Li Yuanting, seorang jenderal perang bengis dan tak kenal takut dari zaman kuno, bereinkarnasi ke tubuh Ethan Zhao berusia 27 tahun, seorang pria tampan yang culun dan sering dihina, dijadikan anjing pesuruh oleh keluarga besar Zhao serta istrinya sendiri.
Li Yuanting yang menempati tubuh Ethan, akhirnya membalas mereka, dengan kemampuan strategi miliknya dan juga gabungan bakat yang dimiliki Ethan. Bagaimana perjalanan sang jenderal?
Yuk! Mampir baca!
Yang gak suka silahkan skip! Tidak perlu memberikan rating buruk👊
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yulianti Azis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pelajaran Kecil Untuk Felix
Di apartemen Evelyn yang berdesain modern minimalis, suasana terasa tenang hanya diiringi suara klik keyboard yang berulang. Ethan duduk di depan laptopnya dengan pandangan tajam penuh fokus. Cahaya layar memantulkan wajah tampannya yang kini lebih dingin dan penuh tekad.
Evelyn, yang sedang membaca dokumen di sofa, melirik ke arah Ethan. "Kau kelihatan sibuk sekali," komentarnya santai sambil menyeruput kopi.
"Sedikit pekerjaan kecil," jawab Ethan singkat tanpa mengalihkan pandangan dari layar. Jemarinya bergerak cepat, menembus firewall yang seharusnya tak dapat ditembus.
"Apa lagi kali ini?" Evelyn bertanya penasaran.
Ethan tersenyum dingin. "Proyek GreenTech milik Felix. Mereka baru saja mendapat kontrak besar untuk pengembangan energi terbarukan. Kupikir menyabotase sistem data mereka akan menjadi hadiah yang pantas."
Evelyn menaikkan alisnya. "Kau serius ingin membuat hidup saudara tirimu itu kacau?"
Ethan menatap Evelyn sejenak. "Dia dan Clara yang dulu jadi istriku mencoba membunuhku. Aku tidak bermain-main, Evelyn. Ini hanya permulaan."
Ethan kembali mengetik, memasukkan kode berlapis yang dirancang untuk merusak basis data proyek GreenTech. Data penting yang dibutuhkan Felix akan hancur dalam hitungan detik.
"Kau tahu ini ilegal, kan?" Evelyn berkata sambil tersenyum miring.
"Dan apa yang mereka lakukan padaku itu legal?" balas Ethan dengan nada sarkastik. "Aku hanya membayar mereka dengan mata uang yang sama."
Beberapa saat kemudian, layar laptop menunjukkan pesan konfirmasi bahwa sabotase berhasil. Data proyek Felix telah rusak total, membuat proyek itu akan terhenti selama berminggu-minggu.
Ethan menutup laptopnya dengan puas. "Sudah selesai. Sekarang kita lihat bagaimana mereka panik."
Evelyn menggeleng pelan sambil tersenyum. "Kau benar-benar tidak kenal ampun. Tapi aku suka, ini pelajaran untuk bajingan sepertinya."
Ethan berdiri, pandangannya penuh kebengisan namun juga kepastian. "Dunia ini bukan tempat bagi orang yang lemah, Evelyn. Aku tidak lagi menjadi pria culun yang mereka injak. Mulai sekarang, akulah yang memegang kendali."
Di ruang tamu mewah mansion Zhao, suasana penuh tawa dan kesombongan menggema. Felix duduk santai di sofa kulit mahal dengan Clara di sampingnya, sementara Lilith Zhao, ibunya, duduk anggun dengan secangkir teh di tangan. Aroma wangi bunga mahal memenuhi ruangan.
"Haha! Aku masih tak percaya Ethan bisa keluar hidup-hidup dari jurang itu," Felix tertawa keras dengan nada menghina. "Tapi lihat saja, dia pasti sudah jadi gembel di pinggir jalan sekarang."
Clara menyeringai sinis. "Dia memang pantas hidup seperti itu. Pria lemah dan menyedihkan seperti dia tidak seharusnya menginjakkan kaki di mansion ini sejak awal."
Lilith Zhao, dengan senyum liciknya, menambahkan, "Benar. Anak dari seorang pelayan seharusnya tahu tempatnya. Sudah bagus kita beri dia tempat tidur dulu, meskipun dia tak lebih dari sampah."
Felix mengangguk setuju. "Tapi rasanya aku belum puas. Entah kenapa melihat dia tetap bernapas membuatku kesal."
Clara menatap Felix dengan mata berkilat. "Lalu apa yang akan kau lakukan?"
Felix menyeringai jahat. "Mungkin sudah waktunya memberi Ethan pelajaran terakhir yang akan membuatnya benar-benar lenyap dari dunia ini."
Lilith Zhao meletakkan cangkir tehnya dengan elegan. "Kuharap kau bisa memastikan semuanya beres. Nama keluarga Zhao tidak boleh tercoreng hanya karena kutukan seperti dia."
"Aku punya beberapa orang yang bisa disewa," bisik Felix penuh konspirasi. "Aku pastikan mereka akan membuat Ethan menyesal pernah muncul kembali."
