Ariana tak sengaja membaca catatan hati suaminya di laptopnya. Dari catatan itu, Ariana baru tahu kalau sebenarnya suaminya tidak pernah mencintai dirinya. Sebaliknya, ia masih mencintai cinta pertamanya.
Awalnya Ariana merasa dikhianati, tapi saat ia tahu kalau dirinya lah orang ketiga dalam hubungan suaminya dengan cinta pertamanya, membuat Ariana sadar dan bertekad melepaskan suaminya. Untuk apa juga bertahan bila cinta suaminya tak pernah ada untuknya.
Lantas, bagaimana kehidupan Ariana setelah melepaskan suaminya?
Dan akankah suaminya bahagia setelah Ariana benar-benar melepaskannya sesuai harapannya selama ini?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon D'wie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kedatangan Danang
"Riq, kamu tadi kenapa lirik-lirik Ariana? Ingat, Riq, dia itu istri orang. Ayah pun ngerti kenapa kalau benar kamu suka sama dia, selain cantik, dia baik dan pintar. Tapi ingat, dia istri orang. Nggak pantes ngeliatin istri orang meskipun cuma lirik-lirik doang. Dosa," tegur Arkandra pada Sang putra saat mereka sudah berada di rumah.
Athariq yang sedang minum sontak tersedak. Ia tidak menyangka kalau ayahnya akan menegurnya secara blak-blakan seperti ini.
Tak terkecuali Azura, ia pun ikut melebarkan matanya.
"Apa, Yah? Tadi Ariq ngapain? Lirik-lirik Ariana, benar gitu?" tanya Azura untuk memvalidasi kalau yang ia dengar bukanlah sebuah kesalahan.
Tanpa menjawab, Arkandra hanya mengangguk sebagai jawaban.
"Astaghfirullah, Riq, mommy memang pernah berharap kalian berjodoh. Tapi itu dulu. Sebelum mommy tahu Ariana sudah menikah," omel Azura dengan mata melotot.
"Ariana sebentar lagi bercer---" Athariq segera menutup mulutnya yang hampir keceplosan.
Azura yang mendengar kalimat tersebut sontak membelalakkan matanya dengan senyum mengembang.
"Apa, Riq? Apa katamu tadi? Kamu mau bilang Ariana sebentar lagi bercerai kan? Ayo, nggak usah pake ditutup-tutupi segala! Cerita sama mommy, cepat!" desak Azura yang tak sabar ingin mendengar kelanjutan kata-kata anaknya tersebut.
Athariq yang merasa salah tingkah pun menggaruk tengkuknya sambil mengangguk.
"Seriusan kamu? Memangnya siapa yang bilang?"
"Em, sebenarnya Giandra yang cerita.Tapi please ya, Bu, jangan sebut-sebut masalah ini di depan mereka kalau ketemu. Ariq nggak enak. Entah Ariq dikira cowok mulut rempong. Nggak bisa jaga rahasia. Mau ditaruh di mana muka Ariq kalau sampai mereka tahu Ariq cerita ke ibu."
"Tapi kok bisa?" Azura bertanya-tanya, mengapa Ariana bisa hendak bercerai? Sebenarnya apa alasannya dan apa permasalahannya? Bagaimana wanita sebagai dan secantik Ariana bisa diceraikan? Jiwa kepo Azura meronta-ronta, tapi sayang saat Azura hendak bertanya lagi, Athariq sudah lebih dulu melipir pergi.
"Ariq, jangan pergi dulu! Cerita ke mommy, kenapa Ariana sampai ingin bercerai? Ariq ... balik lagi sini!" pekik Azura, tapi Athariq justru mempercepat langkahnya.
"Woy, Athariq Satya Syailendra, berhenti! Woy, Ariq!"
"Athariq Satya Syailendra bin Arkandra Satya Syailendra, berhenti!!!"
Brak ...
Pintu kamar Athariq tertutup rapat. Mata Azura melotot kesal. Bagaimana anaknya kabur begitu saja sebelum memberikan penjelasan.
"Astaga, anak itu kok nyebelin banget sih!" sungut Azura jangan bibir mengerucut.
Arkandra terkekeh. Kemudian ia mencubit pipi istrinya itu gemas.
"Memangnya sifat nyebelinnya itu turun dari siapa? Kamu kan! Jadi ... "
"Heh, dokter galak, nggak usah sebut mommy nyebelin ya! Mau tidur di luar?" Mata Azura sudah melotot saat diingatkan kalau dulu memang julukannya gadis menyebalkan.
Arkandra sontak gelagapan. Khawatir kalau istrinya benar-benar mewujudkan ancamannya.
"Eh, Ma Cherie ku yang cantik, baik hati, suka menabung, dan tidak sombong, Mas cuma bercanda kok. Hehehe ... Mas, eh, eh, eh, kok malah pergi? Ma Cherie ... Sayangku ... Cintaku ... Kasihku ... Belahan jiwaku ... Istriku ... jangan marah ya! Please ... Mas cuma bercanda kok. Beneran deh."
Brakkkk ...
Tiba-tiba Azura beranjak dari sofa dan naik ke atas tangga menuju kamarnya. Arkandra berusaha mengejar, tapi ia kalah. Pintu sudah tertutup dari dalam hingga terdengar suara kunci yang diputar. Mata Arkandra terbelalak.
