NovelToon NovelToon
Anak Pembantu Hamil Anak Duda Kaya

Anak Pembantu Hamil Anak Duda Kaya

Status: sedang berlangsung
Genre:Duda / Hamil di luar nikah / Percintaan Konglomerat / Misteri Kasus yang Tak Terpecahkan
Popularitas:3.8k
Nilai: 5
Nama Author: Fitren

Kedua orangtuanya Clara meninggal, ayahnya meninggal karna sakit-sakitan. Setelah dua bulan kepergian ayahnya, Ibunya Clara pun meninggal dunia karna sakit kanker. Karna kedua orangtuanya meninggal Clara harus menggantikan kedua orangtuanya bekerja sebagai pembantu, namun saat Clara sedang menunggu bus di halte untuk pergi ke rumah tujuannya, tiba-tiba Clara diculik dan dibawa ke sebuah hotel hingga dirinya diperkosa oleh orang tak di kenal hingga hamil diluar nikah.

Saat tau dirinya hamil, Clara mencari pekerjaan lain dan tidak jadi ke rumah bos orang tuanya. Di sana Clara bertemu dengan seorang pria tampan yang akan menjadi majikannya, namun banyak keanehan dengan sikap tuan majikannya terhadap dirinya, majikannya seperti tengah menyembunyikan sesuatu darinya.


Rahasia apakah yang disembunyikan tuannya Clara?
Akankah Clara bakal bertemu dengan pria yang telah memperk*sanya? Dan apakah setelah bertemu dengan pria itu, Clara akan pergi jauh dari pria itu dengan membawa anaknya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fitren, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Clara keluar dari mansion Devan

Pagi-pagi sekali Clara tengah berada di kebun bunga yang sangat luas milik Devan. Ia sedang berjalan-jalan sembari menyirami semua tanaman itu.

Hari ini adalah hari Sabtu, Devan tentu libur bekerja dan saat ini sang empunya masih terlelap di dalam kamarnya, mungkin karena kelelahan semalam habis bercinta sangat lama. Walaupun Clara juga lelah, tapi ia tetap bangun pagi-pagi karena perlu memasak untuk Devan.

Clara mematikan kran air nya karena ia sudah mulai merasa lelah menyiram. Rasanya ia tidak akan kuat jika harus menyirami taman yang luasnya hampir 10 x 15 meter ini.

Setelah mematikan kran airnya, pandangan Clara mengarah pada jejeran tanaman bunga mawar merah muda yang sangat cantik itu.

"Aku petik aja kali ya bunga mawar yang udah mekar itu, dari pada nanti rontok," gumam Clara Ia lalu memetik satu persatu bunga mawar itu dan mengumpulkannya menjadi satu ikat.

Rencananya Clara akan meletakkan bunga ini di dalam kamarnya karena bunga yang berada di vas nya sudah mulai layu.

"Clara, ayo masuk kita sarapan!" teriak Devan dari teras mansion bagian samping.

"Iya mas!" sahut Clara. Ia berjalan melewati jajaran bunga menuju Devan yang masih berdiri di sana menunggunya.

"Hati-hati rumputnya licin." peringat Devan.

"Kamu ini ya emang gak mau diam jadi orang, pakai nyiram bunga segala, padahal nanti ada tukang kebun yang nyiram," ucap Devan heran dengan Clara yang tidak mau diam.

"Daripada nganggur mas, nyari kesibukan dong."

"Mas kenapa nggak makan sendiri dulu? kan udah aku siapin sarapan." tanya Clara saat sudah berada di hadapan Devan.

"Kalau kamu tidak di suruh makan seperti ini, pasti kamu bakal lupa nanti. Ayo kita masuk." Devan meraih tangan Clara dan membantunya untuk menaiki tangga teras.

"Kamu petik bunga mawar itu buat apa?" tanya Devan sembari berjalan masuk ke dalam.

"Mau aku taruh di kamar," jawab Clara.

"Ah ya ampun!"

Devan terlonjak kaget mendengar Clara menjerit, ia menoleh ke belakang melihat Clara yang sudah berbalik badan akan kembali lagi menuju taman.

"kamu mau kemana lagi?" tanya Devan sambil menarik tangan Clara.

"Aku lupa belum petik buah apel yang ada di sana mas," jawabnya sembari menunjuk kepada jajaran tanaman buah apel di sana.

"Di dalam ada Clara, nggak perlu repot-repot buat metik."

Clara menatap wajah Devan dengan tatapan memelas.

"Yang di dalam manis nggak suka, aku pengin yang langsung dari pohon," ujar Clara.

