Gagal menikah yang kedua kalinya membuat Raisa Marwa memberanikan diri melamar Satria Langit Bos dikantornya yang terkenal playboy.
Bagaimana perasaan Satria?
Bagaimana juga dengan kekasihnya Satria yang bernama Rega?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bojone pak Lee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 16
Martha hanya melongo melihat Mami Satria dan Tamara,bahkan ada istrinya Satria dan juga Papinya.
Ibu dan anak itu akhirnya saling tarik menarik dan meninggalkan dapur begitu saja,masuk kedalam kamar dan tidak keluar sampai sore.
Lala sudah mendapatkan penangangan dan bisa langsung dibawa pulang,didalam mobil Satria mencoba menasehati karena kedepannya Lala akan diasuh langsung oleh Raisa.
Lala.hanya mengangguk menatap wajah Satria,wajah murungnya tiba-tiba tersenyum dan memeluk Satria.Saat tiba dirumah Lala langsung disambut hangat oleh Mami dan Papi,Raisa sibuk memasak untuk makan malam dibantu Tamara.
Sean mendekati Raisa dan membisikkan suatu ditelinganya,Raisa hanya hanya mengangguk dan kembali melanjutkan pekerjaannya.
"Ayo makan malam sudah siap."kata Tamara
"Ayo Oma,aku lapar."ajak Lala
"Ayo,Oma juga lapar."kata Mami
Lala suka dengan masakan Raisa,bahkan dia nambah seperti anak kelaparan tidak ketemu nasi berhari-hari.
Sean kembali dengan membawa semua asisten rumah tangga,mereka mengucapkan selamat kepada Raisa atas kehamilannya,dan membawa banyak oleh -oleh dari kampung halaman masing -masing.
Satria tersenyum menatap Raisa,rasanya sangat terharu karena telah menyelamatkannya dari musibah.Sesekali dia mencuri pandang kearahnya,namun Raisa tetap fokus saat makan hanya sesekali melihat kearah Lala.
Lala masuk kamar ditemani pembantu karena harus ganti baju dan minum obat,Mami dan Papi juga sudah masuk kedalam karena mau bersih-bersih.
Raisa masih menata meja dan mencuci sisa barang yang masih kotor.
"Sayang,sudah cukup.Kamu harus istirahat."kata Satria menarik tangan Raisa dan membawanya kedalam kamar.
Satria membuka pintu menutup dengan kasar dan menguncinya,Raisa mengambil baju ganti dan masuk kedalam kamar mandi,menyandarkan tubuhnya dipintu dan duduk pelan pelan.Air matanya mengalir,merasa bersalah dan berdosa karena sudah membuat suaminya terpuruk.
"Sayang,jangan mengurung diri dikamar mandi lagi,aku minta maaf ayo keluarlah."kata Satria menggedor pintu
Raisa bangkit pelan-pelan karena badannya sangat berat,dilepas baju yang menutup tubuhnya dan berganti dengan baju yang lebih nyaman
Saat membuka pintu,Satria sudah menunggu tidak ada yang bisa dia ucapkan hanya memeluknya erat dan terdengar isak tangis,Raisa mendorongnya karena tidak bisa bernafas.
"Lepasin aku tidak bisa bernafas."kata Raisa menepuk pundak Satria
"Gak mau,nanti kamu pergi ninggalin aku lagi."kata Satria
"Gak ada aku kan ada Alana yang ngurusin kamu."kata Raisa
"Kamu jahat tahu gak?tanya Satria
"Tentu saja,biar kamu belajar."jawab Satria
Satria menarik tangan Raisa dan mengajaknya duduk disofa,memeluknya dari belakang dan mengelus-elus perut buncitnya,Satria merasakan anak dalam kandungannya merespon dan bergerak-gerak.
"Sayang,kamu gak nakalkan sama Mami?"tanya Satria
Karena lelah Raisa tertidur dipangkuan Satria,keduanya larut dalam kerinduan yang mendalam.
Kedua ulet bulu keluar dari sarangnya menuju kedapur karena mereka kelaparan,namun tidak banyak yang bisa mereka berdua makan,hanya ada buah apel dan potongan semangka itu kerena mereka tidak melihat di tempat lain ada banyak oleh-oleh dari Bibi Minah dan lainnya.
Raisa terbangun karena merasa haus,namun Satria melarangnya dan membawanya keranjang.
"Biar aku yang ambilkan."kata Satria
Raisa kembali tertidur hanya mengangguk menyelimuti tubuhnya karena malam mulai dingin.
Satria keluar kearah dapur dan melihat lampunya menyala,bekas makanan berceceran dimana-mana dan melihat dua orang bersembunyi dibalik pintu.
"Kalian berdua ngapain malam-malam begini sudah seperti maling saja."kata Satria
"Kami lapar Sat."kata Martha
"Seharian kita belum makan."kata Alana
Satria tidak mengomentari lagi karena lelah berdebat dengan mereka berdua,ada saja jawaban yang mereka gunakan untuk bertahan dan selalu membawa Lala.
