Fanya dipertemukan oleh dua laki-laki yang lebih muda darinya,benar-benar membuat hidupnya begitu berliku.Perjalanan asmara yang rumit tak lepas dari ketiganya.Bagaimana kisah selanjutnya?
Meski Lo mutusin buat pisah,satu hal yang harus Lo tau,gue kan tetap nunggu Lo.Sama seperti dulu,gue gak akan dengan mudah melepas Lo gitu aja,Fanya.Sekalipun nanti Lo bersama orang lain,gue akan pastiin pada akhirnya Lo akan tetap kembali bersama gue.Ingat ini Fanya,takdir Lo cuma buat gue,bukan untuk orang lain - Baskara
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jaena19, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
enam belas
Selama jalan ke apartemen,tak ada satupun yang berbicara diantara mereka.Bahkan Baskara jalan beberapa langkah di belakangnya.Baskara,terus mengikutinya sampai masuk ke dalam apartemen.
Fanya berjalan masuk ke dalam kamar dan langsung menutup pintunya.Fanya berkeringat sepanjang acara musik itu,ditambah tubuhnya terasa sangat lelah.Ia butuh mandi untuk menyegarkan badannya.
Selesai mandi,Fanya duduk di pinggiran kasur sembari termenung.Fanya bingung apakah akan langsung tidur atau melihat Baskara dulu.
Ketika memikirkan Baskara,dari luar terdengar seseorang mengetuk pintu kamarnya.Tanpa menunggu jawaban darinya, Baskara membuka pintu kamarnya.Tampaknya Baskara baru saja selesai mandi, terlihat dari rambutnya yang masih agak basah dan pakaiannya yang sudah diganti.Laki-laki itu masuk ke dalam kamar dan menghampirinya.
"Maaf,"ujarnya pelan sembari menatap Fanya.
Fanya membalas tatapan Baskara."Aku juga minta maaf,"Bisiknya.
Baskara tersenyum lalu membawa tubuhnya ke pelukan laki-laki itu.Fanya pun membalas pelukan Baskara.
"Aku gak suka kalau kita berantem kaya gini,"bisik Baskara di telinganya.
"Aku juga."
Baskara melepas pelukannya lalu mengacak rambutku pelan.
"Aku ikutin cara kamu. Aku gak akan tanya apapun lagi,selama kita masih bersama aku gak akan masalah.Dan aku berusaha untuk lebih ramah sama Al kalau itu yang kamu mau,"ucap Baskara tenang.
"Makasih,karena kamu udah ngertiin aku.Sejujurnya aku juga gak mau terus kaya gini,tapi mau bagaimana lagi aku gak mau kalau hubungan kita diketahui banyak orang,akan berdampak sama hubungan itu sendiri."
"Iya aku paham."
Fanya tersenyum kemudian memeluk Baskara erat-erat. Inilah alasan mengapa ia akhirnya jatuh cinta padanya. Meskipun usianya jauh lebih muda, Baskara selalu bersikap dewasa dan penuh pengertian.
____
Beberapa bulan terlewati, hubungan Fanya dan Baskara masih terlihat baik-baik saja,bahkan terkesan menyenangkan.Akhir-akhir ini Baskara tidak terlalu dingin pada Al, meskipun terkadang dia masih merasa cemburu pada Al.
Selama ini Baskara selalu menjadi kekasih yang manis,dia tidak pernah marah berlebihan.Jika cemburu atau kesal pasti tidak akan lama.Meski sudah berbulan-bulan menjadi sepasang kekasih tapi mereka masih menyembunyikan hubungannya, terutama pada Sagita.
Fanya masih sering berdebar takut-takut jika hubungan antara dirinya dan Baskara ketahuan.Ia tidak tau sampai kapan akan menyembunyikan hubungan ini dari orang-orang,tapi yang pasti sebelum itu terjadi ia ingin orang tau mengenai hubungannya dari mulutnya sendiri. Rencananya ia akan segera memberi tahu Sagita mengenai hubungan mereka,karena menunggu Baskara lulus akan terlalu lama dan pasti hubungan mereka akan ketahuan duluan.
