NovelToon NovelToon
Olimpiaders & Lover

Olimpiaders & Lover

Status: sedang berlangsung
Genre:Peran wanita dan peran pria sama-sama hebat
Popularitas:815
Nilai: 5
Nama Author: Zuy Shimizu

sinopsis:
Nama Kania Abygail tiba tiba saja terdaftar sebagai peserta Olimpiade Sains Nasional.

Awalnya Kania mensyukuri itu karna Liam Sangkara, mentari paginya itu juga tergabung dalam Olimpiade itu. Setidaknya, kini Kania bisa menikmati senyuman Liam dari dekat.

Namun saat setiap kejanggalan Olimpiade ini mulai terkuak, Kania sadar, fisika bukan satu - satunya pelajaran yang ia dapatkan di ruang belajarnya. Akan kah Kania mampu melewati masa karantina pra - OSN fisikanya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zuy Shimizu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

#Chapter 27: Daftar Nama Pada Kertas Lusuh

"Doa dalam sepertiga malam adalah cara terbaik untuk mencintai seseorang, lebih dari apapun."

\#\#\#

"Sumpah, Syer. Aku udah baper banget."

Suara kekehan Syera terdengar dari ujung telpon, dan sungguh, wajah Kania sedang sangat memerah saat menceritakannya.

Selama berada di karantina, bisa di hitung dengan jari Kania mengabari Syera. Padahal, Kaniq selalu menceritakan apapun pada Syera. Jadi sekalian saja Kania menelpon saat kedua teman kamarnya sedang ke supermarket untuk berbelanja.

"Tapi jangan sampe ga fokus, lho, Kania. Olimpiade lo tinggal 2 hari lagi, kan?"

Kania tak langsung menyahu, ia melirik sejenak kalender yang ada di kamarnya. "Iya, sih."

"Eh, udah dulu, ya. Aku harus bantuin Bunda ngelayanin pembeli."

"Iya, makasih udah dengerin aku."

Pip.

Kania segera mematikan sambungan telpon. Gadis itu tersenyum tipis, bebannya terasa sedikit terangkat. Namun tak lama kemudian, satu notifikasi masuk ke ponselnya. Kania pun segera membuka layanan pesan.

Liam Sangkara: Kaniaa

Liam Sangkara: Lagi dimana?

Kania Abygail: Lagi di kamar aja

Liam Sangkara: Hehe

Liam Sangkara: Ke kafe sini, ada ramune buat kamu:)

Kania Abygail: Yang pernah Liam ajak Kania ke sana?

Liam Sangkara: Iya

Liam Sangkara: Bawa buku sekalian

Kania Abygail: Siap bos otw

Kedua sudut bibir Kania terangkat. Ada sebuah senyum tipis tepat saat Kania mulai memasukkan bukunya ke sebuah tas kecil. Gadis itu segera melangkah ke kafe yang tak jauh dari hotel.

"Hai,"

Bibir Liam membentuk sebuah senyuman begitu seorang gadis dengan surai hitam mendekati mejanya. Tak sampai 10 menit keduanya bertukar pesan, cepat juga.

"Liam tumben belajar disini?" ujar Kania yang kini telah duduk di hadapan Liam.

"Cari suasana baru aja," sahut pemuda itu enteng. Ia mendorong segelas soda berwarna biru yang ada di hadapannya. "Nih, sesajen favorit kamu."

Kania tersenyum lebar. "Hehe, makasih."

Gadis itu mulai meneguk minumannya. Sementara Liam kembali fokus pada soal latihan yang ada di hadapannya.

"Liam ngerjain apa?" tanya Kania

"Cuma latihan soal tambahan," jawab Liam tanpa menoleh. "Olim tinggal 2 hari, tapi masih suka ketuker-tuker rumusnya. Lemah banget aku sama soal cerita."

Kania mengangguk paham. Ia pun mendekat pada Liam dan membaca soal dan beberapa kali melirik lembar jawaban Liam.

"Kayaknya bisa dikerjain rumus tekanannya dulu, baru suhu."

"Kamu bisa?" tanya Liam dengan dua alis yang terangkat.

"Enggak juga, sih. Biar keliatan pinter aja di depan Liam."

Kania menyengir lebar, sementara Liam mencibirnya.

Ah, sebenarnya Kania hanya bergurau. Kalau Liam mengikuti arahan Kania, pasti juga pemuda itu akan menemukan jawabannya.

