NovelToon NovelToon
Dikira Ojol Ternyata Intel

Dikira Ojol Ternyata Intel

Status: sedang berlangsung
Genre:Pernikahan Kilat / Cinta Seiring Waktu / Romansa / Suami ideal
Popularitas:5.3k
Nilai: 5
Nama Author: Pilips

Terpaksa menikah karena persoalan resleting yang tersangkut pada rambut seorang gadis bernama Laras ketika Polisi Intel itu sedang melaksanakan tugas mengejar pengedar narkoba. Polisi Intel itu menyembunyikan identitasnya dari sang Istri, ia mengaku sebagai seorang Ojol. Karena gagal menyelesaikan tugasnya. Aliando Putra Perdana hendak dipindah tugaskan ke Papua.
Tanpa Ali sadari, ia sengaja dikirim ke sana oleh sang Ayah demi menghindari fitnah kejam dari oknum polisi yang menyalahgunakan kekuasan. Ada mafia dalam institusi kepolisian. Ternyata, kasus narkoba berhubungan erat dengan perdagangan manusia yang dilakukan oleh oknum polisi di tempat Aliando bertugas.
Ingat! Bukan cerita komedi, bukan pula dark romance. Selamat menikmati.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pilips, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Percobaan Pertama

“Aku berangkat,” ucap Alindo sambil mengikat kuat ikatan tali sepatunya. Ia menyalakan mesin mobil dan segera pergi menuju rumah Kapolda.

Hatinya mencelos, Laras tidak menjawabnya tadi. Sepanjang jalan, Aliando berpikir keras, kira-kira dengan cara apa dia bisa membujuk istrinya.

“Hahh …, aku sangat menginginkan Laras. Benar bahwa cinta itu bikin gila dan tolol.” Setir kemudi mobil diputar ketika berada di perempatan jalan. Hanya butuh waktu dua puluh menit hingga ia sampai di depan rumah besar si Kapolda.

“Mereka bisa saja menyediakan tempat tinggal untukku dan Laras di sini. Rumahnya sangat besar. Tapi …, kenapa malah rumah Honai yang ia berikan?”

Aliando turun dari mobil. Ketika ia sampai di depan teras, seorang wanita yang mengenakan jas sneli putih tanpa sengaja menabraknya.

Brukkk ….

“Oh, maaf,” ucap wanita itu sambil memperbaiki kacamatanya.

“Ya, tidak apa,” balas Ali menjawab.

Dokter itu menatap Aliando cukup lama, sepertinya pernah berjumpa tapi tidak tahu di mana. “Sudah berapa lama Anda di Papua?”

Ey? Pertanyaan macam apa itu? Baru bertemu langsung diwawancarai? Memang aku ini buronan? batin Ali berbicara.

“Ah, baru saja sehari, dok. Kenapa?”

Jari telunjuk si Dokter memegang dagunya, berpikir. “Seperti pernah melihatmu.”

“Bisa jadi, dok. Soalnya saya ‘kan ojol. Saya selalu ambil penumpang di kota J. Anda dari kota J, bukan?” tanya Aliando sok ramah.

“Iyaaa, saya bertugas di Rumah Sakit Ciputro. Tapi, saya dapat surat untuk membantu menyelesaikan wabah di salah satu kampung sini selama satu bulan.”

Aliando angguk-angguk namun jantungnya agak berdebar. Jelas betul dalam ingatannya bahwa ia pernah berada di rumah sakit Ciputro pada saat ia dirawat setelah kena tusuk.

“Kalau begitu, saya permisi.”

“Hati-hati di jalan, dok.”

Suasana kembali hening. Pria tinggi itu melihat sekeliling. Pekarangan rumah itu sangatlah luas. Bahkan, di belakang sana, ada kandang Babi juga kebun kelapa berhektar-hektar.

“Wajar kaya, Kapolda, ‘kok,” Aliando bergumam.

Dari dalam sana mulai terdengar suara, Ali sudah bersiap untuk menyambut dengan baik bosnya itu. Lebih tepatnya, majikan.

“Salam, Pak.”

Kapolda itu menghentikan langkahnya, melihat Ali dari atas ke bawah. “Kamu utusan si Chandra?” Tunjuknya dengan mata sayu.

“Benar, Pak.”

“Oh. Sudah sarapan?”

Ali menggeleng, perutnya pun berbunyi. Ia tidak sarapan karena merasa kurang nyaman melihat cara Laras berjalan. Ali merasa seperti penyiksa kelamin saja. “Belum, Pak.”

“Mari masuk ke dalam, sarapan. Saya tidak mau kalau supir saya oleng karena kelaparan.”

