NovelToon NovelToon
Ambil Saja Suamiku

Ambil Saja Suamiku

Status: tamat
Genre:Tamat / Reinkarnasi / Time Travel / Pelakor / Mengubah Takdir / Wanita Karir / Penyesalan Suami
Popularitas:1.8M
Nilai: 4.8
Nama Author: Lily Dekranasda

Desi 25th, wanita hamil 7 bulan yang menjalani kehidupan sederhana namun penuh kasih bersama suaminya, Bima, kapten pemadam kebakaran.

Suatu hari, nasib mempertemukan Desi dengan tragedi besar. Ketika ia terjebak di dalam reruntuhan sebuah bangunan, ia menelfon suaminya untuk meminta pertolongan.

Namun, harapannya pupus saat Bima lebih memilih menolong cinta pertama dan anak nya 5th.

Hati Desi hancur saat melihat suaminya memprioritaskan orang lain, meskipun ia sendiri berada dalam bahaya.

Di tengah derita fisik dan emosional, tragedi semakin besar. Saat dilarikan ke rumah sakit, Desi mengalami pendarahan hebat. Bayinya meninggal dalam kandungan, dan Desi koma selama tiga hari.

Ketika Desi membuka matanya, ia bukan lagi wanita yang lemah dan penuh luka. Jiwa baru telah memasuki raganya, jiwa seorang perempuan kuat dan pemberani.

Dengan kenangan Desi yang masih melekat, ia bertekad menjalani hidup baru dan meninggalkan suami nya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lily Dekranasda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Sudah Selama Itu Ternyata

Desi melangkah masuk ke kamar, menghempaskan tubuhnya di atas ranjang empuk dengan napas panjang. Pandangannya jatuh pada deretan paper bag berwarna-warni yang berjajar rapi di sisi ranjang. Isinya adalah barang-barang yang sudah ia siapkan untuk pindah. Namun, pikirannya segera melayang ke hal lain. Ia meraih ponselnya dan memencet nama kontak yang sudah tak asing lagi.

Tak butuh waktu lama, suara di seberang terdengar.

“Halo, Desi?”

“Halo, Mila. Cepat kirim uangnya hari ini, ya. Seminggu lagi aku akan keluar dari rumah ini,” kata Desi tanpa basa-basi, nadanya tegas dan mendesak.

Di seberang, Mila terkekeh kecil. “Kau ini, aku bahkan belum sempat membalas halo-mu, sudah nyerocos begitu.”

Desi mengerucutkan bibirnya, meski Mila tak bisa melihatnya. “Hem. Aku mau cari apartemen baru nih, jadi butuh cepat.”

“Hem, baiklah,” balas Mila dengan nada santai. “Aku transfer sekarang. Kapan kita ketemu?”

“Besok pagi, ya, di Café Bintang,” jawab Desi sambil menatap kalender di dinding.

“Setuju. See you,” kata Mila sebelum menutup telepon.

“Too,” Desi membalas singkat sebelum memutuskan panggilan.

Ia meletakkan ponsel di sampingnya dan kembali menatap paper bag di atas ranjang. Setelah berpikir sejenak, ia mendengus kecil. Tak usah repot-repot menatanya. Toh aku akan pindah juga. Namun, setelah beberapa detik, ia bangkit.

Desi mengambil semua tas belanja itu dan membawanya ke lemari kosong di sudut kamar. Ia menaruh barang-barangnya satu per satu ke dalam rak lemari, memastikan semuanya rapi meski hanya sementara. Setelah selesai, ia kembali ke ranjang, meraih ponsel, dan membuka aplikasi pencarian properti.

“Hmm, apartemen yang cocok di mana, ya?” gumamnya sambil menggulir layar. Matanya menyipit membaca deskripsi dan harga sewa apartemen yang muncul di aplikasi itu. Akhirnya, ia menemukan satu properti yang menarik perhatiannya: sebuah apartemen di pusat kota dengan fasilitas lengkap.

“Ini dia,” katanya pada dirinya sendiri. Desi segera menekan tombol panggil di aplikasi itu. Tak lama, suara seorang pria menjawab.

“Halo, ini agen properti Aditya speaking. Apa yang bisa saya bantu?”

“Halo, saya Desi,” sapanya dengan nada profesional. “Saya tertarik dengan apartemen yang ada di listing nomor 27. Apakah masih tersedia?”

“Ah, yang di Jalan Sudirman itu, ya?” tanya Aditya.

“Betul. Saya ingin melihat unitnya secepat mungkin,” katanya langsung pada inti pembicaraan.

“Baik, Bu Desi. Apa Anda punya waktu besok untuk datang ke kantor kami? Saya bisa mengatur jadwal untuk melihat unitnya,” jawab Aditya ramah.

“Besok pagi, pukul sepuluh. Apakah itu memungkinkan?” tanya Desi.

