Garis hidup Jossy Jeanette berubah seratus delapan puluh derajat ketika dia bertemu dengan Joshua, CEO tampan yang mendadak menjadi kekasihnya, akan tetapi hubungan mereka berdua harus disembunyikan dari siapapun sesuai permintaan sang CEO itu...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reny Rizky Aryati, SE., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 16 Untuk Pertama Kalinya
Jossy Jeanette tertawa ringan sembari terus berjalan, di kedua tangannya tampak dua bungkusan palstik dia jinjing ke arah depan.
"Untung saja, terbayarkan, kalau tidak kita akan menginap di mini market itu", kata Jossy ceria.
"Ya, untung saja, aku segera menelpon Matt dan meminta dia menghubungi sopir, untuk datang kemari", ucap Josua.
Josua tersenyum tipis sembari berjalan disisi Jossy Jeanette.
"Beruntung juga, total belanjaannya tidak terlalu banyak, kalau tidak kita akan dilaporkan", sahut Jossy.
"Ya, benar...", kata Josua lalu tertawa pelan.
"Cepat sekali sopir anda datang, apa dia membawa mobil", ucap Jossy.
Jossy mengedarkan pandangannya ke sekitar area jalan sempit ini, mencari-cari keberadaan sopir Josua.
"Rupanya dia tidak ikut, ya", kata Jossy.
"Ya, dia menunggu di mobil", sahut Josua.
"Sayang sekali, dia tidak bisa ikut serta mencicipi mie", kata Jossy.
"Sepertinya tidak perlu", sahut Josua.
"Kita hampir sampai, dua rumah dari sini, kita akan sampai di rumah kontrakan ku", kata Jossy seraya menujuk ke arah depan.
"Ya, aku mengerti", sahut Josua.
"Maaf, lagi-lagi merepotkanmu, tuan Josua", kata Jossy.
"Tidak apa-apa, tidak merepotkanku sama sekali", sahut Josua lalu tertawa ringan.
"Anda benar-benar sangat hangat, dan jarang sekali ada seorang pimpinan dari perusahaan besar seramah serta sehangat anda, tuan Josua", kata Jossy memuji sikap Josua Maxim.
"Oh, iya ?!" ucap Josua.
"Benar...", kata Jossy.
"Apa kau sering menemui pimpinan-pimpinan perusahaan sehingga kamu banyak mengenal karakter mereka ?" tanya Josua.
"Tidak secara pribadi, tapi aku sering melihat mereka saat pimpinan-pimpinan itu berkunjung ke toko parfum, tempatku bekerja", sahut Jossy.
"Ya, terkadang tidak semua orang harus sama sikapnya", kata Josua.
"Ya, mungkin", ucap Jossy.
Josua terdiam dan hanya terus berjalan disisi Jossy.
"Lihat ! Itu rumahku ! Kita sampai !" pekik Jossy senang ketika dia melihat pagar rumah kontrakannya dari tempatnya berdiri saat ini.
"Oh, iya...", sahut Josua seraya memalingkan muka.
"Disana rumahku !" kata Jossy lalu berjalan cepat ke arah pagar besi berwarna hitam yang menjulang tinggi.
Josua terus mengikuti langkah Jossy sembari memperhatikan jalan di depan mereka.
"Maaf, rumahku tidak terlalu besar, untuk disinggahi, tapi kuharap anda suka berkunjung kemari, tuan Josua", kata Jossy.
"Tidak masalah bagiku", sahut Josua.
"Mari masuk, tuan Josua !" ajak Jossy seraya mendorong pintu pagar rumah kontrakannya.
"Ya...", sahut Josua lalu melangkahkan kakinya, masuk ke dalam halaman rumah yang asri, dan ditanami oleh sejumlah tanaman hijau yang rindang.
Pemadangan pertama saat memasuki halaman rumah kontrakan dimana Jossy tinggal, akan disuguhi oleh keasrian dari sejuknya tanaman hijau yang menyegarkan mata.
Sedangkan udara segar langsung berhembus ringan disekitar area halaman rumah itu.
Jossy tergesa-gesa membuka pintu rumahnya setelah melewati tangga menuju beranda rumah.
"Maaf, rumah kontrakanku agak sempit, mungkin agak menyulitkan buat anda bergerak leluasa", kata Jossy.
"Tidak masalah", sahut Josua yang berdiri di atas tangga menuju teras rumah.
"Masuklah, silahkan masuk, tuan Josua !" kata Jossy saat pintu rumah kontrakannya terbuka.
"Baik...", ucap Josua lalu melangkah naik ke atas teras rumah.
"Agak pengap, kuharap anda tidak kesulitan dan terganggu dengan keadaan rumah ini", ucap Jossy.
Jossy segera menyalakan lampu rumah lalu membuka tirai jendela dengan cepatnya.
Keadaan di dalam rumah berubah terang benderang, tidak terasa sempit lagi di dalam rumah ketika cahaya menerangi seluruh ruangan rumah kontrakan itu.
Jossy bergegas ke arah dapur, untuk mempersiapkan mie siap saji bagi Josua dan dirinya.
"Silahkan duduk, tuan Josua !" teriaknya dari arah dapur saat dia melihat tuan Josua Maxim masih berdiri di tengah-tengah ruangan rumah.
