"Kau adalah milikku, Kau ada di setiap hembusan nafasku. Ku bunuh siapapun yang berani menyentuhmu. Aku mencintaimu Anya" - Damian Andante Salvatore
"Yang kau sebut cinta itu adalah Penjara bagiku Dante. Bila bersamamu rasanya sesak bagiku. Aku membencimu Dante" - Azzevanya Laluna Hazal
Hallo guys, ini adalah novel pertama ku... maaf kalau banyak typo atau ceritanya kurang menarik ya... Terima kasih banyak😍😍😍😍
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sequoia_caca, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kedatangan Johan
Azze sudah berada di bawah, tapi tidak melihat keberadaan Damian. Namun, pintu depan terbuka lebar. Azze melangkah perlahan untuk melihat keluar dan benar saja Damian ada di luar sedang menatap deburan ombak di laut dari atas sana.
"Bahunya lebar sekali, tadinya aku ingin menyerangnya dari belakang. Memanfaatkan situasi saat dia membelakangi ku. Tapi saat melihat nya lagi, nyali ku jadi menciut. "
Azze melangkah perlahan ke arah tempat Damian berdiri sekarang. Ternyata pria itu sedang merokok. Azze yang memiliki tinggi 165 cm , ternyata hanya sebatas dada Damian.
Saat Azze berdiri di depannya, Damian otomatis langsung sedikit menunduk. Dengan ekspresi heran.
"Dia malah meledek ku sekarang. "
batin Azze.
"Ada apa? apa kau sudah menyelesaikan tugasmu? "
Damian membuang puntung rokoknya, lalu menyodorkan wajahnya yang tampan dengan rahang tegas dan brewok tipis tepat di depan wajah Azze.
"Suuuuusuuuuusudahh "
Azze sedikit bergetar dengan mata yang membulat, saat Damian melakukan hal itu.
"Lalu? "
Tangan Damian menarik tubuh Azze ke pelukannya. Azze terkejut dengan serangan mendadak itu, hingga kakinya terasa lemas dan tubuhnya kaku. Dia bingung sekarang antara berontak atau diam saja. Dirinya ingin selalu berontak tapi tubuhnya hanya diam saja.
"Lalu.. apa nama panggilan yang akan kau berikan padaku Anya? "
Damian berbisik di telinga Azze, hingga membuat bulu kuduk Azze berdiri. Hal itu spontan membuat Azze mendorong tubuh Damian untuk mundur.
"Jaaajangan seperti ini tuannnn, ehmmm.. kalau anda melakukan hal itu terus aku.. akuuu akan kabur lagii.. atau melompat dari tebing ini.. "
Damian tersenyum smirk mendengar perkataan Azze tadi. Damian tau, Azze tidak akan melakukan hal itu. Karena Azze sangat peduli pada keluarga nya, jadi dia tidak akan melakukan hal itu.
"Baiklah.. dan katakan sekarang... apa nama panggilan yang kau berikan khusus hanya untukku? "
"Dante... Dante tuan... Ntahlah aku tidak tau arti nama itu, tapi menurut ku itu cocok dengan anda. "
Setelah mendengar jawaban Azze, Damian terdiam. Dia tidak dapat mengatakan apapun. Karena Dante adalah nama panggilan yang diberikan mendiang ibunya. Dia sangat merindukan nama panggilan itu.
"Kenapa kau memiliki beberapa kesamaan dengan ibuku? "
"Hmmmm... Iyyaa tuannn? "
Azze tidak mendengar perkataan Damian karena suara deburan ombak.
"ehmmmm.... tidak apa-apa.. mulai sekarang kau panggil aku dengan nama itu.. "
"Baikk tuan.. "
Azze mengangguk tanda mengerti.
"Cobalah sekarang.. panggil aku dengan nama itu tanpa tuan"
"Dante... "
Azze menuruti keinginan Damian, dia maju selangkah lalu memanggil Damian dengan nama itu.
*Deggg
Suara lembut Azze berhasil membuat jantung Damian berdegup kencang. Wajah Damian memerah, dan tanpa permisi Damian langsung mencium bibir mungil Azze, namun kali ini dengan lembut. Azze tidak bisa mengelak karena itu terjadi dengan sangat mendadak.
Setelah melakukan ciuman mendadak itu Damian memberi sedikit jarak diantara mereka. Dia menyatukan keningnya dengan kening Azze.
"Kau adalah milikku, Kau ada di setiap hembusan nafasku. Ku bunuh siapapun yang berani menyentuhmu. Aku mencintaimu Anya"
Damian mengatakan hal itu dengan deru nafas hangat menyapu wajah cantik Azze.
"Yang kau sebut cinta itu adalah Penjara bagiku Dante. Bila bersamamu rasanya sesak bagiku. Aku membencimu Dante"
Azze menjawab perkataan Damian dalam hatinya. Saat mendengar perkataan Damian itu justru yang Azze rasakan bukan rasa bahagia tapi dia merasa terjebak dan terpenjara.
