Jasmine D'Orland, seorang duchess yang terkenal dengan karakter jahat, dituduh berselingkuh dan dihukum mati di tempat pemenggalan di depan raja, ratu, putra mahkota, bangsawan, dan rakyat Kerajaan Velmord.
Suaminya, Louise, yang sangat membencinya, memenggal kepala Jasmine dengan pedang tajamnya.
Sebelum kematiannya, Jasmine mengutuk mereka yang menyakitinya. Keluarganya yang terlambat hanya bisa menangisi kematiannya, sementara sebagian bersorak lega.
Namun, enam bulan sebelum kematian itu, Jasmine terlahir kembali, diberi kesempatan kedua untuk mengubah nasibnya yang tragis.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lily Dekranasda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Penghormatan Rakyat D'Orland
Kusir telah kembali ke tempat nya. James juga telah mengambil kudanya, bersiap untuk mengawal Duchess Jasmine. Sedangkan Jasmine kembali ke keretanya bersama dengan Lianne disisi nya. Wajahnya tetap tenang, dan tak takut apapun, mata nya tajam dan dingin.
“Yang Mulia, apakah Anda baik-baik saja?” tanya Lianne dengan suara khawatir.
Jasmine menghela napas, lalu menatap pelayannya dengan senyuman tipis. “Aku baik-baik saja.”
Lianne mengangguk, tetapi masih terlihat cemas. Jasmine meraih tangan Lianne dengan lembut, mencoba menenangkan pelayannya.“Jangan khawatir. Kita akan sampai di kediaman D’Orland dengan selamat.”
Lianne mengangguk lagi, kali ini dengan lebih yakin. Ia tahu bahwa majikannya adalah wanita yang kuat dan pemberani tidak akan menyerah begitu saja.
Kereta kuda yang membawa Duchess Jasmine Clair akhirnya tiba di gerbang wilayah kekuasaan Duke D'Orland. Jasmine duduk dengan anggun, memandangi wilayah yang dulu menjadi rumahnya. Ekspresi wajahnya kerinduan dan keteguhan.
Penjaga gerbang yang berjaga tampak waspada ketika melihat kereta mewah tanpa lambang identitas yang jelas. Ia segera menghampiri, lalu memberi salam kepada rombongan. “Salam tuan-tuan, siapa yang berada di dalam kereta ini?” tanyanya dengan sopan tetapi penuh kehati-hatian.
James segera turun dari kudanya dan berdiri di depan penjaga gerbang. Dengan suara lantang, ia menjawab, “Yang berada di dalam kereta adalah Duchess Jasmine Clair, putri dari Duke Edgar D'Orland.”
Penjaga gerbang itu tertegun. Nama Jasmine Clair adalah nama yang tak asing baginya, tetapi sekaligus terasa seperti bayang-bayang masa lalu. Duchess itu sudah lama meninggalkan wilayah ini sejak pernikahannya, dan rumor buruk tentangnya telah menyebar ke berbagai wilayah. Namun, rakyat wilayah D'Orland selalu setia pada kebenaran, dan mereka masih mengingat kebaikan putri Duke D'Orland itu.
Penjaga itu hanya bisa berdiri terpaku. Melihat reaksi itu, Lianne segera membuka tirai kereta dan menegur dengan suara dingin. “Kenapa kau diam di sana? Duchess baru saja tiba setelah perjalanan panjang. Apakah ini cara kalian menyambutnya?”
Tatapan tajam Lianne membuat penjaga itu tersadar. Ia segera membungkuk hormat, dan ketika melihat wajah Lianne, ia langsung mengenalinya sebagai pelayan setia Jasmine sejak dulu. Hal itu semakin meyakinkannya bahwa yang berada di dalam kereta memang benar-benar Duchess Jasmine.
“Salam Yang Mulia Duchess, Semoga kemuliaan dan kejayaan menyertai langkah Anda. Maafkan saya, Yang Mulia. Saya akan segera melaporkan kedatangan ini, tunggu sebentar,” katanya sambil membungkuk lagi.
Tanpa membuang waktu, penjaga itu berjalan cepat menuju salah satu rekannya yang berjaga di dekat pos.
“Bawakan berita ini ke kediaman Duke. Katakan bahwa Duchess Jasmine Clair telah tiba dan akan berkunjung ke kediaman Duke sesegera mungkin,” perintahnya.
Rekannya mengangguk cepat, lalu menaiki kudanya dan melaju dengan kecepatan penuh menuju kediaman Duke D'Orland.
