Dewasa🌶🌶🌶
"Temukan wanita yang semalam tidur denganku, dia harus bertanggungjawab karena telah mengambil keperjakaanku!"
—Bhaskara Wijatmoko—
"Gawat! Aku harus menyembunyikan semuanya. Kalau tidak, aku bisa dipecat!"
—Alicia Stefi Darmawan—
----
Bhaskara Wijatmoko dikenal sebagai CEO dingin yang tak pernah peduli pada wanita. Alasan dia memilih Alicia Stefi Darmawan sebagai salah satu sekretarisnya adalah karena sikap profesionalismenya yang luar biasa.
Namun, segalanya kacau setelah sebuah pesta topeng. Alicia tanpa sengaja menghabiskan malam dengan pria misterius yang ternyata adalah Bhaskara! Panik dan takut dipecat, Alicia pun kabur sebelum Bhaskara bangun.
Sialnya saat di kantor, Bhaskara malah memerintahkan semua sekretarisnya untuk menemukan wanita yang sudah bermalam dengannya. Alicia harus menyembunyikan rahasianya, tapi apa yang terjadi jika Bhaskara akhirnya tahu kebenarannya? Akankah karier Alicia hancur, atau sesuatu yang tak terduga akan terjadi?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon HANA ADACHI, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
28. Durian
Hari minggu.
Bhaskara sudah mandi sejak pagi, siap untuk berkencan dengan Alicia. Ia dengan semangat meraih ponsel dan mengetik pesan untuk pacarnya itu.
'Ayo kencan. Saya sudah punya banyak rencana yang mau kita lakukan hari ini.'
Sedetik, dua detik, Bhaskara menunggu dengan tak sabar. Tak berselang lama, masuk pesan baru dari Alicia.
'Tidak bisa Jagi. Hari ini saya ada janji kencan dengan Karin.'
'Karin lagi?' Bhaskara mengerutkan kening. 'Kenapa kamu pergi sama dia terus, sih? Kalian nggak bakalan pergi ke tempat yang aneh-aneh kan?'
'Tenang saja Jagi. Aku sudah memperingatkan dia supaya tidak melakukannya lagi. Lagian kata Karin, dia takut sama kamu. Hihihi,'
Bhaskara tersenyum. "Bagus. Dia memang harus takut sama gue supaya tidak menjerumuskan Alicia ke jalan yang salah."
'Padahal saya sudah siap-siap mau ketemu kamu.' ketik Bhaskara. Lalu ia berpikir sejenak. Menatap dirinya yang bertelanjang dada.
"Kayanya pas buat balas dendam," Bhaskara tersenyum jahil, lalu ia memposisikan ponselnya menghadap cermin. Cekrek! cekrek! Sengaja betul ia memotret abs nya yang sempurna. Hitung-hitung balasan untuk Alicia yang waktu itu sudah mengirimkan foto-foto seksi sampai membuatnya kepikiran.
"Astaga!" Benar saja, Alicia langsung terlonjak dari duduknya saat membuka foto yang dikirim pria itu. Karin, yang sedang berdandan di depan meja rias menoleh heran.
"Kenapa, Al?"
"Eh, hehe nggak apa-apa. Ada kecoa tadi," katanya mencoba mencari alasan. Ia menghela napas panjang sambil mengipas-ngipasi wajahnya yang terasa panas.
'Kenapa tiba-tiba kirim foto begitu?' Alicia bertanya sambil mengirimkan emoticon marah. 'Saya kan jadi kaget.'
'Balasan foto kamu yang waktu itu, sayang.' balas Bhaskara.
"Ya ampun, pendendam sekali dia," Alicia berdecak, menggeleng-gelengkan kepalanya.
'Kamu boleh pergi, tapi syaratnya, kamu harus mengirimkan foto kamu setiap sepuluh menit.' ketik Bhaskara kemudian.
'Apa? Sepuluh menit?'
'Ya, sepuluh menit,' balas Bhaskara cepat. 'Supaya saya tahu kamu nggak diajak ke tempat yang aneh-aneh sama Karin.'
Alicia mendengus pelan, tapi dia tau tak ada pilihan untuk menolak. 'Baiklah Jagi.'
Bhaskara tersenyum puas membaca pesan itu. 'Bagus, sayang. Have fun, ya. Jangan lupa pikirin aku.'
Alicia hanya membalas dengan emoticon wajah datar, lalu menaruh ponselnya di meja. "Dasar Bhaskara, suka banget bikin ribet," gumamnya.
Karin, yang sudah selesai berdandan, menghampiri Alicia dengan penuh semangat. "Ayo bestie, kita berangkat! Gue udah punya list tempat seru buat kita main hari ini!"
Alicia langsung waspada mendengar kata 'tempat seru.' Pasalnya ia tahu betul, bagi Karin, tempat seru itu adalah tempat yang banyak cowoknya.
"Karin, nggak ada yang aneh-aneh kan?" tanya Alicia sambil menatap temannya itu dengan serius. "Nggak ada cowok-cowok kaya kemaren, kan?"
"Tenang aja, Al. Kali ini tempatnya normal kok. Lo bakalan suka!" jawab Karin sambil mengangkat jempol. "Lagian kan gue udah bilang kalau gue takut sama cowok Lo. Udah, nggak usah overthinking, kita berangkat sekarang! Let's go!"
