NovelToon NovelToon
Wanita Gemuk Istri Komandan

Wanita Gemuk Istri Komandan

Status: tamat
Genre:Romantis / Romansa Fantasi / CEO / Time Travel / Kehidupan Tentara / Keluarga / Romansa / Cewek Gendut / Menikahi tentara / Tamat
Popularitas:3.3M
Nilai: 4.8
Nama Author: Lily Dekranasda

Netha Putri, wanita karir yang terbangun dalam tubuh seorang istri komandan militer, Anetha Veronica, mendapati hidupnya berantakan: dua anak kembar yang tak terurus, rumah berantakan, dan suami bernama Sean Jack Harison yang ingin menceraikannya.

Pernikahan yang dimulai tanpa cinta—karena malam yang tak terduga—kini berada di ujung tanduk. Netha tak tahu cara merawat anak-anak itu. Awalnya tak peduli, ia hanya ingin bertanggung jawab hingga perceraian terjadi.

Sean, pria dingin dan tegas, tetap menjaga jarak, namun perubahan sikap Netha perlahan menarik perhatiannya. Tanpa disadari, Sean mulai cemburu dan protektif, meski tak menunjukkan perasaannya.

Sementara Netha bersikap cuek dan menganggap Sean hanya sebagai tamu. Namun, kebersamaan yang tak direncanakan ini perlahan membentuk ikatan baru, membawa mereka ke arah hubungan yang tak pernah mereka bayangkan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lily Dekranasda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Supermarket

Pagi itu, sinar matahari menyusup masuk dari sela tirai tipis di ruang makan. Rumah terasa lebih sunyi dari biasanya.

Sean sudah pergi.

Ia benar-benar pergi setelah berpamitan kemarin. Tanpa peluk, tanpa drama. Hanya satu kalimat pelan dan tatapan dalam ke arah si kembar, lalu hilang bersama suara mesin mobil.

Dan kini, rumah ini hanya berisi mereka bertiga, Netha, El, dan Al.

Di dapur, Netha berdiri dengan piyama longgar, rambut masih setengah basah, memandangi isi kulkas yang sepi. Hanya ada sebotol susu, beberapa telur, dan sayur yang layu.

“Apakah aku harus belanja, Malas banget sih, tubuh ini juga belum turun sedikit pun.” gumamnya datar.

Dari arah ruang tengah, terdengar suara langkah ringan. El muncul duluan, diikuti Al yang masih memeluk guling kecil.

“Ma...”

Netha menoleh. “Hm. Sudah gosok gigi?” tanyanya tanpa ekspresi.

El mengangguk. Al juga. Tapi tetap saja keduanya masih menatap Netha dengan hati-hati, seolah mencoba membaca suasana hati sang ibu.

“Kalian lapar?” tanya Netha lagi, kali ini sambil membuka lemari gantung.

“Lapar,” jawab El pelan.

“Sedikit,” tambah Al cepat-cepat, takut kelihatan rewel.

Netha menutup lemari dengan bunyi klik. “Tidak ada makanan. Kita harus belanja.”

El dan Al saling pandang.

“Ke supermarket?” tanya Al.

“Ya.” jawab Netha datar. “Ganti baju. Lima menit.”

Al cepat naik ke lantai atas. El masih berdiri di sana, ragu.

Netha mengerutkan kening. “Kenapa belum pergi?”

Al menggigit bibir. “Kalau Papa pergi jauh... Mama tetap di sini kan?”

Netha terdiam.

Pertanyaan itu datang tiba-tiba. Tubuhnya kaku sejenak. Tapi ia segera menjawab, meski suaranya terdengar dingin.

“Selama tidak ada yang membuatku muak, aku tetap di sini. Lagipula ini sekarang rumahku, jika kalian membuatku marah, mungkin saja kalian berdua yang aku usir dari rumah ini.”

“Tega banget, Ma.”

“Biarin!”

Lalu ia pun berlari naik, meninggalkan Netha sendiri di dapur.

Netha menghela napas panjang, lalu membuka botol air mineral dan meneguknya.

Beberapa menit kemudian, El dan Al sudah siap dengan kaos dan celana pendek. Mereka berdiri di depan pintu sambil menunggu Netha yang kini telah berganti pakaian olahraga yang sedikit sempit, rambutnya diikat asal.

“Sudah siap?” tanyanya.

“Sudah, Ma,” jawab El dan Al bersamaan.

“Kalau kalian nakal di sana, aku tinggal di rak sembako,” kata Netha datar sambil membuka pintu.

Keduanya langsung berdiri tegak. “Kami janji nggak nakal!”

Netha sudah melangkah pergi, sementara Al berbisik kepada saudara kembarnya, “Kak, kenapa Mama malah menggunakan pakaian olahraga ya?”

