IG ☞ @embunpagi544
Elang dan Senja terpaksa harus menikah setelah mereka berdua merasakan patah hati.
Kala itu, lamaran Elang di tolak oleh wanita yang sudah bertahun-tahun menjadi kekasihnya untuk ketiga kalinya, bahkan saat itu juga kekasihnya memutuskan hubungan mereka. Dari situlah awal mula penyebab kecelakaan yang Elang alami sehingga mengakibatkan nyawa seorang kakek melayang.
Untuk menebus kesalahannya, Elang terpaksa menikahi cucu angkat kakek tersebut yang bernama Senja. Seorang gadis yang memiliki nasib yang serupa dengannya. Gadis tersebut di khianati oleh kekasih dan juga sahabatnya. Yang lebih menyedihkan lagi, mereka mengkhianatinya selama bertahun-tahun!
Akankah pernikahan terpaksa ini akan membuat keduanya mampu untuk saling mengobati luka yang di torehkan oleh masa lalu mereka? Atau sebaliknya, hanya akan menambah luka satu sama lainnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon embunpagi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 2 (Ketahuan selingkuh)
"Ya ampun, kenapa setiap pagi ada aja drama di rumah ini, sampai hal pengeriting rambut saja jadi bahan drama," Anes masih saja mengomel sambil menyiapkan sarapan di meja makan di bantu dengan bibi.
"Kalau enggak ada drama, bukan keluarga Parvis namanya mom," ucap Elang seraya memeluk Anes dari belakang. Anes menoleh.
"El? Sayang!" Ya ampun Nak, kapan kamu kembali, mommy merindukanmu!" ucap Anes bahagia , sambil membelai wajah sang putra. Pasalnya sudah beberapa bulan El mengurus perusahaannya yang sedang ada masalah di luar negeri.
"Semalam mom, El juga merindukan mommy," jawab El, ia langsung menyalami Anes dan mencium punggung tangan mommynya.
"Mommy senang sekali kau sudah kembali, duduklah kita sarapan bareng," ucap Anes antusias sekali karena jarang-jarang El ulang ke rumah utama tersebut, biasanya ia lebih sering pulang ke apartemennya.
Tak lama kemudian, Gavin dan Gisel datang ke meja makan, mereka berebut kursi untuk duduk seperti biasa.
"Gavin, Gisel!" ucap Elang tegas. Twins yang sedang sibuk berebut kursi pun menghentikan aksi mereka dan menoleh ke arah Elang.
"Duduk, jangan berebut," ucap Elang. Tidak marah, galak ataupun dengan nada kasar, akan tetapi berkharisma, sehingga membuat kedua adiknya langsung diam dan menurut.
"Kau terbaik El," puji Anes.
"Daddy mana mom?" Elang menanyakan sang ayah yang belum kelihatan.
"Daddy mu sedang di atas tadi, sebentar mommy panggil jika belum turun juga," ucap Anes.
"Apa kau merindukan daddy mu yang ganteng ini El?" suara Alex mampu membuat yang berada di sana menoleh ke arahnya.
"Dad," sapa Elang, ia berdiri dan menyalami Alex.
"Pagi sayang, morning kiss," Alex mencium bibir Anes sekilas.
"Astaga mas, malu di lihat anak-anak, udah tua juga," ucap Anes.
"Kenapa? Usia boleh dewasa, tapi jiwa tetap muda, iya gak?" ucap Alex yang menolak mengatakan dirinya tua.
"Yoi bro!" sahut Gavin.
"Kapan kau kembali El?" Alex menanyakan hal yang sama dengan Anes dan Gisel.
"Semala dad," sahut Elang.
"Bagaimana bisnismu yang di sana?"
"Alhamdulillah lancar, berkat doa daddy dan mommy," sahut El.
"Kenapa kamu tidak tanya kapan kakak pulang?" Gisel melihat ke arah Gavin.