Tidak terasa, semester ini akhirnya selesai juga.Fanya baru saja memberikan lembar jawaban ujiannya ke pengawas ujian, setelahnya ia keluar dari ruangan.Rasanya begitu lega,Fanya mengeluarkan ponselnya dan memberi kabar pada Baskara jika dirinya sudah selesai ujian.
"Hei,gimana ujiannya?" tanya Al yang baru saja keluar dari kelasnya.
"Eh hai,ya lumayan gampang si,meski ada beberapa yang sempat buat otak gue berpikir keras."
Al terkekeh kecil."Namanya juga ujian."
Al mengajak Fanya pergi ke kantin untuk sekedar duduk dan melepas dahaga setelah ujan. Fanya langsung setuju karena dia memang sedang haus.
Setelah mengambil minuman dingin di kulkas,Fanya langsung menuju penjaga stan untuk bayar.Tapi baru saja membuka tas,Al sudah terlebih dahulu memberikan selembar uang biru ke penjaga itu. Aku sempat menolak,tapi seperti biasa Al tidak akan membiarkan dia membayar. Al hanya tersenyum kecil sembari mengambil uang kembaliannya.
Setelah membeli minum dan mengobrol sebentar di sana,mereka berjalan lagi keluar area kantin.
"Nya,bisa minta tolong gak?"tanya Al.
Fanya menoleh."Minta tolong apa?"
"Hari ini mamah gue ulang tahun,gue bingung mau cari kado apa.Bisa temenin gue sebentar gak cari kado buat mamah gue,setelah itu gue akan langsung anterin Lo pulang,"ujar Al.
Fanya terdiam sebentar,ia sebenarnya tidak masalah jika hanya menemani Al membeli kado untuk mamahnya,tapi ia merasa tidak enak pada Baskara.
"Gak mau ya?"ujar Al terlihat kecewa.
"Eh, yaudah deh.Tapi jangan lama-lama ya,"ujar Fanya.
Al mengangguk menyetujui, karena dirinya tidak membawa mobil, sudah pasti Fanya akan menumpang di mobil Al.
Dalam perjalanan, ponselnya berdering. Ia melihat nama Baskara muncul di layar ponselnya. Al menyuruhnya untuk mengangkat telepon itu, sekaligus memberitahu jika Fanya sedang menemaninya membeli kado. Al tidak ingin Baskara salah paham terhadapnya.
"Halo,Bas."
"Kamu dimana? ujiannya udah selesai?" tanya Baskara dari seberang sana.
"Udah,tapi aku lagi nemenin Al buat nyari kado."
"Nyari kado? cuma berdua?" suara Baskara terdengar sedikit berubah.
"Iya, mamah Al ulang tahun hari ini, Al minta tolong aku temenin dia cari kado buat mamahnya. Tapi gak akan lama kok,"Fanya mengigit bibir bawahnya.
Hening tak ada jawaban dari Baskara,ia mengecek ponselnya takut jika laki-laki tiba-tiba memutus sambungan teleponnya,tapi ternyata tidak.
"Baskara?"
"Abis nyari kado langsung pulang atau pergi dulu?" ujar Baskara dengan nada yang dibuat seakan dia tidak ada masalah.
"Aku langsung pulang kok, Hari ini aku pulang ke rumah."
"Oh, yaudah. Hati-hati,kabarin kamu kalau udah sampai rumah"
"Iya."
Baskara langsung mematikan sambungan teleponnya.Fanya mendesah lalu mengalihkan pandangannya ke luar jendela.Ia tahu dari nada Baskara, laki-laki itu tidak suka jika dirinya pergi bersama Al,tapi dia berusaha menutupinya.
"Baskara marah Lo pergi sama gue?" tanya Al memecah keheningan.
"Engga kok,"ucap Fanya dengan senyum terpaksa.