“Entahlah!” jawabnya.

Akhirnya mereka berdua melangkah menyusul Netha yang telah berjalan terlebih dahulu.

Perjalanan menuju mall terasa penuh keheningan. El dan Al duduk di kursi belakang, sibuk memandangi pemandangan di luar jendela. Mata mereka berbinar melihat jalanan yang ramai, kendaraan berlalu lalang, dan orang-orang yang beraktivitas. Mungkin karena selama ini mereka jarang diajak keluar rumah, pemandangan sederhana itu menjadi sesuatu yang istimewa.

Netha sesekali melirik mereka melalui kaca spion dan tersenyum kecil. “Anak-anak ini, kasihan juga,” pikirnya.

Setelah sekitar 30 menit berkendara, mereka akhirnya sampai di mall besar. El dan Al menatap bangunan megah itu dengan takjub. Mall tersebut berdiri kokoh dengan kaca-kaca besar, dan banyak orang berlalu lalang di dalamnya.

“Wow,” gumam Al pelan. El hanya mengangguk, menunjukkan kekagumannya.

“Nggak boleh jauh-jauh dari aku, ya,” pesan Netha sebelum mereka masuk. “Kalau sampai hilang, aku nggak mau repot nyariin kalian.”

El dan Al mengangguk patuh. Netha mengambil satu troli besar untuk dirinya dan memberikan masing-masing satu keranjang dorong kecil untuk El dan Al. “Ini untuk kalian. Tapi ingat, kalian cuma boleh pilih 10 barang masing-masing. Nggak boleh lebih, ngerti?”

“Sepuluh?” Al menatapnya dengan wajah sumringah.

“Iya. Pilih yang kalian suka.”

El dan Al saling tersenyum senang. Mereka bergegas berjalan menyusuri lorong supermarket dengan langkah riang, sementara Netha mengawasi dari belakang sambil mendorong trolinya sendiri.

Sepanjang perjalanan, beberapa pengunjung supermarket melirik ke arah mereka. Dua anak kembar yang tampan berjalan bersama seorang wanita bertubuh gemuk yang, menurut pandangan mereka, terlihat lebih seperti pengasuh daripada ibu.

“Bu, hati-hati sama anak majikannya,” ujar seorang wanita paruh baya yang kebetulan lewat di dekat Netha. “Jangan sampai hilang.”

Netha berhenti dan menatap wanita itu dengan ekspresi datar. “Mereka anak saya,” jawabnya singkat.

Wanita itu terkejut. “Oh, maaf. Saya kira…”

Netha tidak peduli dan segera berlalu sambil mendorong trolinya. “Orang-orang ini,” gumamnya pelan sambil menghela napas.

Sementara itu, El dan Al sibuk memilih barang-barang yang mereka inginkan. Ada makanan ringan, beberapa mainan kecil, dan beberapa minuman dingin yang menarik perhatian mereka. Wajah keduanya penuh dengan senyum, mungkin karena selama ini dengan Sean, ayah mereka, makanan dan barang semacam itu selalu dibatasi.

Netha memperhatikan dari kejauhan, merasa sedikit kasihan. “Sean terlalu keras sama mereka,” pikirnya sambil melanjutkan belanja.

Setelah El dan Al selesai dengan keranjangnya, mereka mengikuti Netha dari belakang sambil membawa keranjang masing-masing. Netha sendiri sibuk memilih bahan-bahan untuk memasak: daging ayam, daging sapi, ikan segar, sayuran, bumbu-bumbu dapur, dan beberapa kebutuhan rumah tangga lainnya.

Ia juga memilih peralatan memasak, seperti panci, teflon berbagai ukuran, pisau set, spatula, dan lain-lain. Tidak lupa membeli beras, telur, minyak goreng, dan berbagai bahan pokok lainnya.

Selain itu, Netha juga membeli perlengkapan mandi, sabun, sampo, pasta gigi, dan handuk baru, serta perlengkapan makan, seperti piring, gelas, dan peralatan lainnya. Ia pun memilih gorden baru, taplak meja, dan beberapa dekorasi kecil untuk mempercantik rumah.

Troli yang ia dorong semakin penuh, membuatnya harus mendorong dengan ekstra tenaga. Sementara itu, El dan Al hanya mengikutinya sambil memandang dengan kagum.

“Banyak banget belanjanya,” ucap Al pelan.

“Biar rumah kita jadi lebih nyaman,” jawab Netha sambil tersenyum kecil.

Setelah semua belanja selesai, mereka menuju kasir untuk membayar. Netha menyuruh El dan Al untuk duduk di bangku di seberang kasir sambil menunggu. Keduanya patuh dan duduk diam, meskipun terlihat sedikit lelah.

