Kesalahan satu malam membuat Meisya harus menanggung akibatnya seorang diri. Kekasih yang seharusnya bertanggung jawab atas kehamilannya, malah mengabaikan dan mengira kehamilan Meisya sebagai lelucon.
Meisya yang ketahuan hamil, justru diusir oleh keluarganya dan terpaksa membesarkan anaknya seorang diri. Dia dituntut untuk hidup mandiri dan kuat demi anaknya.
Sampai akhirnya, takdir mempertemukan Meisya dan Ello, mantan kekasih sekaligus ayah dari anaknya. Akankah Meisya bersedia mengungkapkan kebenaran tentang anak mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Itta Haruka07, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kesalahan Semalam Bab 12
Hidup mandiri di kota yang asing, ternyata memang begitu sulit untuk Meisya jalani. Usai mendaftar kursus, Meisya juga melamar pekerjaan di beberapa tempat yang mungkin menerimanya sebagai tenaga kerja apa saja.
Berkali-kali Meisya ditolak dengan alasan tidak ada pekerjaan yang cocok dengannya yang belum memiliki pengalaman. Namun, Meisya tak mudah menyerah. Dia harus mendapatkan pekerjaan apa pun untuk menyambung hidup.
Sampai akhirnya, Meisya bertemu dengan seorang wanita tua yang tengah kesulitan membawa barang belanjaannya yang cukup banyak. Karena merasa iba, Meisya membantu wanita yang baru keluar dari pasar tradisional itu.
“Maaf, Bu. Biar saya bantu!” tawar Meisya sembari menatap wanita itu dengan tulus.
Wanita tua itu pun tersentuh dengan tatapan Meisya. Dia bisa melihat ketulusan Meisya dan mulai berkenalan.
Rupanya, wanita yang diketahui bernama Bu Laras itu sedang menunggu sopirnya dan Meisya yang tengah beristirahat akhirnya menemani wanita itu. Melihat berkas-berkas yang Meisya bawa, Bu Laras tahu bahwa Meisya tengah mencari pekerjaan.
Setelah mengobrol banyak, akhirnya Bu Laras membawa Meisya ke butik miliknya. Meisya benar-benar tidak menyangka bahwa Bu Laras adalah pemilik butik yang cukup terkenal di negera ini.
“Kalau kamu mau, kamu bisa kerja bantu-bantu di sini. Katanya kamu kursus jahit juga. Saya rasa cocok kalau nanti kamu bisa bantu-bantu,” kata Bu Laras.
Sedikit banyak Meisya memang tahu mengenai butik yang saat ini didatanginya, tetapi dia tidak pernah mengetahui pemilik aslinya karena wanita itu cukup tertutup pada media.
“Sa-saya kerja di sini, Bu?” tanya Meisya yang hampir menangis tak percaya.
Awalnya Meisya pikir Bu Laras orang biasa yang mungkin sedang kesulitan dan membutuhkan bantuannya. Namun, ternyata takdir mempertemukan mereka justru untuk menolong Meisya dari kesulitan.
“Ya, sambil menunggu pekerjaan yang lebih baik. Gimana, kamu mau?”
Tentu saja Meisya langsung mengangguk setuju. Dia benar-benar tidak menyangka bisa diterima kerja di tempat yang sangat mendukung impiannya, menjadi seorang ahli dalam desain pakaian dan menciptakan mode.
*
*
*
Kehamilan Meisya makin hari makin bertambah besar. Demi menutup luka masa lalu, Bu Laras menyarankan pada Meisya untuk mengatakan pada semua orang bahwa dia adalah korban pemeerkosaan. Dengan begitu, bos Meisya itu berharap agar Meisya bisa terus melangkah maju dan tidak perlu mengingat masa lalu lagi.
“Akan saya pikirkan, Bu.” Meisya mengangguk. Mungkin memang ini jalan yang terbaik agar tidak ada lagi yang mengusik tentang siapa ayah bayinya.
“Baguslah. Oh iya, Sya. Kursus kamu bagaimana?” tanya Bu Laras yang mulai mencium bakat luar biasa yang Meisya miliki.
Memang, Meisya hanya bekerja sebagai tukang bantu-bantu saja di butik itu. Namun, makin hari Bu Laras mulai melihat kemampuan Meisya yang harus diasah, apalagi kursus menjahit yang dijalani wanita itu turut mendukung bakatnya.
“Sykurnya berjalan lancar, Bu. Sebelum melahirkan, akan saya selesaikan kursus saya,” jawab Meisya dengan percaya diri.
“Setelah lahiran nanti, bagaimana kalau kamu tinggal di rumah saya. Ya, hitung-hitung kamu dan anak kamu menemani saya yang nggak punya keluarga ini,” usul Bu Laras yang membuat Meisya tidak bisa berkata-kata.
Dia sadar diri bahwa dirinya bukan orang baik, bahkan orang-orang terkadang masih menganggapnya hina karena kehamilannya itu. Akan tetapi, takdir mulai berbaik hati padanya yang memiliki banyak dosa. Semua jalannya seolah lebih mudah semenjak dia menerima takdirnya dengan lapang dada.
“Bu Laras kenapa baik sekali sama saya?” Mata Meisya sudah mulai mengembun dan dengan satu kedipan saja air mata itu pasti akan meluncur keluar dari tempatnya.
Bu Laras mengulas senyum dan berdiri untuk mensejajari tinggi Meisya. “Karena saya tahu, kamu adalah putri sahabatku yang dulu pernah menolongku, Meisya!” ungkap Bu Laras yang kemudian memeluk tubuh Meisya.
Wanita yang telah lama ditinggal mati suaminya itu memang tidak memiliki anak. Saat pertemuan pertamanya dengan Meisya, dia merasa seperti mengenal lama wanita itu. Rupanya, ibu Meisya adalah sahabat karib Bu Laras di masa lalu.
“Aku akan mendukung penuh bakat kamu, Sya. Anggaplah aku ini ibumu karena aku juga tidak memiliki seorang anak!” kata Bu Laras sambil terus merengkuh tubuh Meisya dengan hati-hati karena Meisya sedang hamil saat ini.
***
Kembang kopinya jangan lupa 💋💋💋
tapi untuk kebodohannya luar biasa dan sangat luar biasa.
jempol terbalik buat Ello.