"Buat apa? Kakak semalam pulang, aku masih terjaga, jadi aku tahu," sahut Gavin cuek.
Elang melihat jam mewah yang bertengger di tangan kanannya.
"Aku harus berangkat sekarang, ada meeting penting pagi ini," ucap El seraya menyesap segelas susu yang ada di depannya.
"Tapi kamu belum sarapan El?" ujar Anes.
"Tidak sempat ma, El berangkat dulu," El menyalami Anes dan bergantian dengan Alex.
"Jangan lupa sempatkan sarapan di kantor El!" teriak Anes.
"Ya ampun, kebiasaan tuh anak. Selalu pekerjaan yang di pikirkan, sering melewatkan sarapan. Padahal baru semalam di kembali, sekarang sudah mikir pekerjaan lagi," omel Anes.
"Namanya juga anak muda sayang, seperti mas dulu. Udahlah, daripada ngomel lagi, nanti cantiknya bertambah kan mas yang repot bisa-bisa mas overdosis dengan kecantikan kamu, mending sekarang kamu layani suami kamu ini,"
Twins terkekeh melihat orang tua mereka yang masih saja romantis di usia mereka kini.
"Mas, malu sama umur," sahut Anes.
"Kenapa lagi sama umur? Jangan salah, mas masih kuat dan jago kalau ingin nambah adik buat mereka," menunjuk ke arah Gavin dan Gisel.
"No!" seru Gavn dan Gisel kompak.
"Tumben kompak," ledek Alex.
"Udah, udah! ayo makan. Kasihan makanannya dari tadi di anggurin," ucap Anes.
"Yang penting bukan kamu yang di anggurin," ucap Alex.
"Daddy stop! kasihanilah kami yang setiap hari hanya mampu menjadi penonton kebucinan kalian," ucap Gisel.
Alex terkekeh mendengar ucapan anak gadisnya yang sedang dalam masa puber tersebut.
🌼🌼🌼
Di kantor....
"Bos..."
"Katakan!" perintah Elang yang kini sedang duduk di kursi kebesarannya setelah selesai memimpin rapat.
"Nona Bianca sudah kembali dari Paris semalam," ucap Kendra, asisten kepercayaan Elang.
Mendengarnya, Elang langsung mengecek ponselnya, tidak ada pemberitahuan dari kekasihnya tersebut jika ia sudah kembali. Padahal Elang sudah mengirim pesan jika ia juga sudah kembali dari perjalanan bisnisnya namun tidak di balas. Mungkin Bianca lelah, jadi belum sempat mengabarinya, pikir Elang.
"Siapkan makan siang, seperti yang sudah di rencanakan," ucap Elang.
"Baik bos, saya akan menyiapkan semuanya,"
"Hem," sahut Elang.
Setelah Kendra pergi dari ruangannya, Elang mencoba menelepon Bianca dan mengajaknya makan siang, karena ia sudah merindukan kekasihnya tersebut, mengingat kesibukan masing-masing yang membuat mereka jarang bertemu. Ia menutup teleponnya setelah bianca menyetujui untuk makan siang dengannya dan mengatakan masih ingin tidur karena capek.
Elang mengambil sesuatu dari dalam lacinya.
"Kali ini apa kamu akan menerimanya Bie?" gumamnya sambil membuka cincin mewah yang sudah ia persiapkan untuk melamar wanita yang sudah ia pacari selama tujuh tahun tersebut.
🌼🌼🌼
Jam makan siang tiba, Senja mengambil tas dan paper bag berisi makan siang yang sudah ia siapkan dari rumah.Ia akan membawakan makan siang untuk Niko, manager sekaligus kekasihnya karena hari ini Niko idak masuk ke kantor dengan alasan tidak enak badan.
"Mau kemana sen?" tanya Sarah, sahabat sekaligus teman sekantornya.
"Mau ke apartemen mas Niko Sar, hari ini dia tidak masuk katanya sakit, sekalian aku bawain makan siang buat dia," ucap Senja.