"Maaf ya,tadi gue tiba-tiba ngajakin Lo."
"Iya,gak apa-apa Al."
Hanya 15 menit mereka mencari kado yang pas untuk mamah Al,setelah itu Al langsung mengantarnya pulang ke rumah.
Fanya sudah berada di rumah beberapa jam yang lalu, namun hatinya masih gelisah karena terus terbayang Baskara.Fanya tidak mau laki-laki itu salah paham padanya,ia memutuskan untuk ke rumah Baskara.Karena jam segini Sagita masih berada di kantor dan kedua orangtuanya pun pasti sedang bekerja.
Karena mobilnya berada di apartemen jadi dia menggunakan ojek online untuk pergi ke rumah Baskara.
Pak Joko yang melihat Fanya turun dari motor langsung membuka pintu.
"Loh? Neng Sagita-nya belum pulang,"ujar Pak Bejo dengan nada heran.
"Iya,pak. Aku cuma mau main aja,"ujarnya sambil tersenyum, ia lalu masuk ke dalam.Asisten rumah tangga di rumah Baskara pun sudah mengenalnya dan mereka mempersilahkan dirinya untuk masuk.
Suasana rumah Baskara sore ini begitu sepi,Fanya langsung menuju kamar Baskara.Sesampainya di depan kamar Baskara,Fanya mengetuk pintu dan masuk kedalam setelah mendengar suara Baskara dari dalam sana.
Bisa Fanya lihat Baskara sedang rebahan di kasur dengan ponsel yang berada di tangannya,dia terlihat seperti sedang bermain game.Fanya bersandar di kusen pintu sambil melipat kedua tangannya.
"Tadi di chat bilangnya mau belajar?"tanya Fanya.
Baskara terkejut mendengar suaranya, sontak ia mematikan ponselnya dan langsung bangun lalu menghampirinya.
"Kenapa gak bilang kalau mau ke sini?" tanya Baskara.
"Ya aku ngerasa agak tenang aja, takut kamu salah paham karena aku pergi sama Al,"ucap Fanya.
Baskara terlihat salah tingkah, memang benarkan dugaannya.Baskara menarik tangannya untuk duduk di pinggiran kasur, tangan Baskara menggenggam kedua tangannya.
"Tahu nggak sih? Aku tadinya mau belajar, tapi gara-gara kepikiran kamu, jadi nggak bisa fokus. Akhirnya, aku memutuskan untuk main game saja. Lagipula, belajar juga percuma kalau nggak masuk ke otak."
"Alasan,bilang aja kalau kamu malas belajar.Kamu tuh satu tahun lagi lulus SMA,harusnya rajin belajar dari sekarang supaya bisa masuk universitas yang bagus,"ujar Fanya menasehati. Ia membelai rambut hitam Baskara dengan lembut.
"Tapi beneran, Nya.Tadinya aku mau ngirim pesan atau telepon kamu,tapi aku ngerasa gak enak aja."
"Ada-ada aja kamu nih"
Baskara tersenyum, kemudian memeluk tubuh Fanya erat. Gadis itu pun membalas pelukannya dengan hangat. Namun, tanpa disadari oleh keduanya, ada seseorang yang tengah berjalan menuju kamar Baskara.
"Baskara, katanya tadi ada Fanya ke si-ni."
Mendengar suara itu,Fanya segera melepaskan pelukannya pada Baskara.Dengan wajah takut ia melihat ke arah pintu dan mendapati Tante Siska berdiri di ambang pintu dengan mulut menganga.
"T-tanta,aku.."ucap Fanya terbata.
Siska mengerjapkan matanya,melihat pemandangan di depannya.
"Kalian berdua, keluar dan jelasin di ruang keluarga. Sekarang!"ucap Siska lalu langsung pergi dari kamar Baskara.
Fanya menatap Baskara dengan wajah takut,sedangkan Baskara hanya tersenyum sambil berusaha menenangkannya.
Aduh, bagaimana ini?