Ditengah hutan yg paling misterius, ada sebuah gubuk kecil, di sana Han Ma d besarkan oleh kakeknya.
Setelah tau bahwa orang yg membesarkan nya ternyata bukan kakek kandungnya, Han Ma turun gunung untuk mencari jati dirinya.
Akankah Han Ma mampu mencari jati diri nya, ikuti kisah Han Ma si Dewa Gila.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon macheyroe El sani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
30. Kembali ke klan Hua
Di hutan klan Hua sebuah lobang hitam dengan riak-riak petir muncul, tiba-tiba seseorang pemuda tampan keluar dari lorong tersebut.
Pemuda Tersebut memiliki rambut yang panjang, badan yang tinggi, tubuh yang terlihat lebih dewasa dari umurnya, Kulit yang halus dan putih.
Seketika pemuda tersebut menghirup udara segar dalam-dalam dan menghembuskan nafasnya perlahan-lahan.
Kemudian pemuda tersebut berjalan dengan santai menuju ke klan Hua,
Tiba-tiba ia berhenti di tengah jalan dan bergumam,
"Aku harus menekan kultivasi ku ke tingkat ahli, aku tidak mau menarik perhatian banyak orang," kata pemuda tersebut yang ternyata Han Ma.
Kemudian Han Ma menekan kultivasinya ke tingkat ahli 🌟 1, setelah selesai Han Ma melanjutkan langkahnya.
"Tuan muda," kata suara di belakang Han Ma.
Mendengar suara tersebut Han Ma membalikkan badannya dan terlihat ada seseorang laki-laki paruh baya mendekati nya.
"Tetua Mo" panggil Han Ma kepada laki-laki paruh baya di depannya.
"Syukurlah tuan muda tidak kenapa-kenapa, selama tuan muda menghilang aku terus mencari tuan muda," kata tetua Mo.
"Terima kasih banyak karena telah mengkhawatirkan aku tetua mo," kata Han Ma.
"Sudah menjadi kewajiban kami klan Hua tuan muda," kata tetua Hua Mo.
"Mari tuan muda kita kembali ke klan," ajak tetua Mo.
"Baiklah, mari tetua Mo," kata Han Ma.
Sebelum tetua Mo melangkah, ia meniupkan peluit panjang, seketika suara peluit saling bersahutan.
Mendengar itu Han Ma hanya diam, mengetahui jika tanda tersebut memanggil para anggota klan Hua untuk kembali.
Setelah itu Han Ma dan tetua Mo berjalan menuju ke klan.
Beberapa saat kemudian Han Ma dan tetua Mo sampai di klan Hua.
Han Ma melihat aula pertemuan klan Hua sudah di perbaiki, bahkan sekarang terlihat lebih mewah dari sebelumnya.
Han Ma melihat di sana dua orang pria paruh baya berjalan dengan tergesa-gesa kearahnya.
"Salam Patrick, salam tetua," kata Han Ma setelah berada di hadapan kedua orang tersebut.
"Syukurlah nak Han tidak kenapa-kenapa," kata Patrick Hua Bei.
"Kami sangat mengkhawatirkan mu nak Han," sahut tetua Cuan.
"Aku baik-baik saja Patrick dan tetua," kata Han Ma.
Kemudian Patrick Hua Bei mengajak mereka duduk kursi, setelah mereka duduk Patrick Hua Bei angkat bicara.
"Tetua Mo, apakah anggota klan yang bersama mu telah kembali?" tanya Patrick Hua Bei.
"Sudah Patrick, sebelum kemari saya sudah meniupkan tanda kembali," jawab tetua Mo.
Patrick Hua Bei menganggukkan kepalanya, kemudian ia melirik ke Han Ma.
"Nak Han, jika yang tua ini boleh tahu, apa yang terjadi dengan nak Han selama nak Han menghilang?" tanya Patrick Hua Bei kepada Han Ma.
Tetua Cuan dan tetua Mo juga melihat ke arah Han Ma, menunggu jawaban dari Han Ma.
Melihat itu Han Ma menghela nafasnya dan menjelaskan secara rinci gerbang teleportasi tersebut.
Akan tetapi Han Ma tidak menceritakan jika ia bertemu dengan Shen Tian dan berlatih di sana.
"Oh, jadi sebelumnya itu gerbang teleportasi ke dunia lain," kata Patrick Hua Bei.
"Benar Patrick, tapi setelah ini gerbang tersebut tidak akan pernah terbuka lagi," kata Han Ma dengan perasaan sedih di hatinya tapi tidak terlihat di wajahnya.
Tetua Cuan dan tetua Mo hanya menganggukkan kepala mereka.
Kemudian mereka membahas tentang gedung yang Han Ma inginkan.
Gedung tersebut sudah 90% tinggal sedikit lagi gedung tersebut akan selesai.
Sebelumnya mereka membagi tugas, di mana Patrick dan tetua Cuan memfokuskan pada bangunan gedung.
Sedangkan tetua Mo mencari Han Ma, itu pun atas dasar keinginan dari tetua Mo sendiri.
Setelah menghabiskan beberapa jam mereka bersantai-santai dengan obrolan mereka.
Han Ma berdiri dan pamit hendak ke kamarnya, sebelum Han Ma pergi Patrick Hua Bei langsung berjalan ke arah Han Ma.
