Demi kebahagiaan sang kakak dan masa depan anaknya, Andrea rela melepaskan suami serta buah hatinya dan pergi sejauh mungkin tanpa sepengetahuan mereka. Berharap dengan kepergiannya Gerard dan Lucy akan kembali rujuk, namun rupanya itu adalah kesalahan terbesar dalam hidupnya karena bayi lelaki yang ia tinggalkan itu kini tumbuh menjadi anak pembangkang yang merepotkan semua orang.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Qinan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab~11
Siang itu Andrea nampak senang sekali mendengar jika investor yang akan membangun rumah sakit di daerahnya telah datang, tentu saja ia juga akan ikut serta menyambutnya dengan beberapa staf medis yang lainnya. Membangun rumah sakit yang lebih besar dan lengkap adalah cita-cita dokter Steve sejak dulu mengingat masyarakat di sini terpaksa pergi ke kota besar jika mengalami sakit yang lebih parah.
Setelah memeriksa pasien terakhirnya jam istirahat siang pun telah tiba dan wanita itu segera merapikan penampilannya lantas bergegas meninggalkan ruangannya, kebetulan akan ada jamuan makan siang untuk para tamu dan ia bisa sekalian makan siang di sana.
"Berapa tamu yang datang?" Ucapnya pada seorang perawat yang tadi di utus oleh dokter Steve untuk memanggilnya.
"Tiga orang dok," sahut sang perawat yang kini berjalan beriringan dengan wanita itu.
"Apa mereka para investor semua?" Andrea nampak antusias membicarakannya, sejak kepulangan dokter Steve dari ibu kota topik pembangunan rumah sakit menjadi bahan pembicaraan hangat di kalangan para medis di yayasannya. Mereka semua menyambutnya dengan suka cita.
"Sepertinya bukan dok, kalau saya mendengar pembicaraan dokter Steve sih hanya asistennya investor itu yang datang dengan beberapa stafnya. Kalau tidak salah namanya tuan Henry," terang perawat tersebut dan Andrea sontak menghentikan langkahnya.
"Si-siapa namanya?" Ulangnya ingin memastikan.
"Tuan Henry kalau tidak salah, memang kenapa dok?" Perawat itu pun nampak mengernyit menatap Andrea yang sedikit tercengang mendengarnya.
"Ti-tidak, apa kamu tahu nama investornya?" Tanya Andrea ingin tahu.
Perawat itu pun langsung menggeleng. "Saya tidak tahu dok, apa dokter Steve tidak cerita padamu?" Ucapnya, ia pikir wanita itu sudah tahu mengingat hubungannya dengan dokter Steve sangat dekat.
"Aku terlalu sibuk akhir-akhir ini jadi jarang membahasnya dengan dokter Steve." Andrea nampak menyesal kenapa tak bertanya terlebih dahulu dengan pria itu perihal investor yang akan membangun rumah sakit. Tidak mungkin kan jika investor itu adalah mantan suaminya mengingat nama asistennya yang sama?
"Pasti orang lain, lagipula yang memiliki nama Henry tidak hanya dia saja." Gumamnya sepanjang langkahnya.
"Dokter mengatakan sesuatu?" Perawat itu pun kembali menatapnya ketika tak sengaja mendengar gerutuan tak jelas dari bibir wanita tersebut.
"Tidak, lupakan saja." Andrea kembali tersenyum menatapnya, lagipula tidak mungkin jika investor itu adalah Gerard. Dunia ini terlalu lebar untuk mereka bertemu kembali apalagi ia berada di tempat yang terpencil.
Sebelumnya ia yang baru menjalani sumpah dokter langsung di tawari oleh dokter Steve untuk membantunya di sebuah yayasan miliknya dan saat mengetahui berada di daerah terpencil ia pun langsung menyetujui, meskipun harus meninggalkan sang adik yang sedang kuliah di daerah tempat tinggalnya sebelumnya.
Kini mereka pun telah sampai di sebuah aula yang berada di yayasan tersebut yang biasanya di gunakan untuk acara besar bersama para petugas medis dan juga masyarakat sekitar. Namun langkah Andrea langsung terhenti ketika pandangannya tak sengaja ke arah pria yang sedang berbincang akrab dengan dokter Steve.
Deg!!
"Tuan Henry?"
Andrea nampak tak percaya dengan apa yang ia lihat itu, bagaimana mungkin takdir begitu mempermainkannya. Ia sudah bersembunyi sejauh ini bahkan bermil-mil dari ibu kota tapi masih tetap bertemu dengan masa lalunya.
Jadi benar jika Gerard adalah investor yang akan membangun rumah sakit di sini?
