NovelToon NovelToon
The King Final Sunset

The King Final Sunset

Status: tamat
Genre:Action / Tamat / Fantasi Timur / Poligami / Perperangan / Kultivasi Modern / Penyelamat / Bercocok tanam
Popularitas:4.8k
Nilai: 5
Nama Author: Mrs Dream Writer

Zharagi Hyugi, Raja ke VIII Dinasti Huang, terjebak di dalam pusara konflik perebutan tahta yang membuat Ratu Hwa gelap mata dan menuntutnya turun dari tahta setelah kelahiran Putera Mahkota.

Dia tak terima dengan kelahiran putera mahkota dari rahim Selir Agung Yi-Ang yang akan mengancam posisinya.

Perebutan tahta semakin pelik, saat para petinggi klan ikut mendukung Ratu Hwa untuk tidak menerima kelahiran Putera Mahkota.

Disaat yang bersamaan, perbatasan kerajaan bergejolak setelah sejumlah orang dinyatakan hilang.

Akankah Zharagi Hyugi, sebagai Raja ke VIII Dinasti Huang ini bisa mempertahankan kekuasaannya? Ataukah dia akan menyerah?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mrs Dream Writer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bukan Pengkhianatan

Zharagi menghela napas panjang, mencoba menguasai perasaannya. Ia melirik dokumen yang digenggam erat oleh Hwa, lalu mengulurkan tangan. “Apa itu? Aku ingin melihat bukti apa yang begitu penting hingga kau harus mengambil langkah seperti ini.”

Hwa menyerahkan dokumen itu dengan ragu, matanya mengawasi ekspresi Zharagi saat ia membuka gulungan tersebut. Dalam dokumen itu tertulis daftar nama pejabat tinggi yang telah bersekongkol dengan Kerajaan Musuh, lengkap dengan detail pertemuan rahasia, rencana pengkhianatan, dan tanda tangan mereka.

Mata Zharagi menyipit saat membaca salah satu nama yang sangat dikenalnya: Kanselir Iskra, penasihat utama yang telah setia mendampinginya selama bertahun-tahun.

“Iskra…” gumam Zharagi dengan nada tak percaya. Tangannya mengepal, kemarahan mulai membara di dadanya. “Dia adalah orang kepercayaanku! Bagaimana mungkin dia mengkhianati kita?”

Hwa menatap Zharagi dengan tenang, meski ia tahu badai emosi tengah mengamuk di dalam diri raja muda itu. “Kadang, musuh terbesar ada di dalam lingkaran terdekat kita. Aku tahu ini berat bagimu, tapi kau harus melihat kenyataan, Zharagi.”

Zharagi mengangguk pelan, lalu menatap langsung ke arah Hwa. “Apa yang kau lakukan tadi malam tidak hanya melindungi kerajaan ini, tetapi juga membuka mataku. Aku berhutang banyak padamu, Hwa.”

Hwa tersenyum tipis, meski kelelahan tergurat di wajahnya. “Aku hanya melakukan tugasku sebagai mantan ratu dan pelindung kerajaan ini.”

Sementara itu, Tarei yang masih berada di Biara Shiyen bersama Lady Ira merasa resah. Ia tahu rencana Hwa telah berhasil, tetapi perasaannya terhadap Zharagi membuatnya khawatir. Ia tidak bisa menghapus bayangan wajah Zharagi yang mungkin terluka karena keputusan-keputusan yang diambil tanpa persetujuannya.

“Lady Ira,” Tarei akhirnya berbicara, “apakah Yang Mulia Zharagi akan memaafkanku karena mengikuti rencana Hwa tanpa memberitahunya?”

Lady Ira tersenyum lembut. “Zharagi adalah raja yang bijaksana, Tarei. Dia mungkin marah atau merasa dikhianati pada awalnya, tetapi dia akan memahami niatmu. Yang penting adalah kesetiaanmu tetap untuknya.”