"Cieeee pacar yang perhatian, iri deh sama hubungan kalian, sweet sekali. Satu ganteng, satunya cantik. Kapan aku punya pacar kayak pak Niko, udah ganteng manager pula," ucap Sarah. Hubungan Senja dan Niko sudah bukan menadi rahasia lagi, Niko yang selalu memperlakukan senja dengan baik dan romantis membuat kaum hawa di kantor yang mengetahui hubungan mereka selalu merasa iri dengan Senja.
"Ah kamu bisa aja Sar, nanti juga kamu dapat, sabar aja sayang, tinggal tunggu tanggal mainnya Allah kasih yang terbaik buat kamu," ucap Senja.
"Ya udah aku pergi dulu ya, nanti keburu jam makan siang habis," pamit Senja.
"Hati-hati!" ucap Sarah sedikit berteriak karena Senja sudah berjalan menjauh.
Tap tap tap suara langkah kaki Senja memenuhi koridor menuju ke apartemen Niko. Di tangan kanannya, ia membawa paper bag berisi makan siang yang sudah ia siapkan.
"Mas Niko pasti senang, aku menjenguknya sekalian bawain makan siang buat dia," gumamnya penuh semangat dan ceria.
Sambil bersenandung ria, Senja membuka pintu apartemen Niko, hal itu sudah biasa ia lakukan karena ia sering membantu kekasihnya tersebut membersihkan apartemennya. Sehingga Niko memberikan kode apartemen kepada Senja, sehingga jika ia sedang tidak berada di apartemen, Senja bisa masuk dan beres-beres.
Sesampainya di depan pintu kamar Niko yang tidak terkunci, bahkan tidak tertutup dengan sempurna, Senja menghentikan langkahnya, Ia mendengar suara yang sangat membuatnya tidak nyaman, yaitu seorang wanita yang sedang mendesah dari dalam kamar tersebut.
Perasaan Senja mulai tidak enak, antara penasaran dan takut. Takut di dalam terjadi hal yang tidak ia inginkan.
Pelan-pelan, Senja membuka pintu kamar Niko. Di lihatnya pakaian bercecer di lantai kamar tersebut. Matanya langsung tertuju kepada sepasang kekasih yang sedang asyik melakukan hal yang tidak sepantasnya di lakukan oleh dua orang yang bukan suami istri.
"Mas Niko, Mitha! Apa yang kalian lakukan?" Seru Senja yang melihat aksi tak pantas dari kekasih dan juga sahabatnya tersebut. Ia menjatuhkan paper bag yang ia bawa begitu saja di lantai. Senja hampir tak percaya dengan apa yang di lihatnya
Niko dan Mitha menghentikan aksi mereka ketika mendengar suara Senja. Buru-buri Niko beranjak dari atas tubuh Mitha dan memakai bajunya.
Sementara Mitha menutupi badannya menggunakan selimut tebal milik Niko.
"Sayang, kamu datang. Kenapa tidak bilang kalau mau ke sini?" tanya Niko mendekati Senja. Senja mundur satu langkah menjauhi Niko. Apa yang baru saja ia lihat membuatnya langsung kehilangan respect terhadap laki-laki di depannya tersebut.
"Kamu bilang kamu sedang sakit mas, makanya akau ke sini buat jenguk dan bawain kamu makan siang. Tapi ternyata ini yang kamu lakukan di belakang aku!"
"Senja, sayang aku bisa jelasin, dengarkan penjelasan aku dulu," Niko berusaha meraih tangan Senja, Namun senja menepisnya.
"Sen, maafkan aku, aku tidak bermaksud," ucap Mitha yang masih berada di atas tempat tidur.
"Diam kamu!" Bentak Senja.
"Sejak kapan kalian bermain di belakang ku?" tanya Senja penuh amarah dan kecewa.
Niko dan Mitha terdiam.
"Sejak kapan!" Senja semakin meninggikan suaranya.
