NovelToon NovelToon
Dear, Anak Majikan

Dear, Anak Majikan

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / One Night Stand / Harem / Pembantu / Office Romance / Chicklit
Popularitas:3.9k
Nilai: 5
Nama Author: DityaR

"Dengerin saya baik-baik, Ellaine! Kamu harus jauhin Antari. Dia bakal kuliah di luar negeri dan dia bakal ngikutin rencana yang saya buat. Kamu nggak boleh ngerusak itu. Ngerti?"

Gue berusaha ngontrol napas gue. "Nyonya, apa yang Ella rasain buat dia itu nyata. Ella—"

"Cukup!" Dia angkat tangannya buat nyuruh gue diam. "Kalau kamu beneran sayang sama dia, kamu pasti pengen yang terbaik buat dia, kan?"

Gue ngangguk pelan.

"Bagus. Karena kamu bukan yang terbaik buat dia, Ellaine, kamu tahu itu. Anak dari mantan pelacur, pecandu narkoba nggak pantas buat cowok kayak Antari."

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DityaR, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Ruang

Sekarang gue sendirian di sofa, di depan gue meja penuh gelas-gelas alkohol dan sebotol tequila yang sudah setengah habis.

Sendirian...

Seperti biasa.

Bukannya ini yang selalu gue inginkan?

Gue sudah berjuang keras buat jaga jarak dari orang lain, buat tetap sendiri.

Lebih aman.

Lebih gampang.

Jadi kenapa sekarang rasanya kosong?

Gue selalu bilang ke diri sendiri kalau gak mau jadi tipe orang yang nyalahin masa kecilnya buat semua masalah di hidupnya.

Memang, masa lalu berpengaruh ke siapa kita sekarang, tapi pada akhirnya, kita yang mutusin mau jadi apa.

Mungkin gue memang seperti ini.

Tanpa alasan.

Gue kagum sama orang-orang yang bisa terbuka sama perasaan mereka, yang berani ambil risiko, yang gak takut kelihatan rapuh.

Pikiran gue melayang ke Zielle, tetangga kita, cewek yang ada hubungan sama Anan. Dia beda. Perasaannya selalu transparan, gak ada yang dia tutup-tutupin.

Gue masih ingat kejadian beberapa hari lalu. Waktu Anan nyuruh gue ngeluarin dia dari kamarnya setelah mereka semalaman tidur bareng.

Pas gue naik ke atas, dia sudah berdiri di ujung tangga. Air mata ngalir di pipinya.

Dia gak perlu gue peringatkan apa-apa. Dia cuma angguk, seperti dia sudah denger semua yang Anan bilang.

Ekspresi di matanya waktu itu... bikin perut gue mules.

Gimana dia bisa terus bangkit setelah disakitin berulang kali?

Di mata gue, dia jauh lebih berani dari gue.

Dia gak nyembunyiin dirinya di balik tembok tinggi seperti gue. Dia ngerasain semuanya, hidup sepenuhnya.

Tapi dia juga sering terluka...

Mungkin itu bagian dari hidup, kan?

Gue yang sekarang, yang ngerasa "aman" ini... rasanya ada yang kurang.

Apa gue pengen disakitin?

Atau...

Gue cuma pengen sesuatu yang berbeda?

Mungkin gue cuma capek. Capek sama hidup yang gini-gini aja. Sama hubungan yang kosong, yang cuma sekadar fisik tanpa ada makna.

Gue tuang lagi tequila ke gelas, terus langsung gue teguk dalam sekali habis. Gelasnya gue taruh di meja depan gue.

Ke mana sih, Elnaro?

Sepertinya gue butuh interaksi yang nggak pakai perasaan, nggak ada ikatan, nggak ada janji masa depan atau drama norak.

Murni chemistry antara dua orang yang saling tertarik secara fisik.

Gila, gue kedengeran kosong banget.

Gue sudah masuk gelas ketiga pas mulai mikir, nih orang bakal balik nggak, sih?

Tadi, kan kita ngobrolnya nyambung, terus kenapa tiba-tiba cabut?