"Nak Han, semenjak kamu pergi Qia'er tidak pernah mau keluar kamar, cobalah nak Han menjenguknya sebentar, mana tau ia mau keluar kamar," kata Patrick Hua Bei dengan penuh harap.
Mendengar itu Han Ma mengerutkan keningnya dan menghela nafas panjang, ia baru mengingat wanita aneh itu.
"Baiklah Patrick, akan aku coba menemui nya," jawab Han Ma.
Mendengar perkataan Han Ma, Patrick Hua Bei menjadi lega, semenjak putrinya mengetahui bahwa Han Ma menghilang, putrinya mengurung dirinya di dalam kamar.
Bahkan saat ibunya menjenguk Hua Qia hanya diam dengan air mata yang mengalir di pipinya di pangkuan ibunya.
Kemudian Han Ma berjalan menuju ke arah kamar Hua Qia.
Saat ini Han Ma berada di depan pintu kamar Hua Qia, saat Han Ma hendak mengetuk pintu ia menghentikan tangannya.
Kemudian Han Ma berjalan ke arah dapur dan mengambil daging monster didalam cincin penyimpanannya.
Di dalam cincin penyimpanannya, begitu banyak daging monster yang Han Ma bunuh waktu masih di hutan misterius.
"Tuan muda," sapa pelayan saat melihat Han Ma.
"Bolehkah saya menggunakan dapur kalian?" tanya Han Ma.
"Silahkan tuan muda," jawab pelayan tersebut, ia melihat Han Ma memegang sepotong daging.
"Terima kasih," kata Han Ma.
Kemudian Han Ma mulai menggunakan dapur klan Hua, beberapa saat kemudian Han Ma selesai memasak daging monster.
Setelah selesai Han Ma berjalan menuju ke kamar Hua Qia, kemudian Han Ma mengetuk pintu.
Tok.... Tok.... Tok..... Tok....
Tok.... Tok..... Tok.... Tok....
Tok... Tok..... Tok..... Tok....
Berulangkali Han Ma mengetuk pintu, namun tidak ada jawaban dari dalam, membuat Han Ma mengerutkan keningnya, kemudian Han Ma mencoba sekali lagi.
Tok... Tok.... Tok.... Tok....
"Gadis aneh, buka pintunya, ini aku," kata Han Ma.
Gebrak......
Seketika suara pintu terbuka dengan kencang.
"Gege..........." teriak Hua Qia dan langsung bergerak cepat hendak memeluk Han Ma.
"Eeeeeeiiiiitttttt....... Nanti makanannya tumpah," kata Han Ma menghentikan tindakan Hua Qia.
Seketika Hua Qia berhenti dengan wajah cemberutnya dan masuk ke kamar.
Melihat itu Han Ma hanya menggelengkan kepalanya, kemudian Han Ma juga masuk ke kamar.
Han Ma meletakkan piring diatas meja dan menggeser kan kursi di hadapan Hua Qia.
"Gege kemana saja selama ini, katanya Gege menghilang, aku sangat mengkhawatirkan Gege, Aku... Aku... Aku..." kata Hua Qia sambil meneteskan air matanya.
Hiks...... Hiks...... Hiks...... Tangis Hua Qia pecah.
Melihat itu Han Ma hanya diam, ia membiarkan Hua Qia menangis.
Hhuuaaaaaa....... hhhhuuuaaaa.... Tangis Hua Qia semakin kencang.
Mendengar itu Han Ma seketika panik, mencoba memberanikan dirinya, Han Ma duduk di sebelah Hua Qia dan memeluknya.
Dengan perasaan gugup Han Ma membiarkan Hua Qia menangis dalam pelukannya dengan mengusap kepala Hua Qia.
Setelah beberapa saat tangis Hua Qia mulai mereda, akan tetapi pelukan Hua Qia semakin kencang, seakan-akan tidak mau melepaskannya.
"Hey, gadis aneh, sudah nangisnya," kata Han Ma.
"Gege jahat," kata Hua Qia.
Mendengar itu Han Ma menghela nafasnya.
"Gadis aneh, ayo makan dulu, makanan itu aku yang buat sendiri," kata Han Ma.
"Benarkah," kata Hua Qia dengan melepaskan pelukannya.
Han Ma hanya menganggukkan kepalanya, sedangkan Hua Qia langsung mengambil piring di atas meja dan memberikannya kepada Han Ma.
Melihat itu Han Ma mengerutkan keningnya.
"Aku sudah makan, ini aku buatkan untuk mu," kata Han Ma.
"Aku mau Gege menyuapi aku," kata Hua Qia dengan tersenyum.
"Kamu kan bisa makan sendiri," kata Han Ma.
"Aku tidak mau, aku mau Gege yang nyuapin," kata Hua Qia.
"Aku,,,,,," kata Han Ma terpotong oleh Hua Qia.
"Jika Gege tidak mau, aku juga tidak mau makan," kata Hua Qia.
Dengan menghela nafas dengan wajah pasrahnya Han Ma berkata.
"Baiklah,"
Semisal,
bla bla bla si kakek dan ternyata bla bla bla
Misal.
"Ma-er, waktunya untuk makan."
contohnya seperti ini:
Pada suatu hari.... Anniv pergi ke kota Jakarta...
ya ya seperti itu
buat author nya untuk berkarya.
dan jangan lupa mampir di karyaku pertama ku ya./Smile//Smile/