Mikayla adalah Perawat Gigi. Ia telah dikhianati oleh pacarnya sendiri yang berselingkuh dengan teman seangkatan perawat. Pacarnya adalah seorang anggota Polri. Namun cintanya kandas menjelang 2 tahun sebelum pernikahannya. Namun ia mengakhiri hubungan dengan pacarnya yang bernama Zaki. Namun disamping itu ia ternyata telah dijodohkan oleh sepupunya yang juga menjadi anggota Polri. Apakah ia akan terus memperjuangkan cintanya dan kembali kepada Zaki, atau lebih memilih menikah dengan sepupunya?
ikuti kisah selanjutnya..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mahkota Pena, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kembali ke Habitat
“Ali, tante minta tolong bangunkan Mika ya, sepertinya dia belum bangun. Dia ingin ikut mengantar ke Bandara.”
Ali yang rupanya tampak canggung karena tentang perjodohannya dengan Mika, ia segera menaiki anak tangga dan masuk ke dalam kamar Mika yang tidak pernah terkunci.
“Mikaaaa, Mikaa bangun.” Ali tampak kesusahan membangun Mika. Ia sangat susah sekali untuk bangun pagi terlebih subuh-subuh begini.
Ali masih saja mengguncang-guncangkan tubuh Mika dan mulut tak berhenti untuk memanggil-manggil nama Mika.
Mika hanya menggeliat dan tidak merespon panggilan Ali.
“Mika! heiii.. bangun ih sudah subuh ini, katanya mau ikut antar ke Bandara.” Ujar Ali kembali yang tidak ada jeranya untuk membangunkan Mika.
“Hhhmmmmm... masih mengantuk.” Sahut Mika dengan suara khas bangun tidur yang serak-serak seksi.
Ali menarik napas dalam, ia bingung bagaimana caranya ingin membangunkan Mika.
“Ya sudah deh aku tinggal saja kalau nggak mau bangun.”
Belum sampai Ali membalikkan badannya, tangan Mika sudah menarik tangan Ali hingga Ali terjatuh dan menindih tubuh mungil milik Mika.
Mika bertubuh mungil dan langsing. Dengan tinggi badan kurang lebih 165cm.
Deg!!
Sontak Ali terkejut karena tubuhnya sudah menindih diatas tubuh Mika.
Perasaannya sungguh tidak karuan, setelah ia mengetahui tentang perjodohan itu mengapa perasaan Ali terhadap Mika sedikit berubah.
Ia merasakan aliran darah dingin mengalir dengan derasnya. Hatinya berdetak kencang.
Mika merasakan tubuhnya tertindih dengan berat hingga ia sulit bernapas.
Wajar saja yang menindihi nya adalah seorang IPDA bertubuh kekar, atletis dan berdada bidang.
“Bang Ali???” Desah Mika lirih. Namun mengetahui itu adalah Ali, Mika semakin mengeratkan hingga terjadilah pelukan antara Mika dan Ali yang masih berpose tumpang tindih.
Ali semakin tidak nyaman, karena seluruh tubuhnya menempel hangat di tubuh Mika.
Seketika pikiran Ali menjadi kemana-kemana. Berandai jika suatu saat memang Mikalah yang nanti menjadi istrinya.
Dengan naluri seorang laki-laki, Ali pun mendekatkan wajahnya ke arah wajah Mika yang masih tertidur.
Ia memperhatikan wajah Mika kalau memang Mika sangatlah manis. Dengan alis tebal yang hampir menyambung. Sedikit kumis tipis di atas bibirnya. Wajah nya yang putih mulus bak kulit bayi. Benar-benar sempurna.
Tanpa pikir Panjang lagi, Ali pun mendekatkan b*birnya ke b*bir mungil Mika.
Dikecuplah b*bir mungil nan ranum itu, namun masih tetap saja Mika tertidur dengan nyenyak karena pelukan hangat dari Ali sangatlah membuat nyaman.
Ali tak ingin berkelanjutan semakin mendalam, ia beranjak dari ranjang Mika. Dan segera membopong Mika ke dalam kamar mandi.
Namun saat tubuh Mika diangkat dan hendak dibopong ke kamar mandi, Mika pun terbangun dengan sangat terkejut.
“Bang Ali, turunin aku.”
“Lagian dibangunin susah banget sih kamu?” ucap Ali yang langsung meletakkan kembali tubuh Mika yang berada dalam bopongannya.
“Iya, aku sudah bangun kok, maaf ya.” Mika pun merengek sambil memeluk Ali Kembali.
Tak ada jarak diantara mereka. Mereka sudah sangat dekat sedari kecil. Terlebih Ali selalu menjadi pahlawan bagi Mika. Mika sangat nyaman jika berada didekat Ali.
“Ya sudah, sana mandi. Mama kamu sudah siap-siap. Kalau lama aku tinggal ya.” Ujar Ali kepada Mika dan melepaskan pelukan Mika.
Mika mengangguk cepat. Ia segera membersihkan tubuhnya dan bersiap-siap karena takut ditinggal.
***
“Jaga kesehatan ya sayang, jangan ditunda-tunda makannya. Kuliah yang benar, baik-baik di Asrama. Kalau ada apa-apa segera hubungi Ali. Mama sudah percayakan kamu ke Ali dan keluarga tante Dian.” Pelukan Naila sangatlah hangat. Ingin selalu Mika didekat Naila dan Rozak.