“Tentu. Kami akan menunggu Anda. Sampai jumpa, Bu Desi.”

“Sampai jumpa,” balasnya sebelum menutup telepon.

Desi tersenyum tipis. Segalanya mulai berjalan sesuai rencana. Ia memejamkan mata sejenak, membayangkan kehidupannya di apartemen baru, jauh dari rumah ini, jauh dari semua masalah yang tak kunjung reda.

Namun, pikirannya perlahan mulai kabur, rasa lelah menguasai tubuhnya. Tak butuh waktu lama, Desi tertidur di atas ranjangnya, dengan ponsel masih tergenggam di tangan.

Desi terbangun ketika suara ketukan terdengar dari luar.

Tok! Tok! Tok!

Dengan malas, ia bangkit dan membuka pintu. Bi Inah berdiri di sana, dengan senyuman ramahnya yang biasa. “Nyonyah, makan malam sudah siap,” katanya lembut.

“Baik, Bi,” balas Desi singkat, lalu menutup pintu.

Ia menuju kamar mandi untuk membersihkan diri, membasuh wajahnya yang terlihat sedikit kusut. Selesai mandi, Desi membuka salah satu paper bag yang menumpuk di sudut kamar. Ia memilih piyama baru, memakainya, lalu mengeringkan rambutnya dengan handuk sebelum menyisirnya rapi. Setelah itu, ia berjalan menuruni tangga menuju ruang makan.

Suara percakapan terdengar dari arah ruang keluarga. Desi mendengar tawa dan suara-suara yang akrab, keluarga Bima. "Kenapa keluarga benalu ini belum pulang juga?" pikirnya jengkel.

Langkah kakinya menarik perhatian Bima yang duduk termenung di sofa. Ia mendongak dan segera bangkit, menghampiri istrinya. “Sayang, apa kamu baik-baik saja?” tanyanya lembut.

“Hem,” jawab Desi singkat tanpa ekspresi.

“Kok cuma ‘hem’?” Bima mencoba mencairkan suasana.

Desi mengangkat alisnya, lalu melangkah melewati Bima tanpa berkata apa-apa. Ia menuju ruang makan dan duduk di kursinya. Bi Inah segera keluar dari dapur, membawa piring-piring berisi makanan yang menggoda. Desi mengambil piringnya, bersiap makan.

Bima duduk di tempatnya, terlihat bingung ingin memulai pembicaraan. Desi menatapnya dengan dingin, lalu berkata, “Kenapa keluargamu belum pulang juga?”

Bima tersentak. “Itu, sayang. Maaf, keluargaku ingin menginap...” ucapnya pelan.

“Dan kau mengizinkannya?” Nada Desi datar, namun tegas.

Bima mengangguk dengan raut wajah malu.

Tidak lama, ibu dan adik-adik Bima muncul di ruang makan. Ibu Denes langsung angkat bicara dengan nada tajam, “Kenapa? apa kami harus minta izin padamu juga?”

“Ma, sudahlah...” Bima mencoba menengahi, namun ibunya melanjutkan, “Kenapa kami harus minta izin pada, Istrimu? Kepala rumah tangga itu kamu, Bim, bukan Desi.”

Desi mendengarnya sambil menahan kesal. Dalam hatinya ia berpikir, "Keluarga tak tahu malu. Rasanya ingin kuberi mereka minuman cabai dimulutnya. Sabar Des, sabar, orang sabar banyak duitnya. Aamiin."

Ia menarik napas panjang. “Baiklah, aku lapar. Berhenti berdebat.”

Desi segera mengambil nasi dan lauk dengan anggun, tanpa mempedulikan Bima dan keluarganya. Namun, ibu Denes menatapnya dengan tajam. “Kenapa kau tidak mengambilkan nasi dan lauk untuk suamimu?”

“Sudah, Bu, tidak apa-apa. Tidak usah diributkan,” potong Bima, mencoba meredakan suasana.

Desi menghentikan makannya sejenak, lalu memutar bola mata dengan jengah. “Anakmu punya tangan sendiri. Ngapain harus aku yang ambilin? Aku juga sibuk makan. Kalian juga bukan ratu yang harus kulayani,” katanya tanpa basa-basi.

Adik Bima, Jeje, menimpali dengan nada menyindir. “Biarkan saja, Ma. Nanti Mas Bima ada Mbak Maya yang melayaninya.”

Jojo ikut menambahkan, “Iya, Mbak Maya kan kalau di rumah selalu melayani Mas Bima kalau kita suruh ke sini.”

Ucapan itu membuat Bima gemetar. Rahasia yang ia simpan rapat-rapat terbongkar begitu saja oleh adik-adiknya.