Jossy tersenyum simpul ketika dia melihat ekspresi Josua yang kebingungan karena tidak ada satu pun kursi yang tersedia di rumah ini.
"Maaf, tidak tersedia kursi di sini, hanya ada bantalan duduk saja, memang kami sengaja tidak membeli kursi karena ini rumah kontrakan jadi kami tidak berniat membeli kursi", kata Jossy.
Jossy membawakan bantal duduk berukuran besar berwarna kuning teruntuk Josua Maxim, supaya CEO Mall Maxx itu dapat duduk di rumah kontrakannya.
"Kuharap anda bisa terbiasa duduk di atas bantalan ini, mungkin rasanya tidak senyaman kursi mewah di rumah anda, tapi kuharap anda suka", sambungnya.
Josua hanya terdiam sambil memperhatikan Jossy Jeanette.
Jossy meletakkan bantalan duduk berukuran besar di ruangan tamu lalu mempersilahkan pada Josua Maxim untuk duduk disana.
"Silahkan duduk, tuan Josua !" ucapnya.
"Terimakasih...", sahut Josua sembari mengangguk pelan.
"Aku tinggal sebentar ke dapur karena harus memasak mie buat kita", kata Jossy.
"Ya, baiklah, aku akan menunggu disini", sahut Josua.
"Tidak lama, hanya sebentar, mungkin sekitar dua puluh menit, mie siap sajinya masak", kata Jossy.
''Tidak masalah bagiku karena aku akan menunggu disini", ucap Josua.
"Silahkan duduk !" kata Jossy lagi.
"Ya, baiklah", sahut Josua segera duduk di atas bantalan besar.
Jossy tersenyum lega saat dia melihat Josua mau duduk lalu dia segera melangkah kembali menuju dapur, untuk memasak dua bungkus mie siap saji.
Suasana rumah kontrakan dimana Jossy tinggal terasa tenang dan sepi, meski sempit, tapi udara terasa sejuk mengalir ke dalam rumah dari arah luar halaman rumah yang asri oleh tanaman hijau segar.
Josua bersandar santai sembari memejamkan kedua matanya, menunggu Jossy selesai menyiapkan masakan mie siap saji buat mereka berdua.
Selang beberapa saat kemudian, Jossy telah selesai memasak mie siap saji buat dirinya dan Josua Maxim.
Jossy berjalan pelan sembari membawa sebuah baki berisi dua mangkok mie siap saji diatasnya.
"Maaf, harus menunggu lama", sapanya dengan berjalan hati-hati ke arah ruangan tamu dimana Josua Maxim berada sekarang ini.
Tampak Josua bersandar tenang dengan mata terpejam rapat.
Jossy tersenyum manis ketika dia melihat reaksi dari Josua Maxim yang begitu menikmati waktu istirahatnya disini.
"Mie nya sudah jadi, apa anda masih akan melanjutkan tidur anda atau mencoba mie ini, tuan Josua", kata Jossy seraya meletakkan baki di tangannya ke atas meja persegi.
"Aku akan memakannya sekarang'', sahut Josua sembari membuka kedua matanya.
Wajahnya yang tampan menawan terlihat berseri-seri meski Josua Maxim hanya beristirahat sebentar.
"Harum sekali masakan buatanmu, Jossy", puji Josua sembari melirik ke arah meja persegi di depannya.
"Bukan masakanku, ini sekedar mie siap saji, dan aku hanya mematangkan nya saja", sahut Jossy.
"Sama saja, tetap kamu yang membuatnya menjadi masakan matang, Jossy", kata Josua.
"Anda memang pandai sekali memuji, tuan Josua", sahut Jossy seraya meberikan semangkok mie siap saji kepada Josua Maxim.
"Terimakasih, dan ini sangat wangi sekali", kata Josua sembari menghirup aroma asap mie dari mangkok di tangannya.
"Aku yang semestinya berterimakasih padamu karena telah membayar seluruh tagihan belanjaanku tadi di mini market", sahut Jossy sembari tersenyum manis.
"Ya, aku tahu itu", kata Josua.
"Mari makan, sebelum mie nya berubah dingin karena tidak akan terasa enak jika mie siap sajinya menjadi dingin !" ucap Jossy.
"Ya, baiklah", sahut Josua lalu menyeruput kuah mie siap saji miliknya.
"Bagaimana rasanya, nikmat bukan ?" kata Jossy sembari mengerlingkan mata.
"Ya, lezat sekali rasanya, dan ini baru pertama kalinya, aku merasakan olahan mie siap saji sepanjang umurku", sahut Josua.
"Benarkah itu ?!" kata Jossy tak percaya.
"Ya, aku tidak berbohong padamu", sahut Josua sembari tertawa pelan.
"Woah, kalau begitu selamat teruntuk anda karena telah berhasil menikmati kelezatan mie siap saji olahan mini market untuk pertama kalinya", kata Jossy.
Josua tertawa renyah sembari terus melahap habis mie siap sajinya sedangkan Jossy mulai menikmati mie miliknya serta duduk bersama-sama di dekat Josua Maxim, dengan beralaskan bantalan duduk besar berwarna kuning.