"Haduh, masa' aku disuruh tidur di luar sih? Astaga, apa Zura sedang pms ya? Kok sensitif banget sih?" resah Arkandra. Ia meraup wajahnya frustasi. Tidak menyangka hanya karena mengatakan kalau sifat menyebalkan Athariq turun dari istrinya sendiri dapat membuat Azura benar-benar kesal padanya.
Tiba-tiba suara kunci pintu diputar membuat Arkandra tersenyum lebar. Ia pun segera memutar handle pintu dan mendorongnya ke dalam. Mata Arkandra melotot, namun dalam hitungan detik seringai terbit di bibirnya.
"Mas di bawah aku di atas," serunya. Namun karena Arkandra masih terpaku dengan sang istri yang sedang mengenakan lingerie berenda berwarna merah menyala membuatnya diam tak bergeming karena terpesona. "Cepat atau ... "
"Aaah, tunggu! Siap! Laksanakan!" Arkandra segera menutup pintu dan menguncinya. Lalu ... apa yang terjadi, silahkan bayangkan sendiri.
...***...
"Dok, ada yang mencari Anda," ujar salah seorang suster.
"Siapa?" tanya Ariana yang sedang membereskan meja kerjanya. Sebentar lagi masuk jam makan siang jadi ia ingin segera pergi ke kantin karena perutnya memang sudah sangat lapar sekali.
"Dia bilang dia suami Anda, Dok."
Ariana sontak mendongakkan wajahnya dengan ekspresi terkejut.
"Siapa?"
"Ana. Ini aku." Tak ingin Ariana tiba-tiba pergi menghindar membuat Danang menerobos pintu ruangan Ariana secara langsung.
"Mas, kau ... " Ariana mendengus. Kemudian ia meminta suster tersebut segera keluar.
"Ada apa lagi?" tanya Ariana dingin.
Danang pun dengan segera mendekat. "Na, maafkan perbuatan Mas waktu itu. Mas khilaf. Mas menyesal," ujarnya dengan ekspresi memelas.
Ariana menganggukkan kepalanya. "Ya, aku maafkan. Sudah kan? Tak ada yang ingin dibicarakan lagi?"
"Na, kenapa kamu begini? Tidakkah ada kesempatan untukku memperbaiki semuanya?"
"Tidak." Ariana menjawab dengan begitu lugas.
"Kenapa?"
"Masih perlu ditanyakan?" Dahi Ariana mengerut.
"Apa ini ada hubungannya dengan laki-laki itu?" tuding Danang.
"Ini tidak ada sangkut pautnya dengan siapapun. Ini murni permasalahan kita jadi please, jangan playing victim. Di sini akulah korbannya. Aku yang terluka. Aku yang mas kecewakan. Aku yang mas sakiti dan aku yang Mas khianati. Jadi wajar kan aku ingin kita berpisah karena memang tak ada lagi yang bisa kita pertahankan. Mas tidak mencintai aku dan aku pun sudah mulai melupakan Mas. Jadi aku mohon dengan amat sangat, jangan ganggu aku lagi karena aku sudah benar-benar ikhlas melepaskan Mas bersama wanita tersayang Mas itu," ucap Ariana tegas dan datar.
Danang menggeleng cepat. Ia merasa tidak terima dengan keputusan sepihak Ariana. Apalagi saat Ariana mengatakan kalau ia sudah mulai melupakannya serta mengikhlaskan dirinya. Entah mengapa, Danang benar-benar tidak terima perempuan yang dulu ia ketahui begitu memujanya jadi bisa melupakannya dalam sekejap saja. Hanya karena kehadiran Monalisa diantara mereka, Ariana bisa semudah itu melupakannya. Danang tidak terima. Sangat tidak terima.
"Nggak. Nggak mungkin kamu melupakanku secepat itu? Jangan berdusta, Ana! Aku yakin, kau masih mencintaiku. Ana, mari kita perbaiki semuanya. Aku akan membalas cintamu. Asal kau tahu, aku pun sebenarnya sudah mulai mencintaimu. Mari kita perbaiki hubungan kita, kau mau kan?"
Danang berjalan mendekat, hendak meraih tangan Ariana dan menggenggamnya. Tapi dengan cepat Ariana menghindar.
"Jangan mimpi! Dulu aku memang bodoh jatuh cinta pada laki-laki seperti dirimu, tapi sekarang tidak. Apalagi setelah aku mengetahui kebrengsekanmu di belakangku. Hanya perempuan bodoh yang akan terus bertahan tersakiti." Ariana berujar dingin dengan satu sudut bibir terangkat. Setelah mengucapkan itu Ariana pun bergegas pergi dari sana meninggalkan Danang yang mematung dengan mata membulat dan mulut menganga. Ia benar-benar tidak menyangka, Ariana yang biasa berujar lembut kini justru melontarkan kata-kata tajam dan dingin. Dada Danang seketika sesak.
...***...
...Happy reading 🥰🥰🥰...
Soale kan kandungan nya emang udah lemah ditambah pula,sekarang makin stress gitu ngadepin mantannya Wira
bukannya berpikir dari kesalahan
kalou hatinya tersakiti cinta akan memudar & yg ada hanya kebencian...