Tarei hanya mengangguk, meski rasa bersalah masih membayangi. Ia memutuskan untuk segera kembali ke istana untuk menghadapi konsekuensi atas keputusannya.

Di istana, suasana perlahan mulai tenang. Para pengkhianat telah ditangkap dan diinterogasi, sementara Zharagi mulai memimpin sidang darurat untuk menentukan nasib mereka.

Namun, di tengah kesibukannya, Zharagi tidak bisa mengabaikan rasa penasaran yang terus menghantuinya. Ia memanggil Hwa ke ruang strateginya setelah sidang selesai.

Ketika Hwa masuk, Zharagi langsung berbicara tanpa basa-basi. “Hwa, ada satu hal yang belum kau jelaskan kepadaku. Mengapa kau melakukan ini sekarang? Kenapa tidak sebelumnya?”

Hwa menatapnya dengan tatapan tegas. “Karena aku menunggu waktu yang tepat. Jika aku bertindak lebih awal, aku tidak akan memiliki cukup bukti untuk meyakinkanmu. Dan jika aku menunggu lebih lama, mereka akan bertindak lebih dulu dan menghancurkan kita.”

Zharagi mengangguk pelan, meski masih ada kekecewaan yang tersisa. “Aku mengerti. Tapi kau harus tahu, aku tidak akan membiarkan diriku diabaikan lagi dalam keputusan besar seperti ini. Aku adalah raja, dan aku harus mengetahui segalanya.”

Hwa tersenyum tipis. “Itulah yang membuatmu layak menjadi pemimpin, Zharagi. Kau belajar dari kesalahan.”

Zharagi terdiam, memandang Hwa dengan rasa hormat yang baru. Ia menyadari bahwa meski mereka memiliki banyak perbedaan, Hwa adalah sekutu yang sangat berharga dalam perjuangan melindungi kerajaannya.

Di luar istana, bayangan seorang pria misterius mengintai dari kejauhan. Wajahnya setengah tertutup oleh tudung jubah hitam, tetapi matanya bersinar tajam menatap ke arah aula utama.

“Zharagi…” gumamnya dengan suara rendah. “Kau mungkin menang malam ini, tapi permainan ini belum selesai. Aku akan memastikan kau kehilangan segalanya.”

Pria itu melangkah ke dalam kegelapan, meninggalkan jejak misteri baru yang siap menghantui Zharagi dan kerajaannya.

Setelah sidang darurat, Zharagi memasuki ruang kerjanya yang megah tetapi sepi. Udara dingin malam itu membawa aroma hujan yang membasahi taman istana. Ia menyandarkan tubuhnya di kursi kayu mahoni, pikirannya masih bergulat dengan pengkhianatan Iskra.

Namun, tak lama kemudian, suara ketukan lembut terdengar dari pintu.

"Masuk," ujar Zharagi tanpa mengalihkan pandangan dari dokumen di hadapannya.

Tarei melangkah masuk, wajahnya menunjukkan campuran rasa bersalah dan kecemasan. "Yang Mulia..." ia memulai, suaranya pelan tetapi jelas.

Zharagi mendongak. Melihat Tarei, ada kilatan kelegaan di matanya, tetapi ia tetap menjaga sikapnya. "Tarei. Aku tahu kau terlibat dalam rencana Hwa. Kenapa kau tidak memberitahuku sebelumnya?"

Tarei terdiam sejenak, lalu melangkah mendekat. "Aku melakukannya karena aku percaya itu yang terbaik, Zharagi. Aku tahu kau tidak akan pernah setuju jika aku mengatakannya langsung. Tapi aku ingin melindungi kerajaan ini… dan melindungimu."

Kata-kata terakhir Tarei membuat Zharagi terpaku. Ada kejujuran yang tak bisa ia abaikan, meskipun hatinya masih terasa terluka karena kepercayaan yang dilanggar.

"Aku menghargai niatmu, Tarei," ujar Zharagi akhirnya, nada suaranya lebih lembut. "Tapi aku adalah rajamu, dan aku perlu tahu apa yang terjadi di sekitarku. Jangan membuatku buta di tengah badai seperti ini."