Dua bungkus mie instan dilempar diatas meja,keduanya berebut mengambilnya namun sama saja karena mereka berdua tidak bisa membuatnya.
"Satria,aku tidak bisa membuatnya."kata Alana
"Lalu kamu bisanya apa?"tanya Satria dengan keras
"Selama ini aku merawat Lala dan tidak pernah memasak."jawab Alana
"Lala terus kamu jadikan alasan,kemana saja kamu saat Lala lapar,kemana kamu saat Lala gatal-gatal karena salah makan?"tanya Satria berteriak
Teriakan Satria membangunkan semua,Mami Papi Kak Tamara dan Bi Minah mereka berjalan menuju ruang tengah dan mendengar ada keributan didapur,Bi Minah melihat lantai becek langsung mengambil sapu dan alat pel.
"Sudah Mas Satria biar Bibi yang bersihkan takutnya nanti ada yang terpeleset."kata Bi Minah
"Bi sekalian buatkan ini."pinta Satria
"Iya Mas."kata Bi Minah
Satria kembali keatas namun Papi memanggilnya,Mami dan Kak Tamara juga ikut menyertainya.
"Apa Pi?"tanya Satria
"Lima bulan kamu bertahan ditinggal Raisa dan hidup bersama dengan mereka."kata Papi
"Pi,mereka selalu menggunakan Lala untuk bertahan."kata Satria
"Menurut Papi mereka cuma mau numpang hidup,Papi gak mau tahu gimana caranya besok mereka harus keluar."kata Papi
"Ikut Kakak kekamar Sat."kata Tamara
Satria mengekori Kakaknya,sementara Mami dan Papi masuk kekamar Lala dan memindahkan kekamar mereka,setidaknya malam ini Lala aman tidak diganggu oleh Ibu dan neneknya,dan Mami bisa mempertahankannya.
Tamara mengeluarkan berkas dalam amplop warna kuning,meletakkan dimeja dan mendorongnya kearah Satria.
"Ini,berikan kepada Alana."kata Tamara
"Apa ini Kak?"tanya Satria
"Kita sudah sepakat,aku Mami,Papi dan Raisa.Jika mereka bijak ini sangat cukup untuk mereka berdua."kata Tamara
"Terima kasih Kak."kata Satria
"Ah,jangan lupa.Mereka harus menanda tangani kesepakatan ini."kata Tamara beranjak dari duduk membawa map warna biru.
"Iya Kak,aku mengerti."kata Satria
Satria kembali kebawah menemui kedua orang yang menjadi benalu dirumahnya.
Melihat cara mereka yang mau meninggalkan tempat begitu saja tanpa membereskan meja membuat Satria sangat kecewa dengan Alana.
Satria duduk sedikit jauh namun masih dimeja yang sama,meletakkan amplop dan map berwarna biru.
"Mau kemana?"tanya Satria
"Kembali kekamar."jawab Alana
"Lana,apa Mama kamu tidak pernah mengajari hidup bersih?"tanya Satria
"Apa maksudmu?"tanya Martha
"Lan,setidaknya kemasi mangkuk dan gelasnya ketempatnya."kata Satria
"Aku tidak pernah melakukan itu."kata Alana
"Baiklah,karena kerja kalian cuma makan dan tidur maka lebih baik kalian keluar dari sini."kata Satria masih dengan lembut
"Enggak!"teriak Alana
"Kenapa?kamu gak.ada tujuan?atau kamu gak punya duit?"tanya Satria
"Karena Lala."jawab Alana
"Lala sudah baik-baik saja dengan Oma dan Opanya,jadi kamu tidak perlu lagi merawatnya."kata Satria
"Sat...."kata Alana
"Mau uang atau tinggal disini jadi pembantu?"tanya Satria
Alana dan Martha saling memandang rasanya tidak mungkin mereka menjadi pembantu,menyapu saja Martha tidak pernah apalagi harus masak dan mencuci.
Marta menarik Alana dengan sedikit mengancamnya,jangan mau jadi pembantu disini.Alana sendiri sudah membayangkan rasanya hidup hanya dengan uang pas pasan.
"Tanda tangani ini dan pergi dari sini."kata Satria menyodorkan map warna biru
Martha mengambil dan memberikan kepada Alana,meski sebenarnya ragu Alana mau menandatangani surat perjanjian tanpa membacanya.
Satria menarik map warna biru dan mendorong amplop warna coklat,dia memainkan ponselnya memesan taxi.
Taxi sudah menunggu didepan rumah,Pak Wijaya mengetuk pintu karena tiba-tiba ada taxi berhenti didepan.
"Mas Satria ada taxi didepan?"tanya Pak Wijaya
"Antar mereka berdua pak."jawab Satria
Martha mengambil dua kopor miliknya dan Alana membawa tiga kopor,Pak Wijaya membantu membawa melihat Alana sempoyongan karena keberatan.