Dia tahu dari mana kalau gue kerja di rumah keluarga Batari?

Gue nyenderin kepala ke belakang sebelum nenggak satu tegukan lagi. Alkoholnya ngebakar tenggorokan dan perut gue. Begitu kepala gue turun lagi, samar-samar gue lihat ada seseorang duduk di sofa depan gue. Gue naruh gelas ke meja, siap buat hadapi Elnaro.

Tapi begitu gue lihat ke atas, bukan Elnaro yang nongol.

Itu Antari Batari.

Gue nyaris keselek sendiri.

Antari duduk santai, kedua tangannya selonjor di sandaran sofa. Setelan jas hitamnya terbuka dikit, membiarkan kemeja biru gelap dan dasi hitamnya kelihatan.

Rambutnya yang kecoklatan malah kelihatan hitam di pencahayaan ini, sama seperti matanya. Muka yang seperti dipahat itu tetep tanpa ekspresi seperti biasa, tapi janggut tipisnya bikin dia kelihatan…

Sial, cakep banget.

Nggak adil.

Gue pengen nanya, ngapain lo di sini?

Tapi langsung gue urungkan. Ini klub dia, terserah dia dong mau nongkrong kapan aja.

Seorang pelayan datang mendekat. "Pak, tempatnya sudah kosong. Mau minum apa?"

Suara Antari serak banget. Jantung gue langsung deg-degan. "Yang biasa. Sama tambahin satu ini lagi," ujarnya sambil menunjuk botol tequila kosong di depan gue.

"Siap."

Kosong?

Gue baru nyadar buat ngelirik sekitar.

Beneran, nggak ada siapa-siapa. Musik masih jalan, DJ masih di tempatnya, tapi klub ini sudah sepi. Kapan...

Gue terlalu sibuk mabok sambil ngamuk, seperti yang Elnaro bilang.

Antari natap gue lurus-lurus, tanpa basa-basi. Matanya…

Selalu kelihatan manis di mata gue, walaupun ekspresinya sedingin es.

Pelayan itu balik lagi, nyodorin segelas whiskey buat Antari dan satu botol baru buat gue.

"Nggak ada yang boleh naik ke sini kecuali gue yang manggil," katanya santai. Gue langsung telan ludah.

"Siap, Pak." Pelayan itu langsung ngilang.

Antari nyodorin botol ke gue. "Nih, lanjut minum."

Gue sipitkan mata, bingung.

Apaan sih lo?

"Lo lagi ngapain?"

Antari nyeruput whiskey-nya, terus nyelonjorin tangan lagi ke belakang. "Bikin ruang."

Gue langsung nahan napas. Otak gue otomatis mundur ke kenangan lama.

.........

"Pergi sana!" Gue menghempas tangan Antari yang berusaha nahan gue, sementara dia ngikutin gue lewat lorong sekolah.

Dia nggak jawab, cuma narik gue masuk ke kelas kosong, terus nutup pintunya. Gue berbalik dengan muka marah.

"Gue bilang...."

Dia langsung narik gue ke pelukannya, bikin gue terdiam seketika. "Udah, nggak apa-apa," bisiknya.

Tangannya mengelus pelan bagian belakang kepala gue. "Jangan peduliin orang-orang tolol itu. Mereka nggak pantes dapet kemarahan lo."

Dia melepaskan pelukan, terus tarik dua kursi dan nyusunnya saling berhadapan. Dia duduk di satu kursi dan ngasih isyarat ke gue buat duduk juga.

"Ayo, duduk."

"Kita bukan anak kecil lagi, Antari," ketus gue. "Ini tuh...."

Dia cuma senyum, senyum yang terlalu manis buat gue tolak. Dan tanpa sadar, gue sudah duduk di depannya. "Gue bikin ruang."

Gue tahu. Karena ini bukan pertama kalinya dia ngelakuin itu. Setiap kali gue hancur, Antari selalu ada bikin ruang buat gue.

Antari duduk di depan gue, diam aja sambil dengerin gue ngoceh panjang lebar, mengeluh, misuh-misuh soal apa aja yang gue mau.