"Ya udah nanti aku petikan, sekarang kita makan dulu." Devan menarik tangan Clara untuk masuk ke dalam. Sedangkan Clara tengah menggerutu di dalam hati. Padahal kan lebih bagus makan buah dulu baru makan nasi.

***

"Ini yang mana Clara? Kamu jangan buat aku bingung," tanya Devan sembari tangan kirinya berpegangan kuat pada ranting pohon apel dan tangan kanannya tengah memilih buah apel yang sebenarnya sudah matang semua itu. Ini semua keinginan Clara yang menginginkan apel yang berada di atas katanya lebih besar padahal tanpa perlu di panjat sudah bisa di petik dari bawah, karena memang pohonnya lumayan rendah.

Devan menoleh ke bawah mencari keberadaan Clara.

"Dimana dia? udah nyuruh gua panjat, malah ngilang lagih," gerutu Devan sembari celingak-celinguk mencari keberadaan Clara.

"Clara!"

"Mas aku di kebun strawberry! Aku nggak jadi mau apel!" teriak Clara dari kejauhan.

"Arghh Clara!" geram Devan sembari melempar satu buah apel itu ke tanah.

Devan langsung melompat dari pohon apel yang tidak terlalu tinggi itu, ia lalu menuju Clara yang sedang duduk beralaskan rumput dan di depannya banyak buah strawberry yang sudah masak. Kebun strawberry nya tidak terlalu luas hanya berukuran 8 x 12 meter saja. Ini juga Mira yang menanam karena Mira memang suka sekali bercocok tanam.

"Mas Devan udah nemu apel yang aku minta?" tanya Clara sembari mencuci buah strawberry nya di kran dan memakannya langsung. Mansion Devan merupakan surga dunia bagi Clara karena semuanya tersedia dari berbagai macam buah-buahan maupun sayuran ada, Mira yang menanamnya dan ia yang tinggal menikmati hasilnya.

"Nggak jadi metik," jawab Devan dengan ketus.

"Kok nggak jadi mas? Padahal aku pengin," ucap Clara cemberut.

"Kenapa wanita hamil sangat menyebalkan," batin Aldan.

"Ayo masuk, ini sudah siang. Kamu udah janji kan mau layani aku setelah ini."

"Pegangin mas." pinta Clara sembari menyerahkan buah strawberry yang sudah di kumpulkan di satu wadah.

"Itu udah di cuci loh, mas ngga mau nyicipin? Padahal itu rasanya asam loh enak, niatnya aku mau buat selai."

"Dimana-mana orang suruh nyicipin itu rasanya manis Clara," ucap Devan tak habis pikir dengan istrinya itu.

Clara tersenyum kecil, Devan jika sedang kesal tampak menggemaskan baginya dan berhasil membuat jantungnya berdebar-debar.

Devan mulai berjalan meninggalkan Clara yang masih terduduk di tanah.

"Mas Devan."

Devan menghentikan langkahnya. "Apa lagi Clara?"

"Nggak bisa bangun, bantuin."

Devan menghelai nafas kasar ia menghampiri Clara kembali dan membantunya untuk berdiri.

"Mas, di rumah mas hampir semuanya ada tapi hanya berbagi macam bahan nabati, yang belum itu hewani mas, gimana kalau mas melihara ayam sama sapi jadi kalau mau makan ayam atau sapi tinggal sembelih aja."

"Ada pasar, kasian para pedagang kalau nggak di beli dagangannya."

"Sudahlah ayo masuk. Baju kamu sangat kotor karena tanah, nanti mandi terus ke ranjang aku tungguin kamu disana."

Clara mengangguk paham ia lalu melangkahkan kakinya mengikuti langkah Devan yang masuk ke dalam rumah.

***

Clara menjerit menahan rasa nikmat itu. Ini merupakan pelep*san yang ke tiga siang ini, persetubuhan mereka sudah berjalan selama satu jam dengan di selingi istirahat sebentar.

"Dira kita keluar bersama." geram Devan karena merasa nikmat.

Clara dan Devan mend*sah bersamaan saat mereka mengalami klim*ks.

"Mereka nggak apa-apa kan aku siram?" tanya Devan sambil mengelus perut Clara dengan gerakan memutar.

"Nggak mas, cuma jangan keseringan," jawab Clara.

Devan mengangguk.

"Ini sangat nikmat baby," ucap Devan sembari merebahkan tubuhnya di samping Clara.

Sebenarnya Devan masih belum puas tapi ia melihat wajah Clara seperti sangat kelelahan membuatnya tidak tega jika meminta bertempur kembali.

Devan memeluk tubuh Clara dari samping dan mengelus perut telanjang Clara.

"Mas Devan," panggil Clara dengan lirih.

"Kenapa?" tanya Devan.

