Mirna gadis miskin yang dibesarkan oleh kakeknya. Dia mempunyai seorang sahabat bernama Sarah.
Kehidupan Sarah yang berbanding terbalik dengan Mirna, kadang membuat Mirna merasa iri.
Puncaknya saat anak kepala desa hendak melamar Sarah. Rasa cemburunya tidak bisa disembunyikan lagi.
Sang kakek yang mengetahui, memberi saran untuk merebut hati anak kepala desa dengan menggunakan ilmu warisan keluarganya.
Bagaimana kelanjutan ceritanya? Yuk baca kisahnya, wajib sampai end.
29/01'25
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Deanpanca, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 6 Dicurigai
"Coba nanti tanyakan ke Salman, Bu. Mungkin dia tahu penyebab Purnomo berubah, mereka kan sahabat." Kata Pak Tejo.
"Ya sudah, tapi bagaimana kalau Sarah datang? Ibu harus bilang apa sama dia?" Bu Ayu takut mengecewakan calon mantunya.
"Coba Ibu hubungi, sampaikan saja kalau Purnomo belum bisa pergi fitting baju. Bilang saja kalau dia sakit." Saran Pak Tejo, agar calon mantunya tidak tersinggung dengan penolakan anaknya.
Akhirnya Bu Ayu bisa mengatasi masalah fitting baju. Tetapi saat hendak melihat anaknya di kamar, ternyata sang anak sudah pergi. Bahkan dia tidak melihat anaknya keluar.
Bu Ayu mengelilingi rumahnya, mencari keberadaan Purnomo tapi tak kunjung membuahkan hasil. Saat dia mulai menyerah datang Salman yang sebelumnya memang sudah dia telepon. Dia meminta anak itu untuk datang ke rumahnya.
"Assalamualaikum, Bu. Ada apa ini, ibu meminta saya datang?"
"Wa'alaikumussalam. Ibu mau tanya tentang Purnomo dan Mirna. Apa mereka sudah lama berhubungan?" Tanya Bu Ayu. Dia langsung pada inti permasalahan.
"Mirna siapa, Bu? Salman tidak begitu mengenalnya.
"Mirna yang tinggal sama kakek Sapto, yang di hutan sana." Kata Bu Ayu.
"Oh, temannya Sarah. Yang kemarin pas lamaran juga hadir, kan?" Salman memang tidak terlalu dekat bahkan tidak mengenal Mirna cukup baik. Karena tempat tinggal Mirna yang jauh dari pemukiman warga.
"Ah ibu ini, mana ada Purnomo mau dekat sama dia. Palingan hanya kenal biasa, itupun pasti Sarah yang kenalin." Kata Salman.
"Salman! Dari kemarin Purnomo minta dinikahkan sama Mirna. Pernikahannya dengan Sarah harus dibatalkan."
Salman menyatukan kedua alisnya, merasa heran. Setahunya sahabatnya itu memang tidak menyukai Sarah, tetapi tidak pernah membahas pembatalan pernikahan. Sekarang dia ingin menikahi Mirna, yang hanya seorang anak miskin dan SD saja tidak lulus. Tidak mungkin, Purnomo suka dengan wanita terpelajar.
"Purnomo mana, Bu?" Tanya Salman.
"Ibu tidak tahu dia pergi kemana? Ibu minta tolong cari dia, dan tanyakan kenapa dia bisa menyukai Mirna." Pinta Bu Ayu.
Saat Salman hendak pamit, Purnomo datang dengan wajah yang sangat bahagia.
"Lah, Pur! Dari tadi ditungguin, pas aku mau pulang kamu muncul." Kata Salman.
Purnomo hanya melirik ke arah Salman.
"Darimana, Pur? Katanya Ibu sudah dari tadi nyari in kamu, gak ketemu ketemu." Tanya Salman.
"Kenapa sih datang ke rumahku?" Nada suara Purnomo terdengar ketus.
"Namanya juga kita sahabat. Katanya hari ini kamu mau fitting baju pengantin, makanya aku datang mau nemenin kamu dan Sarah." Bohong Salman.
"Tidak usah bahas fitting baju deh, apalagi sampai pernikahan. Aku dan Sarah gak ada hubungan apa apa, pernikahan kami juga akan segera dibatalkan. Aku ingin menikahi Mirna!" Kata Purnomo yang dimana wajah bahagianya sudah berganti dengan amarah.
"Tempo hari waktu lamaran kamu ia ia saja, kenapa sekarang minta dibatalkan?"
"Yang lalu itu kesalahanku, terlalu bodoh menerimanya. Sekarang aku sadar, aku punya pilihanku sendiri."
"Setahuku Mirna itu teman Sarah! Apa kamu gak salah?" Salman mencoba menyadarkan Purnomo.
"Aku tidak peduli! Satu satunya orang yang akan menjadi istriku adalah Mirna." Purnomo kekeh dalam pendiriannya.
"Sebelumnya aku tidak pernah tahu kamu berhubungan dengan Mirna. Sejak kapan kamu jatuh cinta padanya?" Salman menggali informasi.