Supir apa? Saya Polisi …, sama seperti Bapak! Ya Tuhan….

***

“Halo, Bro!” kata Kapolda itu dengan suara keras ketika menelfon. Entah dengan siapa ia bicara. Aliando hanya fokus mengemudi, mengantarkan Bapak ini agar sampai dengan selamat di Polda.

Menempuh waktu 20 jam dari Provinsi Jayawijaya untuk sampai ke Provinsi Manokwari. Ya, Laras akan ditinggal selama dua hari, sendirian. Tapi, lokasi tempat tinggal Laras sangat aman karena dijaga ketat oleh beberapa Kopassus yang juga tinggal sebagian di rumah Honai.

Hari berganti, Aliando pun kembali bersama sang Kapolda. Tubuhnya terasa lelah, ditambah lagi dengan Laras yang sama sekali tidak membalas pesan teks yang Ali kirimkan.

“Pak …, boleh saya singgah sebentar?”

“Ya, boleh.”

“Terimakasih, Pak.”

Aliando menghentikan mobil di sebuah toko kecantikan. Pria itu mengambil keranjang belanja. Meski malu, ia tetap akan bertanya pada pelayan toko.

“Cari apa, Pak?”

“Anu ….” Garuk Ali pada lehernya. “Saya, cari skincare.”

“Oh, skincare apa, Pak?”

Aliando tidak tahu mau menjawab apa. Badannya terasa kaku sekarang. Karena pelayan harus menghormati pelanggan, dengan sabar wanita muda itu menanyakan seperti apa tipe kulit kekasihnya.

“Bukan pacar saya. Tapi, istri saya.”

“Coba jelaskan, Pak, seperti apa jenis kulit istri, Bapak.”

“Kulitnya cerah, tidak kering namun tidak berminyak. Lumayan putih, dan bulunya tipis, halus, baunya enak …, sangat enak.” Kepala Ali mendongak ke atas, membayangkan betapa indahnya tubuh Laras ketika pertama kali ia sentuh.

“Pak …?” Sentuh pelayan itu dengan ramah tapi Aliando tak sadar, sibuk melamun.

“Pak!”

Ali tersentak kaget. “Ya?”

“Bisa ke arah sana, semua lengkap. Mulai dari perawatan rambut hingga bulu kaki.”

Aliando menelan salivanya mendengar kata bulu. Pria tampan itu menghela napas, “tapi temani saya buat milih.”

“Baik, Pak.”

Satu keranjang penuh, isinya skincare semua. Aliando tidak masalah mengeluarkan uang hingga tujuh juta rupiah. Baginya, kesenangan hati Laras yang utama.

Aliando masuk ke dalam mobil dengan wajah sumringah.

“Kamu beli apa, Al?” tanya Bapak Kapolda.

“Skincare, Pak, hehe.”

“Hah?”

“Iya, untuk istri saya.”

Mata Kapolda itu berkedip-kedip, badan gempalnya berbalik menyamping. “Perempuan juga suka makan. Masa iya, kamu cuma bawa skincare? Memangnya istri kamu kenyang makan handbody?”

Ah …, sial. Benar juga!

“Terus …, makanan yang enak adanya di mana ya, Pak? Soalnya dekat tempat tinggal kami tidak ada penjual makanan. Seandainya kami diberi tempat tinggal di rumah besar Bapak, akses untuk beli makan enak jadi mudah,” kata Aliando panjang lebar sekaligus menyindir si Kapolda.

“Nanti di ujung dekat pembelokan ke rumah saya. Di sana ada Papeda. Lezat sekali, istri kamu pasti suka.”

“Beneran, Pak?”

“Benar! Orang istri saya langsung kasi service bintang lima mengalahkan seluruh LC di muka bumi ketika saya bungkuskan Papeda itu! Hahaha ….”

Mata Ali berkilat penuh semangat. Ia membayangkan ketika Laras menerima Papeda dan juga skincarenya. Pasti wanita itu klepek-klepek bukan main dan yang paling utama adalah, tubuh mungilnya Laras. Ya …, kehangatan yang membuat Aliando Putra Perdana menjadi gila setengah mati.

“Heh!” Tepukan keras melayang ke tubuh Ali. “Jalan …, malah bengong.”

“Siap, Ndan!”

***

Suara ketukan terdengar. Laras sangat mager, seluruh tubuhnya masih sakit seolah tulangnya baru saja dirakit ulang oleh Yang Maha Kuasa.

Ceklekkk ….

Pintu terbuka, nampak wajah Aliando bersinar terang. Ada dua kantong di tangannya. Laras berbalik dengan malas, kembali naik ke atas pembaringan.

