bekerja di sebuah perusahaan besar tentunya sebuah keinginan setiap orang. bekerja dengan nyaman, lingkungan kerja yang baik dan mempunyai atasan yang baik juga.
tapi siapa sangka, salah satu sorangan karyawan malah jadi incaran Atasannya sendiri.
apakah karyawan tersebut akan menghindar dari atasan nya tersebut atau malah merasa senang karena di dekati dan disukai oleh Atasannya sendiri?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nita03, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Halaman Enam
***
Laudya baru ingat kalau besok Maxim dan Nanda akan pergi ke Medan dan mereka disana sampai satu Minggu, dan itu membuat dirinya agak sedikit tenang.
Selama satu Minggu ia tidak akan membuat kopi dan akan makan siang dengan kedua Temannya.
Dan kalau ia ingat, satu Minggu lagi ada kerjaan di Jepang. Ah rasanya ia ingin cepat Besok, karena selama Dua Minggu kedepan akan merasa tenang saat bekerja.
Laudya Melihat seorang perempuan paruh baya berjalan mendekat ke arahnya, ia tahu kalau perempuan tersebut adalah ibu dari Atasannya.
Karena awal-awal kerja dan saat ia sedang pergi ke minimarket bersama Safa, ia tidak sengaja melihat Perempuan tersebut sedang bersama Maxim. Dan kata Safa kalau beliau itu merupakan Ibu dari Maxim.
Laudya berdiri untuk menyambut kedatangannya dan ia juga tidak lupa dengan senyuman manisnya.
“Selamat Siang, Maxim aja ada?” Tanya Bu Arumi. Ibu dari Maxim.
“Ada Ibu, Pak Maxim ada di dalam.” Jawab Laudya.
Bu Arumi tersenyum, “Kalau gitu saya masuk dulu ya, Mari.” Laudya hanya mengangguk sambil tersenyum.
Bu Arumi masuk ke dalam Ruangan kerja putranya. Beliau sengaja berkunjung karena hanya ingin Melihat Wajah Laudya dari dekat bukan dari foto lagi.
Merasa pintu Ruangan nya terbuka, Maxim mengangkat kepalanya dan melihat ada Mama nya berjalan ke arahnya.
“Tumben banget Mama kesini.” Ucap Maxim.
“Sengaja, Soalnya mau ketemu Calon mantu.” Jawab Bu Arumi dengan santainya dan duduk di kursi berhadapan dengan Maxim.
“Pekerjaan kamu lagi banyak banget gak?” Tanya Bu Arumi.
“Enggak terlalu, kenapa memangnya?”
“Mau Ajak Laudya keluar, nemenin Mama belanja.” Jawab Bu Arumi.
“Tanya dulu sama orangnya, takutnya gak bisa.” Ucap Maxim.
“Mana?” Bu Arumi menjulurkan tangannya membuat Maxim mengernyitkan keningnya.
“Apa?”
“Kartu kamu lah, kan Mama mau belanja sama calon mantu.” Jawab Bu Arumi.
“Mama juga punya suami kalau lupa, Minta aja sama Suami Mama” Ucap Maxim.
“Kalau Mama belanja nya sendiri ya sudah pasti pakai kartu dari Papa kamu, tapikan sekarang sama Calon Mantu.” Balas Bu Arumi.
Maxim membuka dompetnya dan memberikan salah satu kartu nya kepada Bu Arumi.
“Pulang Jam berapa nanti?” Tanya Maxim.
“Belum tahu, kamu mau jemput?” Tanya Balik Bu Arumi.
“Iya, Jangan terlalu sore.”
“Aman, kalau gitu Mama pergi dulu.” Pamit Bu Arumi.
Bu Arumi keluar dan mendekati Laudya. “Ayok siap-siap.”
Laudya terdiam sedang mencerna perkataan Bu Arumi. Melihat kediaman Laudya dan wajahnya yang sedang bingung membuat Bu Arumi terkekeh.
“Maaf-Maaf, Maksud saya itu Sekarang saya mau ajak kamu pergi. kamu tenang saja udah dapat izin dari Maxim kok.” Ucap Bu Arumi.
Belum sempat Laudya bicara, sudah muncul Maxim dari pintu ruangannya. “Kamu pergi aja, temenin Mama saya belanja. kamu juga boleh kalau mau.” Ucapnya, setelah itu ia kembali masuk tanpa menunggu Ada yang berbicara lagi.
“Nah udah dapat izin, Ayo kita pergi sekarang.” Ucap Bu Arumi.
Laudya mengambil tasnya dan berjalan di belakang Bu Arumi tapi hanya beberapa detik saja karena tangannya langsung di tarik oleh Bu Arumi agar jalan beriringan.
.
