Asyh, gadis belia yang pergi ke Amerika untuk melanjutkan studinya. Baru saja sampai ke Negara Paman Sam itu. Asyh sudah menyaksikan kejadian yang membuat hatinya begitu terluka yakni dang kekasih berselingkuh dengan wanita lain.
Lari dari pria 'jahat' itu adalah pilihan Asyh satu-satunya. Dengan segala kekecewaannya, Asyh berlari hingga ke basement apartemen sang kekasih dan malah tidak sengaja menyaksikan sebuah adegan pembunuhan keji.
Asyh dilepaskan oleh dua orang pria yang melakukan pembunuhan itu. Sayangnya, tanpa ia sadari semua itu adalah awal 'kehidupan barunya'.
WARNING!!!
Terdapat Unsur Dewasa dan Adegan Kekerasan di Beberapa Bab!
Harap Bijak Memilih Bacaan dan Bacalah Sesuai Dengan Usia Anda!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ZmLing, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
JANGAN PERNAH MENYENTUHKU!
"Apa katamu? Surat perjanjian?" Asyh bertanya memastikan, takut ia salah mendengar meski memang ada sebuah map yang Arlen letakan di depannya.
"Ya, surat perjanjian bahwa kita resmi menjadi kekasih." Arlen duduk di atas meja rias berhadapan dengan Asyh.
"Hey, kau pikir kau itu sedang membeli istri kontrak atau sugar baby? Jangan mengada-ngada Arlen Addison! Tidak ada sepasang kekasih yang menandatangani surat perjanjian kecuali mereka telah resmi menikah, baru mereka akan menandatangani dokumen pernikahan." Asyh dengan kesal sambil menunjuk-nunjuk dokumen yang ada di depannya bahkan sesekali menghentakkan dokumen itu di atas meja.
Arlen merasa heran kenapa Asyh begitu keberatan hanya untuk menandatangani surat perjanjian itu.
"Apa? Kau ingin marah lagi atau mencekikku lagi? Arlen, meski aku masih kaku dan baru pernah berpacaran satu kali, tapi tidak ada sepasang kekasih yang menandatangani surat perjanjian. Kecuali kau memang hanya berniat menjadikan diriku sebagai istri kontrak atau sugar baby mu saja." Asyh menunduk sedih.
"Aku tidak ingin kau hanya sekedar menjadi istri kontrak atau sugar baby, darling. Aku menginginkan dirimu seutuhnya." Arlen memegang pundak Asyh dengan lembut.
"Lalu kenapa harus ada surat perjanjian? Surat perjanjian hanya untuk dua orang atau dua pihak yang sedang melakukan kerjasama. Dan setelah kerjasama selesai, surat perjanjian juga berakhir." Asyh menatap kesal sekaligus sedih kepada Arlen.
"Jadi kau tidak mau menandatangani surat perjanjian ini?" Arlen menatap dalam kedua manik hitam menenangkan itu.
Asyh menggeleng.
"Jika kau ingin menjadikan diriku milikmu seutuhnya, tidak perlu membuat perjanjian seperti ini. Aku tidak peduli isinya, tapi yang aku tahu ini tidak benar. Selama kau berlaku baik padaku, aku juga akan begitu. Aku tidak akan berkhianat sekalipun kau yang berkhianat duluan. Aku tidak akan pergi meski kau mengusirku, tapi aku akan berusaha untuk mendapatkan kembali cintamu. Katakan saja aku bodoh, tapi nenekku selalu mengajariku arti kesetiaan." Asyh menjelaskan dengan lembut tak lupa membalas tatapan sepasang manik tajam itu.
"Baiklah. Maafkan aku! Aku hanya tidak ingin kehilangan dirimu." Arlen memeluk Asyh.
"Aku tidak akan pergi selama kau menjadi Arlen yang menjagaku. Bukankah kau bilang, hidup dan matiku ada di tanganmu? Lalu kenapa kau harus takut?" Asyh bertanya sebenarnya dengan niat memancing.
Asyh sangat penasaran dengan masa lalu Arlen.
"Aku ... "
Lama Arlen terdiam.
"Ya sudah, jika kau belum siap untuk bercerita. Aku akan menunggu. Sekarang, ayo kita turun dan sarapan. Aku sudah lapar." Asyh melepaskan pelukannya begitupun Arlen.
Asyh menarik tangan besar Arlen dan mengambil tasnya.
Setelah itu mereka berjalan beriringan menuju ke ruang makan.
"Xello tidak ikut sarapan bersama?" Asyh bertanya bingung setelah mereka duduk.
"Tidak. Dia jarang sekali sarapan." Arlen menjawab santai.
Asyh mendekatkan kepalanya kepada Arlen dan berbisik.
"Kau tidak marah aku menyebut nama adikmu?"
"Untuk apa aku marah? Dia adikku, tidak mungkin mengkhianatiku." Arlen menjawab santai sambil mengunyah sandwichnya.
Asyh mengangguk paham.
Mereka menikmati sarapan mereka tanpa ada obrolan selanjutnya.
Asyh selesai duluan.
"Aku harus berangkat sekarang." Asyh meneguk susunya hingga habis.
"Xello, antarkan Asyh sekarang!" Arlen sedikit berteriak.
"Maaf Tuan, Tuan Xello sudah menunggu di dalam mobil." Seorang pelayan memberitahu kepada Arlen.