Tanpa mereka sadari, Johan melihat semua hal itu dari jauh. Dia baru saja sampai di Sisilia tadi malam, lalu langsung memutuskan untuk datang ke mansion mendiang ibu Damian. Tapi saat sampai disana dia melihat pemandangan yang membuat hatinya sakit.
"Tidakkk.. Damian pasti sudah mengancam Azzevanya. Dan wanita itu tidak berdaya. Pasti begitu. "
Membuang rasa cemburu nya. Karena dia yakin pasti Damian telah membuat Azze tertekan dengan ancaman, sehingga Azze tidak dapat melawan.
Azze tidak sengaja melihat Johan dari kejauhan tersenyum padanya. Melihat itu Azze langsung berlari ke dalam rumah dan tidak memperdulikan Damian yang masih berada disana.
Damian heran dengan sikap Azze, lalu dia menoleh ke belakang. Disana terlihat Johan yang berada di dalam mobilnya dan mendekat ke arah Mansion. Damian langsung tersulut emosi melihat kehadiran Johan.
"SUDAH KUBILANG JANGAN DATANG KEMARI!!! "
Johan tidak menggubris perkataan Damian. Dia malah turun dari mobilnya lalu masuk kedalam.
"Azzevanya... Azzevanya... ayo ikut aku kembali ke Indonesia..!!! "
Johan berteriak memanggil Azze. Damian makin emosi mendengat hal itu, dia mempercepat langkahnya lalu spontan meninju wajah Johan. Johan jatuh tersungkur, namun hal itu tidak menghentikan aksinya. Dia malah semakin berteriak memanggil Azze.
"Azzevanya... ayo turunlah dan pulang bersamaku!!!!! "
Damian meraih kerah baju Johan dengan emosi. Dia tidak Terima Johan ikut campur dalam kehidupan cintanya.
"BERANINYA KAU DATANG KEMARI!!!! "
Damian kembali memukul Johan, hingga darah mengalir dari hidung Johan. Johan tidak diam saja, dia juga memukul Wajah Damian. Tapi Johan lupa bahwa sepupunya yang dia hadapi sekarang adalah monster tanpa rasa sakit.
"HAHAHA, KAU MAU PUKUL AKU... PUKULAH AKU!!! AYO PUKUL AKU. "
Damian malah tertawa menyeramkan mendapat pukulan dari Johan. Mereka terus baku hantam, tapi dengan sekali melihat saja. Sudah tau pasti siapa yang akan menang. Karena Damian sama sekali tidak terlihat menahan sakit. Berbanding dengan Johan yang sudah terlihat kusut dan kacau dengan darah yang keluar dari hidung dan mulut dan wajah yang lebam.
"HENTIKANNNNN!!!!! "
Azze memutuskan keluar dari kamarnya dan turun kebawah lalu berusaha memisahkan pertikaian diantara saudara itu.
"Hentikan... "
Damian dan Johan menghentikan pertikaian mereka, lalu Johan melangkah mendekati Azze dengan wajah babak belur.
"Azzevanya ayo kembali, maafkan aku.. aku tidak bermaksud menjebakmu.. "
" Walaupun ini semua bukan sepenuh nya salahmu, Tapi aku sudah terjebak tuan.. Aku tidak bisa kembali"
Damian tersenyum smirk mendengar jawaban Azze kepada Johan.
"Tidak.. Azze ini belum terlambat.. ayo kita kembali ke Indonesia. "
Johan berusaha meyakinkan Azze.
Azze mundur beberapa langkah dengan airmata yang mengalir.
"Lalu? aku harus percaya padamu? Pergilah tuan. "
"Tidakkk tidak Azze.. Percayalah padaku.. ayoo kita kembali"
"Apa kau bisa menjamin keselamatan keluarga ku?! "
Kata-kata itu berhasil membuat Johan terdiam. Damian puas sekali dengan semua perkataan Azze, Ternyata dia tidak perlu turun tangan untuk mengusir Johan dari sana.
"Tidak kan... maka dari itu, pergilah tuan... Usahamu sia-sia"
Azzevanya memutuskan untuk pergi dari sana dan kembali ke kamarnya. Saat sampai di kamarnya Azze tidak dapat membendung air matanya lagi. Dia menangis sejadi-jadinya.
Dan Johan yang masih berada di tempatnya hanya diam tak bergeming.
"Kau sudah dengar, dia tidak ingin kembali. Dia ingin terus bersamaku. Jadi sekarang pergilah. "
Damian merasa menang dari Johan.
"Aku bisa Terima semua ini, asalkan kau tidak berlaku buruk padanya. Jika kau memperlakukan nya dengan buruk. Maka aku akan membawanya kabur dan kupastikan kau tidak akan pernah bertemu dengannya lagi. "
Setelah mengatakan hal itu, Johan memutuskan meninggalkan tempat itu. Damian masih tersenyum puas melihat kepergian Johan.