“Aku bawain kamu skincare sama makanan. Pasti kamu lapar, iya, ‘kan?”

Laras menoleh, wajahnya lesu. Ia masih marah pada suaminya. Laras sebenarnya belum mengerti akan perasaannya pada Aliando. Wajah pria itu memang sudah tak diragukan lagi ketampanannya. Tapi …, ada satu hal yang paling mengganggu pikiran Laras.

Pekerjaan Ali …, Bagaimana mungkin Aliando bisa mengsupport cita-citanya Laras jika suaminya hanya seorang Ojol? Bukan pilih-pilih pekerjaan tapi pola pikir mereka akan jauh berbeda.

“Laras?” Pria itu menyentuh pelan pundak istrinya. “Mas minta maaf, ya.”

Karena tidak ada jawaban, Aliando naik ke atas pembaringan. “Mas janji tidak akan menyentuh kamu sebelum kamus setuju. Mas juga janji akan melakukan apa pun yang kamu mau jika kamu memaafkan, Mas. Mas juga janji ….”

Perkataan pria itu berhenti ketika Laras membalikkan tubuhnya. Kini, manik mata antara mereka berdua saling bersirobok. Ali menundukkan pandangannya segera, kalah karena sudah kecintaan banget.

“Janji?” Kelingking Laras muncul ke tengah.

Wajah Aliando perlahan memerah. Ia kaitkan kelingkingnya bersama Laras. “Janji …, Mas Al, janji.”

Bunyi ponsel berdering mengagetkan keduanya. Laras bangun dan Ali terperanjat. Suara itu berasal dari ponselnya Aliando.

“Hais … Prass?”

(Halo, Al?)

“Eum, ya?”

(Ada info penting!)

“Apa?”

(Desta meninggal dan Lolly tertangkap. Lusa akan sidang perdana. Lo bisa dateng?)

Wajah Ali seketika berubah menjadi sangat serius. Bagaimana bisa tertangkap secepat itu?

“Siapa yang jeblosin?”

(Adik lo! Baskara!)

“Mana mungkin.”

(Ini kasus makin mencuri minat wartawan dan warga konoha, men! Lo harus hadir, sih!)

“Gak bisa.” Aliando berjalan ke depan pintu, mencari udara segar. Napasnya terasa mencekik. Dia mencurigai Baskara begitu kuat dan sekarang adik angkatnya itu berhasil menangkap sang Pengedar?

(Lo bakalan nyesel, sih.)

“Ngapain nyesel, hah? Apa karena aku harus lihat muka si Baskara songong itu, Prass?’

Suara dari balik telepon sana terdiam. Hanya ada suara napas berulang kali, terdengar bingung.

“Aku matiin telfonnya.”

(Tunggu!)

“Apa lagi?”

(Lo baik-baik aja, kan?”)

“Sangat baik.” Aliando melirik Laras yang tengah menyiapkan makan malam. Istri mungilnya itu menuangkan Papeda ke dalam mangkuk.

Asap masih mengepul, Papedanya masih begitu hangat. Wajah Laras jauh lebih berwarna sekarang. Hati Ali pun menjadi tenang seperti air telaga yang jernih.

“Mas …, makan.”

(Lagi bulan madu ni yeee.)

Aliando tersenyum, “udah dulu ya, Prass. Aku mau cintai istriku malam ini lagi, kalau gombalanku berhasil.

Percobaan pertama untuk menaklukkan hati Laras berjalan sesuai. Apakah wanita itu akan mengizinkan Aliando untuk membersamainya lagi malam ini, hingga malam selanjutnya?

1
widya widya
lanjutt Thor.. seru
Laksmi Dewi (Pilips): up tiap hari kak, pantengin yaaa..
total 1 replies
widya widya
Ceritanya seru dan kocak.
widya widya
Seru dan kocak.
Laksmi Dewi (Pilips)
Karya pertamaku di Noveltoon
Rian Moontero
bukan cerita komedi,,tpi bikin aq ketawa🤣🤣🤸🤸
Laksmi Dewi (Pilips): jangan lupa mingkem kak
total 1 replies
yanah~
mampir kak 🤗
Laksmi Dewi (Pilips): makasih kak
total 1 replies
Alucard
Jalan ceritanya memukau!
Laksmi Dewi (Pilips): novel ini up tiap hari kak, makasih atas komentarnya
total 1 replies
Risa Koizumi
Masuk ke dalam cerita banget.
Laksmi Dewi (Pilips): sip kak, lanjutkan. novelnya up tiap hari
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!