Purnomo tidak menjawab, dia terdiam dengan tatapan kosong. Dia tidak tahu sejak kapan memiliki perasaan pada Mirna. Salman yang melihatnya merasa yakin kalau ada yang salah dari sahabatnya.
Dia memprediksi kalau sahabatnya tengah dibawah pengaruh jahat, ilmu hitam.
Salman ditemani seorang pekerja di rumah Purnomo bersama sama menelusuri jalan setapak menuju ke arah hutan.
"Den Salman, rumahnya setelah kita menyebrangi sungai. Tapi saya nganter nya sampai sini saja. Serem!" Kata pekerja itu.
"Iya. Tapi saya jangan ditinggal pulang." Kata Salman.
"Siap, Den!"
***
Salman telah menyebrangi sungai yang airnya sangat jernih. Tidak ada jembatan, alhasil dia harus beribadah basahan. Kemudian dia mengikuti jalan setapak yang sering dilewati orang, ternyata jalan itu mengarah pada sebuah gubuk yang bisa dibilang sudah tak layak huni.
Terlihat seorang gadis tengah sibuk menjemur ikan, dia adalah Mirna.
"Mirna!" Panggil Salman. Mirna hanya bergeming kemudian dia sibuk kembali dengan ikan ikannya.
"Mirna!" Kembali Salman menyebut nama gadis yang sudah memikat hati sahabatnya.
"Ada apa? Kamu siapa? Kenapa bisa sampai disini?" Mirna merasa tidak mengenal lelaki yang ada dihadapannya ini, tapi dia juga tidak merasa asing.
"Mirna, aku tahu kamu sudah melakukan sesuatu pada Purnomo!"
Mirna yang masih asik menata ikannya di tampah, tiba tiba menghentikan pergerakan tangannya. Tapi sedetik kemudian dia kembali lagi melakukan kegiatannya.
"Jawab, Mirna! Apa yang aku katakan tadi benar, kan?" Kembali Salman mendesak Mirna.
"Aku tidak mengerti maksud mu! Dan jangan datang membawa berita tidak benar." Ucapnya.
"Aku kesini hanya mengingatkan mu. Apa yang kamu lakukan tidak benar, dan setiap perbuatan ada balasannya." Ucap Salman.
"Cih, untuk apa kau menasihati ku? Kenapa bukan warga diluar sana yang kau nasihati?"
"Mirna! Purnomo tiba tiba berubah dan dia selalu membawa bawa namamu. Kau pikir orang tuanya akan tinggal diam! Sebelum terlalu jauh, lebih baik hentikan tindakan gila mu." Salman menasihati Mirna dengan lemah lembut.
"Pergilah dari sini! Tidak perlu berpikir yang tidak tidak tentang ku dan Purnomo. Bukan aku yang memintanya untuk menikahi ku, dia sendiri yang tiba tiba datang menemui ku di sungai. Dia lebih dulu menyatakan perasaannya padaku, aku pun tidak menjawabnya." Kata Mirna.
Setelah mengatakan itu, Mirna segera masuk ke dalam gubuknya. Meninggalkan Salman dengan sejuta tanya.
"Apa aku salah kira? Tapi aku hanya tidak ingin kecolongan, semua orang bisa menjadi pelaku ilmu hitam itu." Gumam Salman.
Mirna segera pergi ke dapur, mengambil segelas air dan meminumnya.
"Ternyata cara instan juga banyak hambatannya. Kenapa pemuda itu bisa tau kalau aku yang mempengaruhi Purnomo? Dia akan menjadi penghalang ku." Gumam Mirna dalam hati.
***
Sementara di rumah Sarah. Gadis itu sangat ingin menemui Purnomo, tetapi dicegah oleh Ibunya.
"Sarah mau ketemu Kang Purnomo, Bu! Sudah berkali kali aku menghubungi nya tetapi tidak pernah dijawab. Aku khawatir sakitnya parah." Ucap Sarah dengan sesenggukan. Sejak tadi dia menangis, memohon agar diizinkan pergi.
"Bukan Ibu tidak mengizinkan, Sarah. Tapi tadi kamu dengar sendiri, waktu Bu Ayu nelpon. Purnomo gak mau diganggu. Bapak mu juga sudah kesana untuk menjenguk, tunggu kabar dari bapak saja dulu." Bu Sitti mencoba menenangkan Sarah. Sebenarnya dia sudah tahu perihal Purnomo yang meminta pernikahannya dibatalkan, tetapi dia tidak sanggup untuk mengatakan pada putrinya.
Tak berselang lama Juragan Bandi datang. Wajahnya terlihat kesal. Sarah segera menghampiri Bapaknya.
"Pak! Gimana kang Purnomo? Apa dia baik-baik saja? Apa aku sudah boleh menjenguknya?" Sarah memberi pertanyaan yang begitu banyak pada bapaknya. Tidak satupun dijawab. Bu Siti meminta anaknya untuk ke kamar terlebih dahulu.
Sarah dibawa ke kamarnya oleh ART di rumahnya.
"Gimana, Pak?" Tanya Bu Siti.
"Purnomo kena pelet, Bu. Semuanya karena Bapak! Dia yang membuat Purnomo tergila-gila pada Mirna." Ucap Juragan Bandi.