Arnav yang selalu curiga dengan Gita, membuat pernikahan itu hancur. Hingga akhirnya perceraian itu terjadi.
Tapi setelah bercerai, Gita baru mengetahui jika dia hamil anak keduanya. Gita menyembunyikan kehamilan itu dan pergi jauh ke luar kota. Hingga 17 tahun lamanya mereka dipertemukan lagi melalui anak-anak mereka. Apakah akhirnya mereka akan bersatu lagi atau mereka justru semakin saling membenci?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Puput, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 32
"Oke, kalau begitu maukah kamu menikah lagi denganku?"
Seketika Gita menatap Arnav. Dia tidak pernah membayangkan kisahnya akan berakhir lagi bersama Arnav.
Kemudian Arnav menggenggam tangan Gita. "Apa kamu mau membuka lembaran baru lagi? Kita bahagiakan kedua anak kita bersama-sama."
Belum juga Gita menjawabnya, terdengar suara sepeda motor berhenti di depan rumah Gita.
Arnav membuang napas kasar. Sedikit lagi dia akan mendapatkan jawaban dari Gita tapi anak-anaknya sudah pulang.
Oke, tidak perlu mendapat jawaban sekarang karena besok aku akan melamar kamu secara resmi.
"Papa, kita ganggu?" tanya Arvin yang melihat dari kaca jika awalnya kedua orang tuanya sangat dekat lalu sekarang saling menjauh.
"Iya, ganggu dikit. Tapi gak papa. Papa bisa mengulangnya lagi dengan momen yang jauh lebih romantis."
Gita melihat Shaka yang masih berdiri di luar dengan Vita. "Temannya Vita ya? Masuk sini."
"Mama sudah kenal sama Shaka?" tanya Arvin.
"Iya, dia pernah mengantar Vita ke rumah. Dia sangat sopan," kata Gita.
Shaka masuk ke dalam rumah itu lalu bersalaman dengan kedua orang tua Vita.
Arnav menatap Shaka menyelidik. Sepertinya dia pernah melihat Shaka sebelumnya. "Aku baru ingat, kamu cowok yang nongkrong sama anak geng motor waktu itu kan? Waktu aku bertengkar sama Arvin? "
Vita melihat papanya lalu Shaka. Sepertinya akan ada perdebatan dari papanya yang lebih protektif. "Papa, semalam kan Kak Shaka juga ikut manggung."
"Papa malah lupa semalam karena fokus sama Arvin saja. Tapi kamu memang anak geng motor?"
"Tidak, Om. Kebetulan saya sedang bersama teman-teman waktu itu. Saya tidak bergabung geng mereka karena motor saya saja hanya motor matic." Shaka tersenyum kecil. Tentu saja jika dia anak geng motor akan merusak citra baiknya di depan mertua.
"Kamu ada hubungan sama Vita? Vita tidak boleh pacaran," tegas Arnav.
"Papa, aku tidak pacaran dengan Kak Shaka," kata Vita.
"Syukurlah karena kita baru bertemu. Katanya cinta pertama anak perempuan adalah papanya. Papa tidak mau kalau dia menjadi cinta pertama kamu. Kamu bertemu dia sebelum bertemu Papa kan."
"Astaga Papa. Tidak begitu juga konsepnya."
Mereka semua tertawa melihat ekspresi lucu Vita dan juga papanya. Mereka berdua sangat mirip saat beradu argumen.
"Kak Shaka ke sini mau bertanya sesuatu," kata Vita.
"Tanya apa?" tanya Arnav. Dia menatap Shaka yang terlihat pucat.
"Apa Om tahu siapa pemilik PT Karya Persada yang sebenarnya?"
"PT Karya Persada?" Arnav mengingat-ingat nama perusahaan itu. "Perusahaan ATK?"
Shaka menganggukkan kepalanya.
"Perusahaan itu memiliki dua pabrik besar. Pabrik kertas dan peralatan tulis. Bahkan perusahaan itu juga mendistribusikan sendiri produknya. Perusahaan yang cukup besar. Untuk pemilik perusahaan ini, aku masih bingung. Karena sebelumnya perusahaan ini dipegang oleh Pak Ramdan, setelah itu putranya. Setahu aku Pak Ramdan ini hanya memiliki satu orang putra yang bernama Satya."
Shaka terkejut mendengar nama ayahnya disebut. "Pak Satya punya adik."
