Valerie terpaksa menikah dengan Davin karena permintaan terakhir papanya sebelum meninggal. Awalnya, Valerie tidak tahu-menahu tentang rencana pernikahan tersebut. Namun, ia akhirnya menerima perjodohan itu setelah mengetahui bahwa laki laki yang akan dijodohkan dengannya adalah kakak dari Jean, pria yang diam-diam ia kagumi sejak SMA dulu, meskipun Jean pernah menolaknya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon xxkntng, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
27. Tunangan
Malam ini davin tengah berkumpul bersama Regan dan Dilan di tempat yang sudah disepakati. Seluruh divisi kantor bersiap untuk mengikuti ajang balapan motor yang diselenggarakan oleh sebuah perusahaan besar otomotif yang bekerja sama dengan perusahaan miliknya,Speed Motorsports, yang bertujuan mempromosikan produk baru mereka. Balapan ini bukan sekadar balapan jalanan biasa, melainkan bagian dari acara tahunan yang diikuti banyak komunitas .
Suara mesin motor menderu-deru, memacu adrenalin para peserta yang berkumpul di garis start. Ratusan penggemar motor memadati lokasi untuk menyaksikan aksi para pembalap. Bendera start sudah siap berkibar, dan para peserta berdiri di samping motor masing-masing, termasuk Davin, Regan, dan Dilan.
"Udah siap, lo? Jangan sampai kalah lagi sama gue!" seru Dilan sambil memasang helm balap berwarna hitam mengilap.
Davin tertawa kecil
Para pembalap bersiap di garis start, mesin motor meraung semakin keras. Sebuah suara dari pengeras suara terdengar, memberi aba-aba:
"3... 2... 1... START!"
Bendera start berkibar, dan semua motor melesat secepat kilat, memulai perjalanan di lintasan sepanjang 30 kilometer yang penuh tantangan.
Davin memimpin di depan, diikuti Dilan dan Regan. Jalur balapan ini dirancang khusus di area pinggir kota, melewati jalanan aspal yang diapit tebing dan hutan kecil. Meskipun lintasannya sepi dari kendaraan lain, jalanan itu penuh dengan tikungan tajam yang memaksa para pembalap untuk terus waspada.
"Jangan terlalu ngebut, vin!" teriak Regan dari belakang, suaranya tenggelam di antara kebisingan balapan.
Namun, Davin hanya melambaikan tangan ke belakang, seolah mengatakan bahwa dirinya baik-baik saja.
Di sebuah tikungan yang berada di dekat tanjakan, tiba-tiba sebuah truk besar muncul dari arah berlawanan. Truk itu adalah bagian dari kru logistik perusahaan yang membawa perlengkapan balapan. Seharusnya, jalur ini sudah steril dari kendaraan lain, tetapi rupanya ada miskomunikasi antara kru dan panitia.
"Davin! Truk!" teriak Dilan.
Davin membanting stir motornya, tubuh Davin terpental keras ke pinggir jalan, menabrak pagar pembatas dengan suara benturan yang keras. Helmnya terlepas, dan tubuhnya tergeletak tak bergerak.
"Davin!" teriak Regan panik, langsung menghentikan motornya di tepi lintasan.
Dilan berlari mendekati Davin, wajahnya penuh dengan kecemasan. Helm Davin terlihat retak, dan darah mengalir dari pelipisnya.
"Cepat telepon ambulans!" seru Dilan dengan suara bergetar, berusaha menekan luka di kepala temannya agar darahnya tidak terus mengalir.
Regan, segera menghubungi layanan darurat yang sudah disiapkan oleh pihak panitia. Kru medis yang berjaga di lokasi segera dikerahkan ke tempat kejadian.
****
Ambulans melaju kencang menuju rumah sakit terdekat, membawa Davin dalam kondisi tidak sadarkan diri. Regan dan Dilan menunggu di luar ruang gawat darurat dengan wajah cemas. Tak lama, seorang dokter keluar dan segera menghampiri mereka.
"Ada satu hal yang perlu kami sampaikan," kata dokter dengan serius.
Regan mengerutkan kening. "Apa?"
"Temen saya baik baik aja kan dok? " dilan metap dokter itu panik.
"Teman Anda mengalami cedera kepala cukup serius, dan saat ini kami mendeteksi trauma otak ringan yang menyebabkan amnesia sementara. Ini artinya, ia mungkin kesulitan mengingat beberapa hal, termasuk orang-orang di sekitarnya," jelas dokter.
"Jadi dia nggak ingat kita?" tanya Dilan.
"Kondisi ini normal untuk pasien dengan cedera seperti ini. Jangan memaksanya untuk mengingat semuanya sekaligus."
Regan dan Dilan mendadak saling adu pandang, penuh kekhawatiran. "Berapa lama biasanya kondisi seperti ini berlangsung dok?" tanya Regan.
"Sulit untuk diprediksi," jawab dokter. "Beberapa pasien bisa pulih dalam beberapa minggu, tapi ada juga yang membutuhkan waktu lebih lama. Yang terpenting, pastikan pasien merasa nyaman dan aman."
"Fokus utama kami sekarang adalah pemulihan fisiknya. Istirahat yang cukup dan suasana yang tenang sangat penting."
"Baik, Dok,"
"Saya akan terus memantau kondisinya. Jika ada perubahan, segera beri tahu kami."
***
Pagi hari sekali, Ceza tiba di rumah sakit setelah mendengar kabar buruk melalui grup kantor. Dengan langkah terburu-buru, ia berjalan menuju ruang perawatan Davin.
Sesampainya di depan ruang, Ceza menarik napas panjang sebelum masuk. Di dalam, Davin terbaring lemah dengan perban di kepala, wajahnya tampak bingung.
"Pak Davin..."
Davin menoleh dengan tatapan kosong, seolah mencari tahu siapa yang baru datang. "Siapa?" tanyanya.
"Pak... saya sekretaris Bapak," jawab Ceza.
"Sekretaris....saya?" tanya Davin kebingungan.
"Maaf, pasien baru saja sadar. Dokter mengatakan jika adanya amnesia sementara. Mungkin akan butuh waktu sebelum ingatannya kembali sepenuhnya," ucap suster yang sedang memasangkan infus di tangan Davin.
"Amnesia?" tanya Ceza tidak percaya.
"Sekretaris saya?" Davin bertanya lagi, matanya masih menunjukkan kebingungannya yang lebih dalam.
Ceza menggenggam tangan Davin dengan lembut, berusaha tersenyum. "Saya Ceza, tunangan sekaligus sekretaris Bapak," jawabnya dengan lembut.
"Tunangan?" tanya Davin, masih berusaha mengingat sesuatu.
"Iya, Pak Davin," jawab Ceza.
"Bapak istirahat aja, jangan terlalu banyak pikiran. Nanti Bapak bisa sakit lagi," kata Ceza, berusaha menenangkan.
"Bapak istirahat aja biar cepat pulih. Untuk urusan pekerjaan di kantor, saya bisa handle semuanya, bapak jangan mikirin pekerjaan dulu untuk saat ini, pikirin kondisi bapak aja dulu," tambahnya.