Setelah memastikan berita telah dikirim, penjaga gerbang tadi kembali ke tempatnya semula. Ia membungkuk hormat di hadapan pengawal dan pelayan Jasmine. “Salam Yang Mulia Duchess, Semoga kemuliaan dan kejayaan menyertai langkah Anda. Yang Mulia, kami sangat terhormat atas kedatangan Anda. Silakan masuk, gerbang ini akan selalu terbuka untuk Anda.”
Kereta mulai melaju kembali memasuki wilayah D'Orland, diiringi oleh sambutan hormat dari para penjaga. Jasmine tidak menunjukkan reaksi apapun, tetapi di dalam hatinya, ada perasaan lega melihat rakyat D'Orland tetap menghormatinya dan keluarganya.
Kereta Duchess Jasmine Clair melaju dengan tenang di sepanjang jalan berbatu yang membelah desa-desa kecil di wilayah D'Orland. Di sepanjang jalan, rakyat yang melihat kereta itu berhenti dari aktivitas mereka, memandang dengan penuh rasa ingin tahu dan kebahagiaan yang sulit disembunyikan.
Meskipun kereta itu tidak memiliki lambang resmi, kabar kedatangan Lady Jasmine telah tersebar cepat melalui pesan yang dibawa oleh penjaga gerbang sebelumnya. Teriakan penjaga tersebut, penuh semangat dan keyakinan, telah membangkitkan antusiasme rakyat yang merindukan putri pemberani mereka.
Di sebuah desa kecil, seorang wanita tua yang sedang menjemur kain segera meletakkan keranjangnya dan membungkuk hormat. “Salam Yang Mulia Duchess, Semoga kemuliaan dan kejayaan menyertai langkah Anda. Selamat datang kembali, Duchess Jasmine! Semoga kemuliaan dan kejayaan menyertai langkah Anda. Wilayah ini terasa lebih hidup dengan kehadiran Anda!” katanya dengan suara serak namun penuh emosi.
Beberapa rakyat bahkan saling berbisik dengan penuh antusias. “Benarkah itu kereta yang membawa Lady Jasmine?”
“Ya, aku mendengar penjaga gerbang menyebut namanya. Akhirnya, Duchess Jasmine kembali.”
Mereka mengenang masa-masa ketika Jasmine masih tinggal di wilayah ini. Jasmine dikenal sebagai sosok yang ramah, baik hati, dan selalu membantu rakyat yang membutuhkan. Meski kini ia dikenal sebagai Duchess Clair, rakyat D'Orland tidak pernah melupakan kebaikannya.
Seorang petani muda yang tengah memikul hasil panen di bahunya berhenti, menatap kereta yang lewat dengan mata berbinar. “Salam Yang Mulia Duchess, Semoga kemuliaan dan kejayaan menyertai langkah Anda. Duchess Jasmine, kami bangga pada Anda! Jangan hiraukan rumor jahat, kami tahu siapa Anda sebenarnya!” teriaknya dengan penuh semangat.
Duchess Jasmine Clair menyingkap tirainya, melihat para rakyat D'Orland yang antusias dan menghormati nya. Tak lupa Jasmine memberikan senyum manisnya yang tak dibuat-buat dan ia tak bisa menahan air mata nya menetes. Kenangan buruk itu, tiba-tiba datang. Jika saja ia tidak menggilai pria brengsek itu, tentu saja ia akan bahagia bersama rakyat D'Orland.
Anak-anak kecil yang sedang bermain di tepi jalan berhenti dan melambaikan tangan mereka dengan ceria. Salah seorang dari mereka, seorang gadis kecil dengan rambut kepang, berseru polos, “Salam Yang Mulia Duchess, Semoga kemuliaan dan kejayaan menyertai langkah Anda. Duchess Jasmine! Anda cantik sekali, seperti cerita ibu kami tentang Anda!”
Duchess Jasmine tersenyum dan membalas lambaian tangan anak-anak itu.
Di desa lain, seorang pria paruh baya yang sedang menambal roda gerobaknya berdiri dan menangkupkan tangan di depan dada, membungkuk hormat. “Salam Yang Mulia Duchess, Semoga kemuliaan dan kejayaan menyertai langkah Anda. Duchess Jasmine, Anda adalah kebanggaan kami. Semoga kedatangan Anda membawa keberkahan untuk D’Orland.”