Mereka sudah sampai di Mall, Dari tadi Bu Arumi terus menggandeng tangan Laudya.
“Kita ke toko Sepatu ya.” Ucap Bu Arumi, Laudya hanya menganggukkan kepalanya saja.
Laudya terus memerhatikan setiap pergerakan Bu Arumi yang sedang memilih sepatu, katanya untuk berolahraga.
setelah dari toko Sepatu kini ke tempat sendal, Tas dan yang terkahir tempat pakaian Wanita.
Laudya merasa heran karena dari tadi Bu Arumi itu membeli barang-barang Dimana kata pegawainya untuk yang muda-muda bukan untuk yang berumur.
Bahkan saat memilih, Bu Arumi Sempat bertanya kepadanya. Mulai dari no sepatu sampai ukuran pakaian.
Ia tidak ingin terlalu berharap kalau itu semua untuk dirinya, Laudya berusaha untuk berpikir kalau itu mungkin untuk calon menantu Bu Arumi atau untuk saudaranya yang seumuran dengan laudya.
“Tante mau beli Jam dulu.” Ucap Bu Arumi.
Dan kini mereka sudah berada di tempat jam tangan, Terlihat Bu Arumi sedang memilih beberapa jam tangan. Katanya itu untuk kado Suaminya.
“Kamu juga pilih ya, sayang banget kalau uang Maxim gak habis.” Ucap Bu Arumi pada Laudya.
“Saya gak perlu Tan.” Tolak Laudya. Sekarang panggilan nya bukan Ibu tapi Tante sesuai keinginan Bu Arumi.
“Sudah kamu jangan nolak, pilih aja mana yang kamu suka. Tenang aja semuanya dibayar pakai uang Maxim.” Ucap Bu Arumi.
“Tapi___
“Nah ini sepertinya cocok di tangan kamu yang putih.” Bu Arumi langsung menyela ucapan Laudya.
Mau tidak mau Laudya menerimanya, soal harga jangan di tanya lagi. Sudah pasti sangat mahal bahkan lebih mahal dari Gaji nya saat menjadi karyawan biasa.
Urusan belanja sudah selesai, dan kini Bu Arumi membawa Laudya ke Restoran yang ada disana. beliau juga sudah memberitahu Maxim kalau Mereka akan makan dulu saat Maxim mengirimkan pesan dan bertanya posisi mereka ada dimana.
Sudah duduk di dalam Restoran, Laudya hanya memesan satu menu tapi Bu Arumi malah menambahkan nya lagi.
Katanya agar sama memesan banyak, tidak lupa Bu Arumi juga memesankan untuk Maxim dan Suaminya.
Ya, ternyata Suaminya juga katanya ikut. tadi berkunjung ke kantor dan sekarang malah ingin ikut dengan Maxim untuk menjemput Istri dan calon menantu nya itu.
Laudya terkejut saat melihat Pak Bara, Suami sekaligus Papa dari Maxim.
“Ini kenapa jadi pada ngumpul? kalau ada karyawan mereka yang lihat gimana? Pasti bakalan jadi bahan Gosip di kantor.” Ucap Laudya dalam Hatinya.
Maxim duduk di samping Laudya dan Pak Bara duduk di samping Istrinya. Pak Bara sempat menyapa Laudya sebentar.
Makanan mereka sudah datang, Bu Arumi mempersilahkan mereka untuk Makan.
Laudya sudah memberitahu Ibu lewat pesan, kalau ia akan pulang terlambat karena di ajak pergi oleh Ibu Atasannya.
“Kamu Pacarnya Maxim?” Tanya Pak Bara.
“Bukan Pak, Saya sekretaris nya Pak Maxim.” Jawab Laudya.
Pak Bara terkekeh saat mendapati tatapan dari Putranya. “Ah sayang sekali, Saya kira kamu pacarnya Maxim. hampir saja saya mau membuat pengumuman kalau saya sebentar lagi akan punya Mantu.” Ucap Pak Bara.
“Pah.” tegur Maxim.
"Apa sih, Papakan cuma pengen kamu cepat-cepat Menikah terus Papa sama Mama punya Cucu.” Balas Pak Bara.
Kemudian Pak Bara menatap Laudya. “Kamu gak tertarik gitu sama Anak saya? Lumayan ganteng Kok, cuma minus nya itu jarang senyum saja sama agak kaku.”
Laudya jadi bingung sendiri harus membalas perkataan Pak Bara gimana, karena ia takut salah bicara.
“Mah, suruh Suami Mama jangan tanya-tanya yang aneh-aneh.” Pinta Maxim kepada Mamanya.
Bu Arumi hanya bisa geleng-geleng kepala melihat kelakuan Suami dan Anaknya.