Akhirnya, mereka berdua pun berangkat. Seperti janjinya dengan Bhaskara, Alicia mengirimkan foto dirinya setiap sepuluh menit sekali. Pria itu juga sama sekali tidak sabar. Telat sedetik saja, dia langsung meneror Alicia lewat pesan chat.
"Rin, fotoin gue dong," Alicia meminta tolong Karin saat mereka ada di cafe. Karin memutar bola matanya malas.
"Lo udah foto berapa kali hari ini, Al? Memori hape Lo penuh!" tukasnya kesal. Memotret sahabatnya itu dengan asal. "Nih!" ujarnya sambil mengembalikan hape.
"Ya gimana, daripada Bhaskara marah," Alicia mengecek hasil foto. "Jelek banget sih Rin!"
"Emang wajah Lo aja yang jelek," jawab Karin asal. "Lagian, kenapa sih pacar Lo itu posesif banget?"
"Ya itu kan gara-gara Lo juga," dengus Alicia. "Dia nggak bakal segininya kalau waktu itu Lo nggak bawa Gue blind date,"
Karin mengerucutkan bibir. Tidak bisa membantah karena memang benar adanya.
Setelah dari cafe, Karin mengajak Alicia berjalan-jalan menuju taman kota yang ada di sekitar sana. Di sana ternyata ada deretan kios pedagang durian yang aromanya semerbak memenuhi udara. Alicia langsung memandang Karin dengan curiga.
"Rin, lo yakin mau mampir ke sini? Jangan sampai lo makan kebanyakan terus bikin drama lagi kaya waktu itu," ucapnya mengingat kejadian tahun lalu saat Karin sempat dirawat karena alergi ringan setelah makan durian.
"Tenang, Al. Gue udah belajar dari pengalaman. Sekarang gue cuma mau nyobain sedikit, sumpah!" jawab Karin dengan penuh semangat, sambil melangkah cepat menuju salah satu kios yang ramai.
Alicia mendesah pasrah. Ia mengikuti Karin yang sudah memilih durian besar dan langsung minta dibelah. "Nih, Al, makan juga! Duriannya mak nyus!" Karin menyuapkan potongan kecil ke mulut Alicia.
Alicia mencicipi sedikit, lalu tersenyum. "Iya, enak. Tapi jangan kebanyakan, Rin. Ingat, lo tuh—"
"Ah, nggak usah khawatir. Sekali ini aja!" potong Karin sambil terus melahap durian. Satu, dua, tiga biji... sampai entah sudah hitungan ke berapa.
"Rin, lo makan banyak banget! Udah, berhenti dulu!"
Namun, Karin tidak menggubris peringatan Alicia dan terus melanjutkan pesta duriannya. Setelah hampir setengah jam di kios itu, barulah mereka beranjak pergi. Itupun setelah Alicia memaksa. Alicia hanya menggelengkan kepala, khawatir jika yang ia takutkan akan terjadi.
Benar saja. Saat mereka berjalan pergi dari area taman, Karin mulai mengeluh. "Al, kok perut gue tiba-tiba melilit, ya?" tanya Karin sambil memegangi perutnya.
Alicia menepuk dahinya. "Tuh, kan! Gue bilang juga apa! Lo tuh nggak pernah belajar dari pengalaman!" ucapnya sambil membantu Karin duduk di bangku taman.
"Astaga, sakit banget, Al! Lo punya obat maag nggak?" Karin meringis sambil menggigit bibir.
"Gue nggak bawa, Rin! Aduh," Alicia panik. "Kita ke rumah sakit aja sekarang!" ujar Alicia sambil menuntun Karin menuju tempat parkir.
Di sisi lain, Bhaskara mulai kesal karena Alicia tak kunjung mengirimkan foto, padahal sudah lebih dari lima belas menit berlalu sejak pesan terakhir. Ia berulang kali mengirimkan pesan dan menelepon, tapi tidak ada satu pun yang dibalas.
"Dia kemana sih? Karin nggak mengajaknya pergi ke tempat aneh, kan?" gumam Bhaskara sambil menatap layar ponselnya dengan cemas.
Setelah beberapa saat, ponselnya akhirnya berdering. Nama Alicia terpampang di layar. Dengan cepat, Bhaskara mengangkat panggilan itu.
"Aduh, maaf, Jagi! Tadi aku panik banget sampai nggak sempat angkat telepon atau balas chat kamu!" suara Alicia terdengar panik.
Bhaskara yang awalnya ingin meluapkan kekesalannya langsung terdiam. Nada panik di suara Alicia membuatnya curiga. Ia buru-buru mengubah panggilan menjadi video call.
"Kamu di mana memangnya? Panik kenapa?" tanyanya khawatir. Namun, bukannya mendapat jawaban yang menenangkan, ia justru terkejut melihat tempat di belakang Alicia.
"Apa? Kamu di rumah sakit?" Suara Bhaskara meninggi saat mengenali papan nama yang menunjukkan ruangan Obgyn. "Kenapa kamu di sana? Tunggu, aku akan ke sana sekarang!"
"Apa? Jagi, nggak usah, aku—" klik. Sambungan video call tiba-tiba terputus. Bhaskara memandangi layar ponselnya yang gelap. Ia segera mencoba menelepon lagi, tapi kali ini nomor Alicia mendadak tidak aktif.
"Fix, Alicia pasti hamil," gumamnya dengan napas memburu. Tanpa berpikir panjang, ia langsung meraih kunci mobil dan berlari keluar rumah.