"Tidak, pria itu tak boleh melihatku."
Andrea pun langsung berbalik badan dan segera berlari dari sana meskipun kini dokter Steve nampak mengernyit menatapnya.
"Sayang, tunggu !!" Teriaknya ketika melihat kepergian wanita itu.
"Ada apa dokter Steve?" Henry pun langsung mengikuti arah pandang pria itu.
"Wanita itu?" Gumamnya ketika melihat seorang wanita yang masih mengenakan jas putih kedokteran pergi meninggalkan aula tersebut.
"Tidak, sepertinya hanya mirip saja." Imbuhnya bermonolog, lagipula tidak mungkin mantan istri bosnya adalah seorang dokter. Gadis itu terlalu liar dalam menjalani hidup jadi rasanya itu tidak mungkin, bukankah di dunia ini memang banyak sekali sebuah kemiripan satu sama lainnya pikirnya sembari menatap punggung wanita yang telah pergi jauh itu.
"Maaf tuan Henry, wanita itu adalah kekasih saya. Sepertinya sedang ada masalah dengan pasiennya, sebentar saya lihat dulu."
Dokter Steve pun segera pamit karena tak biasanya sang kekasih bersikap seperti itu, wanita itu selalu menghormati setiap tamu yang datang ke yayasannya. Jangankan tamu penting, masyarakat yang tidak mampu membayar pengobatan pun wanita itu hargai dan hormati.
Kini Andrea yang kembali ke rumahnya nampak tak kuasa menahan airmatanya, kenapa takdir begitu mempermainkannya. Di saat ia sudah mulai menata hidupnya justru masa lalunya kembali hadir.
Saat mendengar pintu rumahnya di ketuk dari luar Andrea pun langsung mengusap airmatanya, kekasihnya pasti yang datang mengingat pria itu tadi melihat kedatangannya bahkan mencoba memanggilnya saat ia berlalu pergi.
"Sayang, kamu baik-baik saja?"
Dokter Steve nampak khawatir ketika Andrea baru membuka pintunya dengan mata dan hidung memerah, apa wanita itu baru saja menangis? Lalu apa penyebabnya? Apa ia telah melakukan sebuah kesalahan?
"Hm, aku sedikit flu." Sahut Andrea tidak berbohong meskipun bukan itu penyebabnya, sejak pagi ia memang sedikit flu dan juga demam.
"Benarkah?" Dokter Steve pun langsung mengulurkan punggung tangannya untuk memeriksa keningnya.
"Astaga sayang sepertinya kamu demam tinggi, sejak kapan? Kenapa masih tetap bekerja?" Imbuhnya lantas menuntun wanita itu masuk ke dalam rumahnya.
"Kamu kan seorang dokter harusnya lebih memahami kesehatan diri sendiri," omel pria itu lagi sembari membantu wanita itu duduk di atas sofa.
"Aku baik-baik saja, rencananya nanti sore aku juga mau menggunakan infus setelah tak ada pasien lagi." Sahut Andrea mengutarakan rencananya tersebut.
"Sudah jangan pikirkan pekerjaan, kamu harus beristirahat dan untuk para investor biar aku yang akan menanganinya sendiri." Tegas dokter Steve dengan posesif, kemudian pria itu nampak menghubungi salah satu perawat untuk segera memasang infus pada kekasihnya tersebut.
Beberapa saat kemudian dokter Steve kembali pergi, ia juga tidak mungkin meninggalkan para investor mengingat mereka telah terikat sebuah kerja sama.
Kini Andrea merebahkan tubuhnya di atas ranjang dengan punggung tangan tertancap jarum infus, wanita itu lebih suka mendapatkan infus untuk mempercepat kesembuhannya dari pada obat yang mungkin memakan sedikit lebih lama untuk kembali fit.
Libur satu hari saja pasiennya pasti sudah mencarinya, sebenarnya di tempatnya tinggal memang kekurangan tenaga medis dan semoga saja setelah di bangun rumah sakit yang lebih besar akan banyak dokter yang mau bertugas di sini.
Lalu bagaimana dengannya jika suatu saat nanti akan bertemu dengan Gerard? Mungkin kali ini ia bisa menghindari sang asisten tapi apakah lain kali ia bisa melakukan itu?
Apakah ia meminta dokter Steve saja untuk membatalkan menerima investasi itu?
klo rindu blg lah jgn berantem mulu🌚
jangan kabur yaa Ndree
kamu ternyata ga tau apa2 tentang andrea, Ger....selalu menilai org dari luarnya sajaa..padahal kamu harusnya tau bagaimana andrea dulu hidup penuh dengan krrja keras..