Arlen menghardik pelayan itu dengan menggerakkan telapak tangannya.
"Babe, aku pergi dulu." Asyh mengecup pipi Arlen dan langsung berjalan keluar meninggalkan Arlen yang tersenyum.
Arlen tak ingin ketinggalan pun segera menyelesaikan kegiatannya dan segera menyusul Asyh.
••••••••••••••
"Kau cantik sekali hari ini As." Xello memuji dengan tatapan sulit di artikan.
"Terima kasih." Asyh menjawab singkat.
Asyh merasa tidak nyaman dengan posisi mereka yang duduk berdampingan.
Xello tadi sengaja mengunci pintu mobil bagian belakang dan menyisakan pintu depan.
Asyh memeriksa tasnya untuk melihat apakah ada yang ketinggalan.
"Astaga, buku catatanku ketinggalan." Asyh bergumam panik.
"Xello, bisakah kita kembali sebentar? Buku catatanku ketinggalan dan itu sangat penting." Asyh panik dan reflek memegang lengan Xello.
Xello menyeringai menakutkan.
"Sure, baby." Xello menepis tangan Asyh tadi namun dengan cepat tangan Asyh sudah berada di dalam genggamannya.
Asyh berusaha melepaskan tangannya dari tangan Xello, namun sangat sulit.
Xello kini telah berputar arah, namun sepertinya Xello memilih jalan pintas yang sangat sepi.
"Xello, kau sepertinya salah jalan." Asyh masih berusaha melepaskan tangannya.
Ia mulai sedikit takut melihat jalanan yang mereka lewati begitu sepi dan bisa dibilang itu adalah jalan hutan.
"Mana mungkin aku salah jalan baby?" Xello dengan suara berat namun menakutkan.
"Xello, lepaskan tanganku!" Asyh berteriak kesal.
Sayangnya, Xello seakan tuli dan memilih mengabaikan teriakan Asyh.
Xello menambah laju mobilnya hingga mereka kini sampai di sebuah hutan lebat yang sangat tidak ada orang sama sekali.
Xello segera turun dari mobil dan membuka pintu mobil bagian Asyh.
Asyh langsung turun dan berlari karena ia merasa Xello sudah tidak aman.
Namun dengan langkah lebarnya, Xello berhasil menangkap Asyh.
"Lepaskan aku!" Asyh meronta sambil memukul tangan Xello, namun sayangnya itu semua tidak berarti apapun untuk Xello.
Xello membawa Asyh masuk ke dalam sebuah rumah kecil di tengah hutan itu.
Xello menurunkan Asyh dengan kasar dan segera mengunci pintu rumah kecil itu.
"Lepaskan aku Xello! Aku harus kuliah!" Asyh kembali berteriak.
Xello kembali menyeringai menakutkan.
"Tidak sebelum kita selesai bersenang-senang baby." Suara Xello terdengar menakutkan dan seperti orang yang sedang terbakar gairah.
"Xello, jangan main-main! Kau tahu kakakmu seperti apa kan? Jangan menyia-nyiakan nyawamu!" Asyh berjalan mundur berusaha menghindari Xello yang melangkah maju hendak mendekatinya.
"Aku memang hanya ingin bermain-main denganmu!" Xello semakin melangkah maju sambil membuka tiga kancing kemeja bagian atasnya.
"Jangan Xello! Aku mohon!" Asyh terus berusaha menghindar.
Bukk
Asyh tersandung kakinya sendiri dan jatuh terduduk.
"Bukankah kau seharusnya senang, aku yang lebih muda juga ingin bermain denganmu? Dia bahkan selalu berusaha menggodaku." Xello kini berjongkok tepat di depan Asyh.
"JANGAN SAMAKAN AKU DENGAN WANITA MASA LALU ARLEN ATAUPUN DIRIMU! MATI SEKALIPUN AKU TIDAK AKAN MENGIJINKAN DIRIMU MENYENTUHKU! HANYA ARLEN! HANYA ARLEN YANG BERHAK MENYENTUHKU! AKU SUDAH MEMBUAT KEPUTUSAN UNTUK HIDUP BERSAMANYA! JANGAN PERNAH BERHARAP KAU BISA MENDAPATKAN APAPUN DARIKU!" Asyh membentak Xello dengan amarah memuncak dan suara melengking.
Xello tertegun melihat gadis kecil di depannya yang begitu berpegang teguh pada komitmennya sendiri.
"Cih..jangan bersandiwara! Kakakku bahkan tidak tahu apakah kau masih tersegel atau tidak, maka biarkan aku yang mencobanya!" Xello membelai wajah cantik Asyh yang kini basah karena air mata.
PLAKK
Asyh menampar Xello dengan sangat kuat.
"JANGAN PERNAH MENYENTUHKU!" Asyh kembali berteriak.
"Semakin kau menolakku, aku semakin bersemangat sayang." Xello dengan cepat menarik kaki Asyh hingga kini Asyh berada di bawahnya.
BRRAKKK
pelakor dilaknat dan dibinasakan
sedangkan
pebinor bebas berbuat semuanya dan diperlakukan lembut, kesalahan beres begitu saja, bahkan pebinor diperlakukan sangat lembut melebih sang suami
ini pemikiran menjijikan dari wanita jablay dan munafik yang dibawa kedalam novel