Clara sedikit ragu-ragu mengatakannya, tapi ia ingat saran dari temannya Bella. Clara ingin mencobanya siapa tau dengan ini ia berhasil membuat Devan jatuh cinta kepadanya.

"Em aku pengin baby moon," jawab Clara.

"Kamu bilang apa?" tanya Devan lagi.

"Aku pengin baby moon mas Devan."

Devan tersenyum miring menatap wajah Clara yang tengah merona itu.

"Kenapa kamu semakin hari semakin lancang ya? Kamu masih ingat kan status kamu masih sebagai pembantu di sini. Aku menikahi kamu hanya untuk melayani nafsu aku saja. Jadi jangan sok jadi ratu di sini."

Mendengar perkataan Devan, sesak sekali rasanya dada Clara. Ia ingin menghalau air matanya supaya tidak turun, tapi nyatanya tidak bisa. Air matanya sudah mengaburkan pandangan matanya, jika ia berkedip saja mungkin air matanya akan jatuh melewati pelipisnya.

"Maaf tuan," lirih Clara sambil memposisikan tubuhnya membelakangi Clara. Ia ingin menangis tapi malu jika menangis di depan Devan.

Devan menatap Clara yang punggungnya bergetar, pertanda jika sang empunya tengah menangis. Devan mengusap wajahnya dengan kasar kemudian turun dari ranjang dan memakai pakaiannya lalu keluar dari kamar meninggalkan Clara yang masih menangis sesenggukan.

Pagi harinya

Clara bangun untuk memulai aktivitasnya seperti kebiasaannya sebelum menjadi istri Devan. Clara sudah sadar sekarang di sini ia hanyalah seorang budak tidak lebih.

Devan datang ke ruang makan hanya menggunakan celana jeans pendek dan bertelanjang dada memperhatikan ototnya yang besar dengan perut sixpack nya itu.

"Nanti buatkan aku jus jeruk dan antar ke ruang gym ya?" ucap Devan.

Dengan kepala menunduk, Clara mengangguk. "Baik tuan."

Devan menghentikan langkahnya saat mendengar Clara memanggilnya tuan, padahal kan di mansion ini tidak ada mamah. Devan memilih tidak menghiraukan ia langsung duduk di meja makan dan meminum teh hijau yang sudah di buatkan oleh Clara.

"Em tuan, aku ijin keluar untuk bertemu dengan teman saya ya, bolehkan?" tanya Clara.

"Teman siapa?"

"Bella."

"Baiklah, kamu boleh pergi tapi tetap hati-hati dan jaga kandungan kamu itu."

Clara mengangguk kemudian meninggalkan dapur, ia ingin mengunjungi Bella yang tinggal di kontrakan mewah yang tidak jauh dari mansion ini.

Kepada siapa lagi sekarang Clara akan curhat tentang masalahnya jika bukan kepada Bella. Hanya Bella lah yang menjadi tempat curhatnya sekarang ini, setelah bercerita dengan Bella ia pasti akan merasa lega.

***

"Astagah om Devan marahin kamu Ra?!" tanya Bella dengan penuh ketegasan.

"Tapi memang benar yang di katakan tuan Devan, aku ini hanya pembantu disana, Bel."

Bella menatap Clara dengan wajah sedih ia pun mengelus lengan Clara berusaha menguatkan.

"Clara, tapi nanti kamu akan tersiksa terus-menerus dengan hubungan yang tidak normal ini. Om Devan ternyata orang yang licik yah. Dia hanya memanfaatkan kamu saja untuk menjadi pemuas nafsunya. Aku tidak terima kamu diginiin Ra. Kamu lebih baik keluar dari pekerjaan kamu itu dan bercerai sama Om Devan, lalu tinggal sama aku aja di sini."

"Bella, aku mempunyai hutang besar banget ke tuan Devan, aku tidak bisa meninggalkan dia, nanti rumah peninggalan orang tua aku bisa dihancurkan sama orang-orang suruhan tuan Devan."

"Kamu tenang saja, aku akan minta bantuan kak Rey untuk membayar semua hutang kamu kepada om Devan. Jadi kamu tidak perlu kembali lagi ke mansion itu ya."

Clara menatap Bella kemudian mengangguk ragu-ragu.

***

Malam harinya kini Devan khawatir dengan keadaan Clara, masalahnya ini sudah jam 9 malam tapi Clara tidak kunjung pulang. Ia sudah mencoba menghubungi Clara berkali-kali tapi nomernya tidak aktif, ia juga sudah menghubungi teman Clara dan teman Clara itu bilang jika Clara sudah kembali dari tadi.

Tapi kemana, kenapa sampai sekarang belum kembali.