Tarei menunduk, menahan rasa bersalah. "Aku mengerti. Mulai sekarang, aku akan selalu berdiri di sisimu... dan tidak akan ada rahasia lagi."

Zharagi mengangguk. "Baiklah. Aku memerlukan orang sepertimu—dan Hwa—di sisiku. Tapi aku juga memerlukan kejujuran. Musuh di luar sana terlalu banyak, dan aku tidak ingin musuh muncul di dalam lingkaran terdekatku."

Tarei mengangguk, merasa lega bahwa Zharagi tidak sepenuhnya marah.

Sementara itu, di sisi lain kerajaan, pria berjubah hitam yang sebelumnya mengawasi istana kini memasuki sebuah gua gelap yang dipenuhi aura magis. Di dalam gua itu berdiri sosok wanita dengan rambut perak panjang yang memancarkan kilauan seperti bulan. Matanya tajam, dan ada senyum licik di wajahnya.

"Bagaimana hasilnya?" tanya wanita itu tanpa berbalik, suaranya mengandung nada dingin yang menggema di seluruh ruangan.

Pria itu melepas tudungnya, memperlihatkan wajahnya yang penuh bekas luka pertempuran. "Zharagi lebih tangguh dari yang kuduga. Tapi rencana kita masih berjalan."

Wanita itu tertawa pelan. "Tentu saja. Hancurkan lingkaran kepercayaannya satu per satu. Saat ia tidak punya siapa-siapa lagi, kerajaan itu akan runtuh dengan sendirinya."

Pria itu mengangguk. "Aku telah menyebarkan informasi palsu ke beberapa wilayah. Akan ada pemberontakan kecil yang cukup untuk mengalihkan perhatiannya."

Wanita itu berbalik, tatapannya dingin dan tajam. "Dan tentang Hwa? Dia terlalu cerdas. Aku tidak ingin dia menghalangi kita."

Pria itu tersenyum licik. "Percayakan itu padaku. Dia tidak akan bertahan lama."

Keesokan harinya, Zharagi memulai penyelidikan penuh terhadap para pengkhianat. Sementara itu, Hwa menerima surat ancaman anonim yang memintanya untuk mundur dari perannya membantu Zharagi. Surat itu berisi detail yang mengungkapkan pengetahuannya tentang masa lalu Hwa yang seharusnya rahasia.

Hwa tahu bahwa musuh mereka lebih berbahaya dari yang ia kira. Ia memutuskan untuk menemui Zharagi secara pribadi dan memperingatkannya tentang ancaman ini.

"Yang Mulia," kata Hwa saat mereka bertemu di ruang strategi, "kita tidak hanya menghadapi pengkhianatan internal, tetapi juga ancaman eksternal yang lebih besar. Aku menerima surat ini pagi tadi."

Zharagi membaca surat itu dengan rahang mengeras. "Siapa pun yang mengirim ini, dia tahu banyak tentang kita. Ini bukan sekadar ancaman kosong. Mereka memiliki rencana besar untuk menghancurkan kita."

Hwa mengangguk. "Aku akan menyelidiki asal-usulnya. Tapi aku perlu perlindungan untuk beberapa orang di lingkaranku. Jika aku adalah target, mereka mungkin juga dalam bahaya."

Zharagi menatap Hwa dengan penuh tekad. "Kita akan melindungi setiap orang yang setia pada kerajaan ini. Dan siapa pun yang mencoba menghancurkan kita, aku bersumpah, mereka akan menyesali keputusan mereka."

Hwa tersenyum tipis, merasa ada harapan di balik kekuatan Zharagi. Namun, dalam hatinya, ia tahu bahwa badai yang lebih besar sedang mendekat.

1
MDW
terimakasih
MDW
bentar lagi nih
Ahmad Fahri
Gimana nih thor, update-nya kapan dong?
Mưa buồn
Ceritanya bikin nagih dan gak bisa berhenti baca.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!