambung ....