NovelToon NovelToon
Gadis Peter Pan Milik Ceo Kaivan

Gadis Peter Pan Milik Ceo Kaivan

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Cinta Seiring Waktu / Menjual Anak Perempuan untuk Melunasi Hutang
Popularitas:3.1k
Nilai: 5
Nama Author: skyl

Ini tentang sebuah perselisihan dua puluh Tahun lalu antara Atmaja dan Biantara

Mereka berperang pertumpuhan darah pada saat itu. Atmaja kalah dengan Biantara, sehingga buat Atmaja tak terima dengan kekalahannya dan berjanji akan kembali membuat mereka hancur, sehancur-hancurnya

Hingga sampai pada waktunya, Atmaja berhasil meraih impiannya, berhasil membawa pergi cucu pertama Biantara yang mampu membuat mereka berantakan.

Lalu, bagaimana nasib bayi malang yang baru lahir dan tak bersalah itu?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon skyl, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Part 13 ~Menikah besok?

Calvin yang mendengar ucapan asistennya seketika bersorak riang.

"Pak Kaivan benar-benar menyetujui kerja sama dengan perusahaan saya?"

"Iya pak."

Calvin tersenyum. Dari banyaknya perusahaan yang ingin bekerja sama dengan Atamadewa, perusahannya yang terpilih.

"Saya akan pulang, kosongkan jadwalku hari ini."

"Baik, pak."

Calvin meraih jasnya di sisi kursinya setelah itu keluar dari ruangannya untuk pulang ke rumah, bertemu dengan istrinya membagikan kabar gembira ini.

Bekerja sama dengan perusahaan Atamadewa adalah salah satu kebahagiaan tersendiri untuknya.

Sesampainya di rumah, Calvin segera mencari keberadaan sang istri.

Senyuman yang tadi begitu mengembang kini pudar seketika saat melihat istrinya duduk di lantai di samping ranjang, memeluk sebuah pakaian.

"Sayang."

"Mas Calvin." Aliza segera menghapus air matanya melihat suaminya. "Tumben cepat pulang, mas?"

Calvin ikut duduk di lantai tepat di samping sang istri tercinta.

"Kamu tiba-tiba kangen lagi sama anak kita?" tanya Calvin membuat Aliza menunduk menahan air matanya ingin kembali jatuh.

"Aku tadi habis beres-beres kamar, mas. Terus nemu pakaian Heera, mas. Aku kangen Heera, dia udah sebesar apa sekarang? Apa dia sehat? Kapan kita bisa menemukan anak kita, mas." Aliza memeluk suaminya, tidak henti-hentinya menangis.

Sampai sekarang mereka belum ikhlas akan kehilangan putri tunggal mereka. Kenapa mereka tidak memiliki anak lagi? Karena Aliza mengalami kemandulan saat mengandung anak kedua, dia keguguran.

Calvin mengusap dengan lembut rambut panjang istrinya. Membiarkan Aliza menangis di dalam pelukannya.

"Mas juga sudah berusaha sayang buat nemuin anak kita, tapi hasilnya nihil. Mas sudah mencari selama dua puluh tahun mas tidak menemukan Heera di mana."

"Heera enggak mungkin meninggalkan, mas. Iyakan? Anak kita sehat-sehat aja, dia akan kembali." Aliza menghapus air matanya sendiri.

"Iya sayang, anak kita akan kembali." Calvin mendongak ke langit-langit kamar agar tangisnya tak pecah dihadapan istrinya.

Mereka saling berpelukan, tidak ada pembicaraan. Mereka sama-sama menenangkan perasaan mereka.

"Sudah lebih tenang? Mas pulang, mas ingin memberitahu kabar gembira pada istri mas." Walaupun umur sudah kepala empat, keromantisan mereka tidak pernah pudar.

"Mau bicara hal gembira apa, mas?"

"Ayo kita ke sofa dulu, masa ceritanya di lantai gini."

Mereka menuju sofa yang berada di dalam kamar, mereka duduk saling berhadapan.

"Kemarin kan mas cerita lagi pertemuan sama ceo perusahaan Atamadewa terus ngajuin kerja sama."

"Iya mas, kenapa?" tanya Aliza.

"Pak Kalvin menerima kerja samanya, sayang. Mas senang banget. Perusahaan itu adalah perusahaan besar, sangat sulit bagi para pembisnis bisa bekerja sama dengannya, tapi mas bisa."

Aliza ikut senang melihat wajah ceria sang suami.

"Suamiku hebat, hebat banget." Aliza memeluk Calvin.

"Besok malam kita ke rumah papa, ya. Kita makan malam di sana."

Aliza mengangguk.

...----------------...

Kalvin lembur di kantor, sudah beberapa telpon dari rumah, telpon itu dari pelayan yang mengatakan Aruna memaksa untuk menghubunginya.

"Iya sabar, sebentar lagi saya pulang Aruna," ucap Kalvin, tangannya sibuk mengetik di papan keyboard di laptopnya, ponselnya berada di bahu bersentuhan dengan telinga.

"Maunya sekarang, monster udah janji buat beliin Una makanan enak."

Kalvin menghela napas panjang mendengar rengekan Aruna dan sepertinya akan segera menangis.

"Baiklah saya akan pulang, berikan ponselnya kepada bibi."

"Oke." Aruna memberikan ponsel tersebut kepada Fani.

"Iya Tuan."

"Makanan jenis apa yang Aruna lihat sampai merengek memintanya?"

"Mochi, Tuan. Nyonya tadi nonton tv terus ada iklan mochi, Nyonya jadi pengen makan mochi."