"Sejak kalian resmi berpacaran," jawab Mitha jujur.
Deg! Dada Senja terasa sesak sekali mendengarnya. Itu artinya sudah lima tahun mereka berselingkuh di belakang Senja. Betapa bodohnya dia karena tak bisa melihat pengkhianatan mereka selama ini.
"Kenapa? Kenapa kalian tega melakukan ini di belakang aku!" Senja tak tahu lagi harus bersikap seperti apa menghadapi dua makhluk yang membuatnya muak tersebut.
"Karena kamu selalu merebut apa yang aku inginkan, kamu cantik dan banyak yang menyukai kamu, bahkan tidak jarang laki-laki yang aku suka, malah menyukai kamu. Sejak pertama kali aku melihat Mas Niko, aku juga menyukai mas Niko," jelas Mitha tanpa Malu lagi.
Sekuat tenaga Senja menahan air matanya supaya tidak keluar. Namun, tetap saja buliran bening itu keluar dari sudut matanya yang terasa pedih.
"Senja, maafkan aku. Kamu tahu aku Cinta sama kamu,"ucap Niko.
"Apa? Cinta? Dasar laki-laki tidak tahu diri! Semudah itu kamu mengucapkan kata cinta, tapi kamu bermain di belakangku, dengan sahabatku sendiri! Lebih tepatnya mantan sahabat!"
"Jangan nyalahin Mas Niko terus, seharusnya kamu introspeksi diri, apa yang kurang dari kamu sehingga mas Niko berselingkuh di belakang kamu," ucap Mitha.
"Hah lucu sekali, kalian yang selingkuh, aku yang harua introspeksi diri? Apa tidak ada laki-laki lain Mith selain pacar sahabta kamu sendiri, segitu enggak lakunya kamu sampai pacar sahabat sendiri kamu tikung?"
"Jaga ucapan Kamu senja, mas Niko sendiri yang datang padaku karena kamu sebagai pacarnya tidak bisa memberi apa yang dia inginkan," ucap Mitha dengan sinis.
"Benar ucapannya Mas?" Senja menunjuk ke arah Mitha.
Niko terdiam menunduk.
"Jawab Mas!"
Pelan-pelan Niko menganggukkan kepalanya.
"Kenapa?"
"Dia bisa memberikan apa yang tidak kamu berikan kepadaku," jawab Niko lirih, yang ia maksud adalah hubungan suami istri, karena prinsip Senja tidak mau melakukan hal terlarang tersebut sebelum mereka reski menikah.
Plak! Senja menampar Niko dengan keras. Dia tidak menyangka, Niko menilai sebuah hubungan sedangkal itu. Lalu apa arti hubungan mereka selama ini. Niko yabg selalu memperlakukan senja dengan romantis bahkan membuat iri siapa saja yang melihatnya.
Laki-laki tersebut juga berjanji akan segera melamar Senja secepatnya. Gugur sudah semua impian dan bayangan Senja tentang masa depannya bersama laki-laki yang baru saja kepergok selingkuh dengan sahabatnya sendiri tersebut.
Niko hanya mampu terdiam menerima tamparan keras dari Senja.
"Cih! Memuakkan!" sentak Senja, sambil berjalan menuju ke pintu.
"Senja tunggu!" Niko mencoba menahan Senja.
"Biarkan saja dia pergi sayang, kau tak butuh dia, hanya aku yang bisa menyenangkan mu," ucap Mitha tersenyum mengejek, Senja yang mendengarnya berhenti dan menoleh, merasa jijik dan muak mendengarnya.
"Silahkan ambil! pengkhianat cocoknya sama pengkhianat! Kamu pikir aku akan sedih? Tidak! justru aku bersyukur, Tuhan menunjukkan siapa kalian sebenarnya sebelum semua terlambat!" cibir Senja lalu menghentakkan kakinya dan melangkah pergi.
🌼🌼🌼