"Adik?" Arnav mengambil ponselnya dan membuka silsilah kepemimpinan perusahaan itu. "Siapa Gio?" Dia membaca sebuah artikel bahwa yang memimpin perusahaan sekarang adalah Gio. Dia terus menelusuri pencariannya. Hingga ke situs-situs yang hanya bisa dibuka oleh pebisnis.
"Ketemu. Gio adalah adik tiri Satya. Satya mengalami kecelakaan mobil bersama istrinya 16 tahun yang lalu. Aku juga baru tahu tentang hal ini."
Shaka mengepalkan tangannya. Ternyata selama ini Gio telah membohonginya. Dia kira Gio adalah adik kandung ayahnya ternyata bukan. "Satya adalah ayah saya."
"Ayah kamu?"
Shaka menganggukkan kepalanya. "Saya tidak tahu kalau Om Gio adalah adik tiri ayah."
"Itu berarti semua kekayaan itu adalah milik kamu. Tidak menyangka kamu pewaris tunggal PT Karya Persada."
"Masalahnya, selama ini harta itu dikuasai Om Gio. Saya sama sekali tidak tahu kekayaan yang dimiliki ayah. Saya ...." Shaka menghentikan kalimatnya. Tiba-tiba saja dadanya terasa sesak.
"Selama ini Om Gio terus menyiksa Shaka dan tidak memberi Shaka uang selain untuk kebutuhan sekolahnya. Shaka kira, dia yang menumpang di rumah Om Gio karena Om Gio menutupi semua kekayaan itu dari Shaka," sambung Arvin.
"Jadi kamu tidak tahu kalau kamu adalah ahli waris tunggal. Siapa pengacara keluarga kamu?"
Shaka menggelengkan kepalanya.
"Kamu cari tahu. Ya, paling tidak cari tahu namanya. Nanti aku yang akan mencari pengacara itu dan menghubunginya. Jangan sampai terlambat. Kamu sudah 17 tahun, sudah tidak perlu wali ahli waris lagi. Sekalian kamu kumpulkan bukti-bukti kekerasan yang dilakukan Gio, agar masalah ini sekalian diusut."
Shaka masih ragu. Apa dia bisa mencari tahu semuanya karena saat ini dia berada di ambang putus asa.
"Papa turun tangan langsung saja. Papa temui Om Gio," pinta Vita.
"Tidak semudah itu, Vita. Papa sama sekali tidak kenal dengan Gio. Papa bisa dituntut balik jika mencampuri masalah keluarga Gio dan menuduhnya tanpa bukti. Paling aman lewat pengacara keluarga Shaka. Dan satu lagi Shaka, jangan mau tanda tangan apapun sebelum pengacara keluarga kamu datang."
Shaka menganggukkan kepalanya. "Iya, saya akan segera mencari info tentang pengacara itu."
"Mama, audisi di Imagine Music ditunda?" tanya Arvin.
"Iya. Satu minggu lagi," jawab Gita.
"Kamu tidak boleh ikut!" kata Arnav melarang dengan tegas. "Perusahaan itu milik istrinya Gibran. Kamu ngerti?"
"Iya, ngerti Papa. Biar Shaka saja yang ikut." Arvin menepuk bahu Shaka. "Ini cita-cita lo. Lo harus ikut."
"Tapi ini cita-cita lo juga."
Arvin menggelengkan kepalanya. "Gue mau masuk ke perusahaan itu karena ingin mencari Mama. Gue sekarang udah bertemu Mama jadi buat apa masuk perusahaan itu. Lebih baik aku mengurusi perusahaan sendiri. Iya gak, Pa?"
"Tumben kamu nurut."
Arvin hanya tertawa, lalu dia berdiri dan berjalam menuju dapur. "Vita, Shaka, ayo makan."
"Kamu makan dulu. Tidak usah sungkan," kata Gita pada Shaka.
"Ayo!" ajak Vita sambil menarik jaket Shaka agar mengikutinya.
Arnav menghela napas panjang melihat kedekatan mereka berdua. "Kita harus cepat menikah sebelum didahului anak-anak kita."
"Mereka masih sekolah. Terlalu berlebihan."
Arnav kembali mendekat dan berbisik di telinga Gita. "Kita menikah secepatnya ya, lalu buat adik untuk mereka berdua."
"Pak Arnav, tolong ingat umur."
💕💕💕
Komen ya. 😁