Kaivan mematikan sambungan telpon setelah mengatahui apa yang diinginkan gadis kecilnya.

"Saya akan melanjutkannya di rumah." Kaivan memasukan laptopnya ke dalam tas kerja.

...----------------...

Bisa saja Kaivan memesan untuk di bawakan ke mansion, tapi dia juga sebenarnya ingin pulang, bertemu dengan Aruna.

Setelah membeli mochi di jalan tadi, Kaivan pun menancap gas menuju mansion.

Sesampainya di mansion, ia turun dari mobil lalu segera memasuki mansion tersebut.

"Nyonya sudah tidur, Tuan," ucap Fani saat pintu kamar dibuka.

Kaivan memejamkan matanya sesaat. Kalau saja bukan Aruna mungkin Kaivan sudah menghabisi orang itu.

"Hmm... Masukkan ini ke dalam kulkas, besok dia akan memakannya. Kamu bisa beristirahat."

"Baik Tuan, makasih." Fani menunduk sedikit lalu keluar dari kamar.

Setelah Fani sudah pergi, Kaivan melepaskan jasnya lalu mendekati ranjang di mana Aruna sudah terlelap dengan memeluk bantal guling.

"Menyebalkan sekali gadis ini, memintaku cepat pulang saat sampai di rumah dia sudah tidur." Kaivan mengapit pipi Aruna dengan tangannya.

"Dasar wanita," celetuk Kaivan.

Ponselnya berbunyi di dalam sakunya, Kaivan pun segera mengangkat telpon dari sang papa.

"Kenapa, pah?" tanya Kaivan.

"Papa tidak jadi ke bandung, jadi pernikahan kalian bisa dilakukan besok saja. Jam sepuluh kamu sudah ada di kua bersama dengan Aruna, papa sudah daftarin nama kalian tinggal ijab kabul."

Kaivan tersedak air liurnya sendiri, emang boleh se ngercep itu?

"Kai belum membelikan Aruna gaun."

"Mama kamu sudah membelikannya, jam tujuh mama kamu ke mansion buat dandanin Aruna."

"Baiklah, Kaivan ikut arahan kalian saja."

Setelah berbincang sebentar, mereka memutuskan telpon, Kaivan pun menuju kamarnya.

Awalnya ingin menyelesaikan pekerjaannya jadi tak jadi. Sepertinya dia perlu istirahat untuk besok. Pekerjaannya dia opor ke Denis.

Denis yang baru saja ingin berleha-leha di kasur empuknya merasa kesal saat telpon masuk dari bosnya.

"Kamu kerjain ini ya, tinggal dikit. Gaji kamu bonus dua kali bulan ini."

Andai saja bukan karena gaji, mungkin Denis sudah mengundurkan diri. Semenjak bosnya memiliki kekasih, Denis sering tak tidur, tembus pagi dan malam hanya menyelesaikan pekerjaan bosnya ini.

"Iya Tuan."

Denis ingin sekali meninju bosnya, enteng sekali moncongnya berkata hanya sedikit. Sedikit apanya, bosnya itu hanya mengerjakan seperempat sisanya dibagi kepadanya.

"Sabar-sabar Denis, demi cuan." Dengan malas dia bangkit dari kasur empuknya lalu berjalan ke arah sofa.

Sebelum memulai dia menghela napas panjang berulang kali.

"Oke." Dia pun mulai mengetik di laptop miliknya.

Saat asistennya kini stres, sedangkan sang bos sudah berada di atas kasur dengan posisi menghadap ke atas, memandang langit-langit kamarnya.

"Besok nikah?" gumamnya pelan. Tidak pernah terlintas di otaknya akan menikah waktu dekat ini.

Namun, tiba-tiba saja kedua orang tuanya akan menikahkannya dengan gadis yang memiliki sindrom peter pan.

"Umur Aruna sudah legal, itu berarti saya tidak termasuk pria pedofil, menikahi anak di bawah umur."

Mengingat biodata Aruna, Aruna sudah genap dua puluh tahun, jadi sudah tak termasuk anak di bawah umur.

"Menikahi gadis yang baru saja tumbuh, astaga." Kaivan mengusap rambutnya ke belakang.

Di umurnya yang sudah genap tiga puluh satu tahun harus menikahi gadis berusia dua puluh tahun. Yang berarti dia dan Aruna berbeda sebelas tahun.

Sebentar! Kaivan beranjak untuk membuka laci, mengambil maps berisi biodata Aruna, siapa tau dia menemukan nama ayah Aruna di sana.

"Astaga, Denis belum menemukan biodata asli Aruna. Tidak ada nama kedua orang tua Aruna di sini." Biodatanya benar-benar tak lengkap, seseorang yang menjual Aruna begitu pintar.

1
Pujiastuti
😅😅😅Aruna,,,,,,, Aruna sok sokan suruh Ipan jauh² bobonya ternyata ngak bisa bobo juga ya Runa kalau ngak dipeluk sama Ipan 😁🤭
Pujiastuti
😅😅😅kalau sampai berani bilang langsung kalau bos nya bodoh bakalan dipecat kalian 😁😁😁
Pujiastuti
walah ini emak sama anak malah gelut rebutan Aruna 😁😁🤭
Pujiastuti
aduh senengnya kalau punya mertua kayak mamanya Kavian
Pujiastuti
ayo lo Kaivan bisa tahan godaan ngak nih jangan macam² sama Aruna ya Ipan nanti dilaporkan ke mama ipan yang malu nanti 😁😁
Pujiastuti
Aruna ketemu ayah kandungnya ni,,,,
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!