"Gue dengerin. Ini ruang lo."

Gue pandangi dia. Senyum manisnya sudah nggak ada, tapi dari matanya, gue tahu dia siap buat dengerin.

.........

"Gue kira lo cuma mau sekedar hubungan kerja," tegas gue ngingetin, sambil menuang tequila lagi.

"Gue pengen banyak hal," jawabnya santai, matanya masih mengunci ke gue, "tapi kita nggak selalu bisa dapetin semuanya."

Gue nggak bales.

Cuma teguk lagi satu gelas.

"Gue nggak butuh ruang. Kita udah bukan remaja lagi."

Dia senyum tipis. "Kita sama-sama tahu, punya ruang buat numpahin unek-unek, itu bagus."

Gue sipitkan mata. "Terus, kenapa lo ada di ‘ruang’ gue?" tanya gue. "Lo yang mood-nya gampang berubah tiap hari."

Antari ketawa kecil.

"Iya ngerti," kata dia mengakui. "Tapi gue tahu lo butuh ini. Klub udah kosong, lo punya semua alkohol yang lo mau. Apalagi yang lo cari? Anggap aja gue orang asing, yang besok nggak bakal inget omongan lo malam ini."

Andai gue bisa ngelakuin itu.

Antari memperhatikan gue, mencoba mengartikan keheningan gue, terus angkat satu alis.

"Kecuali uneg-uneg lo tentang gue. Kalau gitu, gue ngerti, kalau lo nggak mau ngomong."

"Berhenti, deh."

Antari nurunin tangannya dari sandaran sofa, sikunya menyandar ke lutut. "Berhenti apanya?"

Gue menggerakkan tangan, menunjuk dia dan gue.

"Ini semua. Jangan bersikap baik sama gue."

"Kenapa?" Sorot matanya terlalu tajam. "Lo takut gue ngehancurin tembok pertahanan yang lo bangun? Gue udah pernah ngelakuin itu, Ellaine. Dan itu gagal, kalau pun gue mau, gue bisa ngelakuinnya lagi."

"Dan kita sama-sama tahu gimana akhirnya kita berakhir...." Gue ingetkan dia soal kejadian malam kembang api itu.

Antari nggak kelihatan marah.

"Gue bukan remaja labil yang gampang nyerah kalau pun ditolak lagi. Sekarang gue pria yang tahu apa yang gue mau, dan gue nggak bakal berhenti sampai gue dapetin itu."

Gue menggenggam tangan gue sendiri di pangkuan.

"Lo juga pria yang punya pacar," bisik gue, ngerasa jantung gue sudah di tenggorokan.

Udara di antara kita berat.

Apaan sih ini?

Tegang?

Atau mungkin…

Sesuatu yang lebih dari itu?

Karena gila, Antari kelihatan nggak wajar gantengnya malam ini. Setelan jasnya terbuka dikit, dan otak gue mulai ke mana-mana. Gue geleng-geleng kepala.

Nggak. Ini cuma efek alkohol.

Gue langsung berdiri. Gue harus cabut. Kondisi gue gak bagus buat sendirian sama dia. Bukan setelah dia bikin gue lemah dengan memori soal ‘ruang’.

Gue baru mau jalan pergi waktu dia buka mulut. "Jadi, karena gue punya pacar… itu satu-satunya alasan kenapa lo belum jadi milik gue?"

Jantung gue nyaris lompat keluar.

Gue nggak berani melihat dia. Panasnya nyebar ke seluruh muka gue. Gue yakin gue merah.

Pertanyaan macam apa itu?

Gue muter balik, dan dia masih duduk di sana, santai padahal dia baru aja ngelempar bom.

"Gue bukan barang buat ‘jadi milik’ siapa pun," tajam gue.

Dia berdiri, melangkah mengitari meja kecil, sampe dia berdiri di depan gue.

"Gue nggak bermaksud ngerendahin lo. Izinin gue nanya dengan cara lain." Dia berhenti sebentar, dan gue otomatis mundur selangkah.