Netha meminta petugas kasir untuk mengantarkan semua barang belanjaan itu ke alamat rumahnya. “Nggak mungkin aku bawa sendiri semua ini,” pikirnya. Setelah itu, ia membayar dan segera membawa El dan Al kembali ke mobil.

 

Di perjalanan pulang, suasana di dalam mobil sunyi. El dan Al tampak kelelahan setelah menemani Netha berbelanja. Keduanya tertidur pulas di kursi belakang, kepala mereka sesekali terjatuh ke sisi jendela.

Netha melirik ke kaca spion dan tersenyum kecil. “Dasar anak-anak,” gumamnya lembut.

Sesampainya di rumah, Netha memasukkan mobil ke garasi dan mematikan mesin. Ia membuka pintu belakang mobil dan melihat kedua anak itu masih tertidur. Dengan hati-hati, Netha menggendong Al terlebih dahulu. Tubuh kecil itu terasa hangat dan ringan di pelukannya. Dalam tidurnya, Al mendusel-dusel mencari posisi nyaman di bahu Netha, membuatnya tersenyum kecil.

Ia membawa Al ke kamar, meletakkannya pelan-pelan di ranjangnya, lalu membuka sepatunya dan menarik selimut hingga menutupi tubuh mungil itu. Setelah itu, ia kembali ke mobil untuk menggendong El.

El juga terlihat sama lelahnya. Dalam perjalanan menuju kamar, El memeluk leher Netha erat-erat sambil menggumam pelan dalam tidurnya. Netha merasa hatinya hangat. Ia meletakkan El di ranjangnya, melepaskan sepatunya, dan menyelimutinya seperti yang ia lakukan pada Al.

Setelah memastikan keduanya tertidur nyaman, Netha keluar dari kamar dengan langkah pelan. Ia menghela napas panjang, merasa kelelahan namun puas.

Di sofa ruang keluarga, ia duduk sambil memainkan ponselnya yang sudah usang. “Harus beli ponsel baru juga,” pikirnya sambil menghela napas. “Tapi besok saja.”

Ia bersandar di sofa, menunggu mobil pengantar barang belanjaannya tiba. Pikirannya melayang-layang memikirkan banyak hal, tentang kehidupan barunya, El dan Al, dan masa depan yang belum pasti. Namun, untuk saat ini, ia hanya ingin menikmati momen sederhana ini.

“To be continued…”

1
Aisyah Suyuti
menarik
Aini
kok pangil mama ,kamu
Aini
dunia kiamat klu mama olahraga ngakak aku 😂😂
Khoerun Nisa
knp panggiln nya berubah dri awal bilng mama kan
Nur Alifa
keren
Eli sulastri
coba kalau al dan el panggil mama ke netha pasti bikin hati melumer
Eli sulastri
netha sayangi al dan el kasihan
Eli sulastri
netha semangat kamu pasti bisa punya badan ideal
슈가
Luar biasa
Sri
kata siapa anak-anak militer gak butuh baca & tulis
pemahaman dari mana??
Ai Mmh Syila
trimakasih autor,,, semangat slalu bikin karya- karya selanjutnya , , maaf aq jarang komen, tapi aq slalu senang dngn karya-karya mu 🙏🏽🥰💪
zylla
mewek 😭
safira
betul thor karya mu emang terbaik..pengajaran alam rumahtangga cara didikkan anak anak..banyak pengajaran..
safira
klu la dlm dunia nyata ada suami kayak begini kan bagus..huhai hanya fantasy wanita karna wanita nya juga fantasy pria..
safira
bagus bangat novel..pengajaran terbaik buat jadi org tua yg baik..memang bagus bangat../Kiss//Kiss/
Osie
kereeen abiz ceritanya..no intrik yg nyelekit dan no pelakor..seruuuu gak bikin keluar tanduk gegara pelakor/Facepalm//Facepalm//Facepalm/makasih thor utk cerita indahnya..semangat berkarya terus yaaaa/Rose//Rose//Rose//Rose//Rose//Rose//Rose//Rose//Rose//Rose//Rose/
safira
betul fantasy wanita..xda jumpa pria begini dunia nyata..kebanyakan nya terus minta lebih../Puke/
Osie
suka banget tanpa adanya pelakooorrr
Osie
yaacckkk Sean goblok..dia dimiliki pangkatnya tinggi dan itu pasti krn sekolah..lah anak sendiri kok dibuat bodoh..goblok nih bapak
Anonymous
hmmm, sptnya utk cerita ini author (diduga) telah memplagiat cerita dr rona mustika....
Lilyana Dekranasda: sudah konfirmasi sama mbk rona mustika nya ya.. thankyou
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!