Ting tong....

Mendengar suara bel berbunyi Devan segera menuju pintu, mungkinkah itu Clara? Saat Devan membuka pintunya, ternyata itu bukan Clara melainkan Rey yang datang dengan membawa sebuah tas kecil.

"Ngapain lo datang malam-malam?" tanya Devan.

"Boleh gua masuk?"

Devan mengangguk mempersilakan sahabatnya itu untuk duduk di ruang tamu.

"Tumben lo belum tidur Van," tanya Rey.

"Itu karena Clara belum pulang sampai saat ini," balas Devan.

Rey tersenyum miring ia meletakkan tas yang ia bawa di atas meja.

"Lo khawatir sama Clara?" tanya Rey.

Aldan menggeleng. "Gua cuma menghawatirkan kandungan dia. Gua takut anak-anak gua kenapa-kenapa." ucapnya berbohong karna gak mau mengakui kalau sebenarnya dia juga mengkhawatirkan Clara, tapi karna gengsinya setinggi langit jadi tidak mau mengakuinya.

"Rupanya Gua punya teman yang begitu brengsek sama gengsinya setinggi langit." sindir Rey.

"Ada apa lo ke sini?" tanya Devan dan menghiraukan ucapan Rey.

"Gua datang untuk membayar hutang Clara. Berapa? 5 miliar kan? Di tas itu ada uang 5 miliar untuk membayar hutang Clara. Dan sekarang lo bisa lepaskan Clara dan ceraikan dia."

"Gua dan Bella prihatin dengan nasib Clara, dia hanyalah gadis polos dan gadis yang sekarang hidupnya sebatang kara, makanya dia mau saja di manfaatkan sama Lo. Sekarang bebaskan Clara dan biarkan dia mencari kebahagiaan yang sesungguhnya." lanjut Rey.

Devan terdiam meremas tangannya kuat-kuat.

"Gua nggak akan melepaskan Clara, dia sedang hamil anak gua!"

"Lo egois Devan! Lo menginginkan anaknya, tapi lo gak menginginkan ibunya. Bayangkan saja lo di pisahkan dengan Tante Mira, itu yang akan di rasakan oleh anak-anak lo nanti bodoh," ucap Rey yang sudah muak dengan sikap sahabatnya itu.

"Gua mohon tolong bebaskan Clara, saat ini Clara berada di rumah Bella dia tidak akan kembali lagi ke sini. Dia sudah merasa sangat senang mendengar gua dan Bella akan membayar hutangnya sama Lo, karena ini pertanda jika dia akan di bebaskan dari lo. Jadi gua mohon jangan membuat Clara sedih lagi."

"Jadi Clara senang karna akan bebas dari gua," batin Devan.

"Gua nggak akan membebaskannya. Pergi Lo dari sini dan bawa uang itu kembali. Besok gua akan menjemputnya di rumah Bella." usir Devan dengan menatap tajam Rey.

"Devan ini gak benar, Lo harus menceraikanya!"

"Gua bilang gak mau! Pergi dari mansion gua sekarang juga!" usir Devan.

Rey mengangguk dan membawa uang itu kembali, ia tidak akan pernah bisa melawan Devan jika ia terus berusaha melawan Devan mungkin nyawanya yang akan dalam bahaya dan juga kerja sama mereka yang terjalin begitu lama akan hancur nanti.

1
𝕗𝕠𝕣𝕣𝕫𝕒𝟘𝟝𝟘𝟡
dasar devan manusia plin plan....

jangan nyesel ya nanti ketika Clara udah nyerah dan memilih untuk mundur... Clara berserta anak anak akan pergi meninggalkan kamu ....

gerammmm deh pengen mukul tuh kepala devan... egois banget,,,


buat kaka author semangat....
ditunggu kelanjutan nya...
𝕗𝕠𝕣𝕣𝕫𝕒𝟘𝟝𝟘𝟡
nah loh mama nya udah curiga...

pasti bapaknya juga udah tau tuh bahwa yang dikandung Clara cucu kandung nya juga
𝕗𝕠𝕣𝕣𝕫𝕒𝟘𝟝𝟘𝟡
loe egoissss banget devan...
𝕗𝕠𝕣𝕣𝕫𝕒𝟘𝟝𝟘𝟡
semoga devan suatu saat nyesel... atas perbuatan nya sama clara.... dan bucin
Cucu Suryamah
lanjut
Yessica Gutierrez Mamani
Empati kuat!
Kiyo Takamine and Zatch Bell
Saya tidak sabar untuk melihat kelanjutannya, semangat ya author!
Fuji Fitri: Terimakasih banyak udah baca novel aku, besok bakal up lagi ya kak😊🥰
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!