Sekelompok ibu-ibu yang tengah membawa air dari sumur pun berhenti dan menunduk sopan. Salah satu dari mereka berseru dengan suara lantang, “Salam Yang Mulia Duchess, Semoga kemuliaan dan kejayaan menyertai langkah Anda. Kami tidak pernah percaya pada rumor buruk itu, Lady Jasmine. Anda adalah putri terbaik yang dimiliki D’Orland!”
Lianne yang duduk di sebelah Jasmine berkata pelan,
“Yang Mulia, perlakuan rakyat di sini sungguh berbeda dengan wilayah Duke Clair. Mereka sangat menghormati Anda.”
Jasmine mengangguk kecil. “Rakyat D'Orland tahu siapa aku sebenarnya. Mereka tidak percaya pada rumor murahan yang disebarkan dari luar. Mereka adalah orang-orang yang tahu bagaimana cara membedakan kebenaran dan kebohongan.”
Di luar kereta, Markus sang kusir dan James, salah satu pengawal setia Jasmine, mendengar dengan jelas ucapan sang Duchess. Markus yang sedang menggenggam tali kekang kuda sedikit menggigit bibirnya, merasa tersindir oleh kata-kata tersebut. Begitu pula James, yang duduk tegap di atas kudanya di sisi kanan kereta.
Markus berbisik kepada James, “Apa kau merasa seperti aku, James? Seolah ucapan itu ditujukan langsung pada kita.”
James tidak langsung menjawab, tetapi ia menarik napas dalam-dalam, menenangkan dirinya. “Kita memang rakyat Clair,” jawab James akhirnya, suara rendahnya terdengar sedikit getir. “Tapi apa yang dikatakan sang Duchess ada benarnya. Lihat saja sikap para penjaga D'Orland tadi. Mereka tetap menghormati sang Duchess, meskipun rumor buruk tentang dirinya tersebar ke seluruh penjuru Kingswell. Sementara di wilayah kita…”
James tidak menyelesaikan kalimatnya. Ia tidak perlu mengatakan lebih banyak untuk membuat Markus memahami maksudnya.
Markus menghela napas, matanya terpaku pada jalanan di depannya. “Aku tidak bisa membantah,” gumamnya. “Sikap rakyat Clair terhadap Duchess tidak pernah sebaik ini. Banyak dari mereka lebih percaya pada rumor daripada kenyataan. Sepertinya rakyat D'Orland benar-benar berbeda.”
James mengangguk kecil, matanya menatap kereta yang melaju perlahan. “Duchess adalah wanita yang kuat,” katanya. “Aku bisa merasakan itu sejak pertama kali bertemu dengannya. Dia tidak seperti yang dikatakan orang-orang. Maka dari itu, aku tidak pernah menghakimi Duchess di kediaman Clair. Bersikap Netral, tidak memihak siapapun. Yah meskipun aku sedikit bersalah, karena tidak bisa membantu Duchess ketika dihina, direndahkan dan di siksa oleh duke Louise bahkan para pelayan dikediamannya.” ucapnya mendesah panjang.
Markus tersenyum tipis, merasa bahwa James benar. Namun, ia juga tidak bisa menghilangkan rasa bersalahnya sebagai rakyat Clair yang pernah meragukan Jasmine.“Mungkin inilah yang membuatku merasa tersindir,” kata Markus pelan. “Aku juga bagian netral, meskipun Aku juga pernah percaya pada rumor itu. Tapi sekarang, aku merasa bodoh. Duchess lebih baik daripada yang aku bayangkan.”
James menepuk pundak Markus dengan tangan bersarungnya. “Yang penting, kita ada di sini sekarang untuk melindunginya,” katanya tegas. “Mari kita lakukan tugas kita dengan sebaik mungkin. Kita mungkin rakyat Clair, tapi sekarang kita adalah bagian dari rombongan sang Duchess.”
Markus mengangguk, merasa lebih tenang setelah mendengar kata-kata James. Ia mengeratkan genggamannya pada tali kekang dan memfokuskan pikirannya pada perjalanan yang masih panjang.
Di dalam kereta, Jasmine tidak menyadari percakapan antara Markus dan James. Namun, ketenangan yang ia pancarkan dari dalam kereta telah membuat para pengawalnya semakin yakin bahwa mereka melindungi wanita yang luar biasa.
Perjalanan menuju kediaman Duke D'Orland semakin mendekati akhir. Di depan, istana megah yang menjadi kediaman keluarga D'Orland mulai terlihat. Jasmine menghela napas panjang, bersiap menghadapi apa yang menantinya di sana.
“D'Orland, aku kembali.” gumam Jasmine pelan dengan tersenyum.