"Aku nggak terlalu pinter materi itu sih, sebenernya. Cuma kalo diperhatiin bener-bener, ya ada aja jawbaannya." ujar Kania usai meneguk sodanya.

"Terus kamu jagonya materi apa?"

"Eum...." Kania berpikir sejenak. "Kalkulus, mungkin? Kalkulus kali ya. Lebih ke matematika sih, dari pada IPA fisika."

Liam menaikkan dua alisnya. Sumpah, itu materi yang sulit.

Ah, sebenarnya tidak juga bagi anak olimpiade sepertinya. Tapi memang otak Liam itu lebih condong ke arah biologi dan IPA. Ia juga sebenarnya tidak terlalu pintar menjabarkan jawaban matematika, hanya bermain di logika saja.

"Nggak heran sih, kalo kamu jago materi kalkulus." Liam mengangguk paham. "Setiap liat kamu, rasa ini selalu ter-integral."

Pipi Kania bersemu, jantungnya berpacu cepat. Gadis itu langsung menunduk, dan hal itu justru membuat Liam gemas.

Drt drrtt...

Dua bahagia itu sontak terhenti. Netra keduanya menatap pada ponsel Liam yang ada di pinggir meja. Nama 'Ibu' pun terpampang di layar.

"Bentar ya, aku angkat telpon dulu." pamit Liam sebelum beranjak mencari kesunyian.

Kania mengangguk pelan. Gadis itu pun menenggelamkan diri dalam dunia digital di ponselnya. Sesekali ia meneguk kembali minuman sodanya.

Untuk beberapa saat, Kania merasa dunianya begitu tenang sebelum seorang pemuda bersurai hitam kebiruan masuk ke kafe dan mendekati mejanya.

"Kania! Laim Sirakang mana?"

"Hah? Sira- apa?" Kania mengerutkan dahinya. "Jayden kok bisa disini?"

"Gue butuh kartu pelajarnya Sirakang. Cepet. Dia bilang ada di kantong paling depan tasnya. Cari aja, tolong."

"Sirakang siapa sih, anjir!!?" Kania mendengus sebal.

"Liam, kaleng susu. Ambil gih, gue tadi udah chat dia." Jayden memajukan dagunya untuk menunjuk tas Liam

Kania mengikuti arah pandangan Jayden, lalu meneguk ludah. Ia cukup ragu untuk membuka tas Liam. Tapi ia lebih tidak nyaman jika harus bicara lama dengan orang barbar seperti Jayden.

Saat Kania membuka kantong bagian depan, gadis itu terdiam sejenak saat mendapati dafar aneh yang terlipat.

"Kan, mana?"

Lamunan Kania langsung berakhir. Gadis itu dengan segera masukan tangannya dan mengambil kartu pelajar yang ada di dalam. "Nih,"

"Makasih. Gue fotokopi dulu. gak sampe lima menit, kok." Jayden segera beranjak pergi tanpa sahutan Kania.

Sementara itu, Kania justru terfokus pada kertas lecek berisikan sebuah daftar nama yang Kania tidak ketahui. Ia mengeluarkannya perlahan, lalu membukanya.

Daftar siswa lolos seleksi:

- Liam Sangkara (XI MIPA-1)

- Galen Arshaka (XII MIPA-3)

- Gabriell Cassius (XI MIPA-3) 🔄 Kania Abygail (XI MIPA-2)

"Gabriell... Cassius..?" Kania mengerutkan dahinya. Namun dalam hitungan detik, ia segera melipat dan mengembalikan kertas itu ke tempatnya.

Jantung Kania berdebar cepat.

"Sebulan?"

"Ayo pulang."

Gadis itu meneguk ludahnya susah payah saat semua ucapan Sabiry terlintas di kepalanya. Benar, wajar bila Sabiru marah. Kania tak pernah benar-benar mengikuti seleksi.

Kania tenggelam dalam prasangkanya sendiri, hingga tidak sadar ada yang menatap keduanya tajam dari luar kaca kafe.

Orang itu mengambil ponselnya, lalu menekan salah satu nomor pada benda pipih itu. "Cari biodata temen deket cewek itu. Cepet, nggak pake lama."

✩₊̣̇. To Be Continue

1
Bông xinh
Mantap tenan!
Felix
Bravo thor, teruslah berkarya sampai sukses!
Esmeralda Gonzalez
Bikin baper 😍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!