Sementara itu, Desi memasang ekspresi dingin, dan menatap Bima dengan sinis. "ist ist ist... jadi sudah selama itu bekicot ini selingkuh. Spesies macam apa bima ini? Mbak Desi.. Tolong ya minta smaa Tuhan, buat ambil semua nyawa keluarga benalu ini. Aku gak mau stress berkepanjangan." ucapnya dalam hati.

Bima mencoba menenangkan Desi yang sedang menatapnya dingin. “Yang, bukan begitu...”

Desi memotongnya, “Tak masalah. Toh kalian bentar lagi menikah, kan? Kapan akan dilakukan?” tanyanya dengan nada dingin.

Bima hanya terdiam, sementara Jeje dengan senyum lebar menjawab, “Dua hari lagi.”

“Oh, secepat itu?” Desi berpura-pura terkejut.

“Iya, kami sudah tidak sabar punya Mbak Ipar seperti Mbak Maya,” sahut Jojo.

Desi tersenyum tipis. “Semoga kalian tidak menyesal nantinya.”

Jeje mencibir. “Ngapain kami menyesal? Yang ada kami menyesal punya Mbak Ipar seperti kamu yang nggak berpendidikan.”

“Jeje!” bentak Bima.

“O...” Desi hanya menanggapi dengan nada datar, lalu melanjutkan makannya.

Setelah makan malam selesai, Desi berdiri dan hendak pergi, namun Bima menahannya. “Mau ke mana, Sayang?” tanyanya, mencoba mencengkeram tangannya.

Desi langsung menepis tangan Bima. “Mau cari Bi Inah. Kau lanjutkan saja.”

Ia pergi ke dapur, meninggalkan Bima yang tertunduk lesu. Ibu Denes mencoba menenangkan putranya. “Biarkan saja istrimu itu, Bim. Nanti juga dia baikan seperti dulu.”

Jojo ikut menimpali, “Iya, Mas. Kakak fokus saja sama pernikahan Mas dan Mbak Maya.”

“Lagipula, anak Mbak Maya itu sopan dan lucu sekali,” tambah Jeje dengan nada girang.

“Dan pastinya dia akan melahirkan pewaris keluarga kita,” ujar ibu Denes penuh percaya diri.

Sementara itu, di dapur, Desi menemukan Bi Inah sedang membersihkan piring-piring kotor.

“Bi,” panggilnya.

“Iya, Nyonya?” Bi Inah menoleh.

“Bi, mulai besok setelah sarapan, bibi cuti dulu beberapa hari. Setelah keluarga benalu itu keluar, bibi cari kosan dekat sini. Aku akan hubungi bibi lagi kalau mereka sudah pergi.”

“Baik, Nyonya,” jawab Bi Inah meski terlihat bingung dengan permintaan mendadak itu.

Desi mengeluarkan uang dari dompetnya dan menyerahkannya pada Bi Inah. “Ini untuk cari kosan sementara.”

“Terima kasih, Nyonya,” Bi Inah menerima uang itu dengan hati-hati.

Setelah itu, Desi mengambil air dingin dari kulkas, lalu melangkah pergi ke kamarnya, meninggalkan dapur dengan perasaan penuh beban dan rencana yang mulai tersusun di kepalanya.

1
Nania Nia
Luar biasa
Siti Lestari
bagus banget...kereennn thorrrr...
Siti Lestari
kereeennnnnnn
Azwar Effendy
Luar biasa
Azwar Effendy
Lumayan
Arianti69
Rasakan kau induk Bekicot, makanya jadi manusia itu harus tahu diri ingat semut aja di injak akan mengigit /Good//Good//Good/
HonGky Drygo
Luar biasa
🇦 🇾 🇦 🇳 🇰 ⁿʸᵃ 🇫
maaf kak, bukan bermaksud menuduh atau gmana. sepertinya aku pernah baca isi nya di tempat room penulis lain kk. Dan cerita nya juga hampir sama. Tapi mudah2an gak ada yg namanya plagiat ya kk
Muji Astutik
kenapa sih byk sekali iklan nya bahkan smp 30 menit lagi🤦‍♀️🤦‍♀️🤦‍♀️sangat² menganggu 🤦‍♀️
Nani Te'ne
suka
Widia Aja
Aseeeeekk....
Tetangganya ama kulkas 2 pintu alias si El..
Semoga mereka berjodoh..
Widia Aja
"Desi" cerdas dan tangguh, tajir pulak.... keren...
Heriyani Lawi
Luar biasa
kejora
ya iyalah
suami macam apa kamu itu/Panic/
Arianti69
wah bau " di pelet sampai bisa lupa sama istrinya sendiri.... pelakor nya main megic.com/Pray/
trianti
Luar biasa
Widia Aja
Bentar lagi di telpon Maya karena Abas nyariin, balik ke Maya deh tuh Bima, dng alasan Maya dan Abas membutuhkannya..
Anonymous
Mantap👌
Ervina T
Luar biasa
Dewa Dewi
suami tolol engga punya otak
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!