"Alasan lo ngejauh dari gue, alasan lo nggak ngasih gue nyentuh lo atau nunjukin gimana gue bisa…" Dia angkat tangan, mau nyentuh wajah gue, tapi gue buru-buru mundur.

"…bikin lo ngelupain semua masalah lo, beban lo, di ranjang, itu cuma karena gue punya pacar?"

Kata-katanya terlalu blak-blakan.

Gue ngerasa sesak.

"Mungkin aja gue memang nggak tertarik lagi sama lo."

Antari tatap gue tajam, suaranya pelan tapi yakin. "Lo bohong."

Gue diam.

Nggak ada kata-kata yang keluar.

Tiba-tiba, Antari narik pinggang gue, membawa gue lebih dekat ke dia. Nafas gue nyangkut di tenggorokan pas mata kita ketemu.

Terus dia ngomong, suaranya dalem dan tenang.

"Gue udah nggak punya pacar lagi, Ellaine."

1
Ummi Yatusholiha
lah,beneran nih ella jalan sama natius,kirain tadi bakal dihalangin antari.
btw yg ngerasain perawannya ella natius kah 🤔🤔
Ummi Yatusholiha
bingung banget pastinya jadi antari,pengen jadi satu2 nya dihidup ella, tapi karna keadaan malah gak bisa apa2
Ummi Yatusholiha
orangtua emang kadang sangat berpengaruh buat anaknya.

senang nih antari bakal ada ellaine di kantornya 🥰 thanks elnaro
Ummi Yatusholiha
hubungan kalian ini bikin deg degan trus deh.
kayaknya bener,antari bukan batari,tapi emang karna jadi seorang batari lah antari jadi pengecut
Ummi Yatusholiha
emang susah klo sudah ngomong soal status sosial.. sedih deh dgn hubungan kalian 🥺🥺
Ummi Yatusholiha
btw kok bisa ellaine bisa ngamar sama natius yaa,apa lagi natius masih SMA,gimana ceritanya coba 🤔🤔
Ummi Yatusholiha
ternyata yg terjadi di malam pesta kambang api semua karena peran si nyonya astuti,sang majikan.ella trus terang aja deh ke antari soal nyokapnya
Ummi Yatusholiha
hadeuh antari ellaine asta,bakal rumit deh ini.
akhirnya jadi tau asal luka di tangan antari dan memar di wajah asta
Ummi Yatusholiha
aduh ellaaaa,kan kamu bisa pake kamar mandi,nagapain coba main jari gak liat2 tempat,kedapatan kan sama asta 🤭🤭
Aan
karyanya bagus
Ummi Yatusholiha
thanks udah up thor.. kirain tadi up banyak2 lagi 🤭
Ummi Yatusholiha
senang dengan part percakapan kakek bahari dan ellaine 🥰
penasaran dgn part yg antari mukulin asta 🤔
Ummi Yatusholiha
plin plan deh antari,klo emang kamu suka dan nyaman sama maurice,trus kenapa masih gangguin ella,apa emang ella cuma jadi mainan doang,pdhal kamu nyadar klo ella gak pantas di gituin.kasian ella,jadi baper kan
Ummi Yatusholiha
udah biasa terjadi kan dikalangan pebisnis dan pengusaha,menjodohkan anak mereka demi bisnis
Ummi Yatusholiha
tuh kan antari,mau mainin perasaan ella kah,udah bukan pacar tapi tunangan
Ummi Yatusholiha
kayaknya mama antari baik2 aja deh, tapi kok bisa selingkuh ya 🤔🤔
Ummi Yatusholiha: sementara baca thor,blm tamat sih,masih ditengah jalan 😊😊
Tya 🎀: wah kyknua udah namatin zielle sama anan nih bisa tau mamanya antari selingkuh
total 2 replies
Dita Suriani
kisahnya masih kusut
Tya 🎀: Iya, kak. Belum disetrika
total 1 replies
Ummi Yatusholiha
jeng.. jeng.. jeng
Ummi Yatusholiha
selamat.. selamat 😄😄
Ummi Yatusholiha
beneran jatuh ke pesona antari nih si ella
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!