Clara tertawa kecil. "Bagus. Semakin cepat semakin baik. Aku juga muak jika pria culun itu masih ada di bumi yang dengan kita."
Tanpa mereka sadari, di luar sana, Ethan Zhao yang kini tidak lagi lemah telah bersiap untuk mengirimkan balasan yang jauh lebih kejam dan tak terduga.
Felix baru saja meraih ponselnya dengan senyum licik di wajahnya, bersiap untuk menghubungi seseorang yang akan "mengurus" Ethan Zhao. Namun sebelum dia sempat menekan nomor kontak, pintu ruang tamu terbuka dengan tergesa-gesa. Asisten pribadinya, seorang pria muda dengan wajah pucat panik, berlari masuk.
"Tuan Felix! Ada masalah besar!" serunya dengan napas tersengal.
Felix mengerutkan dahi, merasa terganggu. "Apa yang kau bicarakan?"
Asisten itu menelan ludah sebelum menjawab, "Proyek GreenTech ... data inti proyek tiba-tiba hancur total. Sistem kami disabotase, dan kami kehilangan semua informasi penting. Para mitra sudah mulai menarik diri!"
"Apa?!" Felix berdiri dengan wajah memerah karena murka. "Bagaimana mungkin ini bisa terjadi?"
Clara yang duduk di sampingnya ikut terkejut. "Sabotase? Siapa yang berani melakukan ini?"
Lilith Zhao yang awalnya tenang kini meletakkan cangkir tehnya dengan keras. "Kau bilang kehilangan semua data? Ini lelucon, kan?"
"Tidak, Nyonya," jawab asisten dengan suara gemetar. "Kami sudah memanggil tim IT, tapi mereka bilang pemulihan data hampir mustahil. Sistemnya dihancurkan secara menyeluruh."
Felix menggertakkan giginya, rasa panik mulai menjalar dalam dirinya. "Siapa yang berani bermain-main dengan bisnis Zhao Group?! Aku akan menghancurkan mereka!"
Di luar mansion, matahari mulai tenggelam, dan angin dingin berembus kencang. Di tempat lain, Ethan Zhao duduk tenang di depan laptopnya di apartemen Evelyn, tersenyum tipis melihat pesan konfirmasi bahwa sabotase berhasil.
"Satu pukulan telak untuk keluarga Zhao," gumam Ethan dingin. "Ini baru permulaan."
****
Felix kini sepenuhnya kehilangan fokus dari rencana awalnya untuk memberi pelajaran pada Ethan Zhao. Wajahnya yang biasanya penuh percaya diri kini tampak kusut dengan lingkaran hitam di bawah matanya. Kantor pribadinya di mansion Zhao berantakan—berkas dokumen berserakan di meja, laporan kerugian tergeletak tanpa sempat ia baca dengan saksama.
"Dapatkan mereka yang bertanggung jawab!" teriak Felix dengan suara penuh amarah kepada tim IT yang duduk gemetar di hadapannya melalui panggilan video. "Aku tidak peduli berapa biayanya, cari tahu siapa yang meretas sistem GreenTech!"
Namun, jawabannya selalu sama—tidak ada jejak digital yang bisa dilacak. Sang peretas telah bekerja dengan sangat rapi dan meninggalkan kekacauan yang hampir mustahil dipulihkan.
Clara, yang biasanya penuh hinaan dan ejekan untuk Ethan, kini duduk di sofa dengan wajah bingung. "Felix, kenapa kau tidak panggil pihak berwenang saja? Ini terlalu besar kalau hanya mengandalkan tim internal."
Felix menatapnya tajam. "Pihak berwenang? Apa kau gila? Kalau mereka tahu proyek ini hancur, reputasi keluarga Zhao tamat!"
Lilith Zhao masuk ke ruangan dengan ekspresi dingin. "Felix, ini sudah di luar kendali. Jika kau tidak menyelesaikan masalah ini segera, Tuan Besar Zhao tidak akan segan mencopot posisimu sebagai penerus bisnis keluarga."
Wajah Felix memucat mendengar ancaman itu. Keringat dingin membasahi pelipisnya. Dia harus bertindak cepat, tapi semakin dia mencoba mencari solusi, semakin dalam dia tenggelam dalam masalah yang diciptakan oleh sang peretas misterius—Ethan Zhao.
Di tempat lain, Ethan Zhao duduk santai di sebuah kafe mewah bersama Evelyn Tang. Senyum tipis terlukis di bibirnya saat melihat berita terbaru di layar ponsel.
"Krisis GreenTech Mengguncang Zhao Group, Kerugian Ditaksir Mencapai Ratusan Juta Dolar."
Ethan menyandarkan tubuhnya dengan santai. "Mereka sibuk sekarang," gumamnya puas. "Sudah lupa mereka ingin membunuhku."
Evelyn tertawa kecil. "Felix pasti frustasi. Kau benar-benar tidak punya ampun, ya?"
Ethan menatapnya dengan sorot mata dingin. "Mereka yang mulai duluan. Aku hanya memastikan mereka tahu siapa yang sebenarnya mengendalikan permainan."
susah di sadarkan lhooo orang tamak n serakah