“Jaga diri baik-baik ya, nak. Jaga pergaulan kamu. Jangan sampai salah.” Rozak turut mengusap pucuk kepala Mika dan sesekali mencium pipi Mika.
Mika mengangguk terisak. Ia sangat sedih jika harus berjauhan dengan keluarganya.
Kenapa mereka harus menetap di Yogya? Sedangkan Mika masih kuliah di Poltekkes perbatasan antara Jakarta dan Depok.
Mika tak sanggup berkata-kata, dadanya sudah sesak.
Ali menyemangati Mika lewat rangkulannya. Mika melihat adiknya yang tampak sudah beranjak remaja. Mika rindu bercengkrama lagi dengan adiknya seperti saat dulu ia masih sekolah.
“Ya sudah, kami masuk dulu ya Mika, Ali. Pulang kerumah hati-hati.” Ucap Naila.
Mika dan Ali berdiri di depan lobby dan tidak diizinkan untuk masuk oleh petugasnya, hanya penumpang saja yang diizinkan masuk ke dalam bandara.
“Baik tante, Om, Sarah. Kalian hati-hati ya. Kalau sudah sampai kabari kami ya.”
Merekapun mengiyakan pembicaraan Ali, namun Mika tak banyak bicara.
Dadanya sudah terasa sangat sesak. Tak bisa keluar sepatah katapun dari mulutnya yang kaku itu.
Naila, Rozak dan Sarah memeluk Mika.
“Sudah.. sudah.. seperti akan ditinggal kemana saja. Orang hanya ke Yogya. Kalau kamu ingin ke Yogya tinggal minta temani saja sama Ali.” Rozak nampaknya sudah geregetan melihat Mika yang sedari tadi hanya sesenggukan saja.
“Hehehe iya Om, Siap!!!” sahut Ali.
“Sudah ya, Assalamu’alaikum.” Naila menyahuti kembali dan bergegas untuk masuk ke dalam Bandara.
“Wa’alaikumsalam.” Jawab Mika dan Ali.
Mika dan Ali melambaikan tangan. Air mata Mika kembali menetes deras.
Ali menoleh kearah Mika, dan mengusap halus air mata yang telah membasahi pipinya.
“Hmmm.. manisnya hilang deh.” Goda Ali sambil mengusap air mata.
Mika langsung berjalan kearah parkiran mobil dan langsung masuk kedalam nya.
Disusul Ali berlari-lari kecil mengejar Mika.
Bruukkk!!!
Mika menutup pintu mobil dengan lumayan kencang.
“Mika sayang, sudah ya jangan menangis terus, ah. Nanti kalau kamu mau ke Yogya, aku siap menemani kamu kemana saja.” Mika menoleh dan langsung menarik crewneck milik Ali.
Emmuacchhh!!!
Mika segera mencium pipi Ali dengan gemasnya.
Sontak Mika melihat betapa terkejut nya Ali saat Mika mencium secara mendadak. Ia tampak melongo.
“Ini nggak sekalian?” tunjuk Ali ke arah bibirnya.
“Ih, ngarep.”
“Ih, nggak apa-apa kali sekali saja mah.”
“Bang Ali sudah gila apa yah? Sudah ayo jalan.” Perintah Mika pada Ali.
Ali tampak tersenyum melihat Mika sudah bisa berbicara karena sedihnya sudah sedikit mereda.
***
Tok..
Tok..
Tok..
Terdengar pintu kamar Mika diketuk oleh seseorang.
Mika menoleh dan mendapati Ali yang berdiri di dekat pintu.
“Kenapa Bang?” tanya Mika kepada Ali.
Mika melihat Ali menutup pintu kamar.
Ali menghampiri Mika dan membantu Mika merapihkan beberapa pakaian, karena hari ini juga Mika akan kembali ke Asrama untuk melanjutkan kuliah keperawatan gigi.
“Kamu mau aku antar jam berapa?” tanya Ali sedikit murung melihat Mika.
“Abang hari ini mau dinas memangnya?”
“Aku sengaja izin untuk mengantarmu, Mika.”
“Oh, begitu. Tapi kok abang kelihatan sedih?Kenapa Bang?”
“Nggak apa-apa, hanya agak sedih saja, keluargamu sudah kembali ke Yogya. Dan kamu akan kembali ke Asrama. Pasti rumah jadi sepi ya.” Ali memanyunkan bibirnya.
Mika pun seketika turut bersedih. Mika memeluk Ali yang sedang berdiri didepannya.
Disambutlah pelukan Mika oleh Ali.
Entah mengapa, Mika merasa pelukan Ali jauh lebih hangat dan tidak seperti biasanya.
Mika sangat menikmati dan nyaman sekali dipeluk oleh Ali.
Mika mendongakkan wajahnya ke atas dan melihat wajah Ali. Ali mencium pucuk kepala Mika dengan lembut.
Tak luput Ali juga mencium pipi Mika tanda ia gemas dengan Mika.
“Mika, aku sayang kamu,” ucapnya lirih ditelinga Mika.
Mika menanggapi rasa Ali.
Ya, pasti sayang kepada Mika karena sayang sebagai sepupu kan?
“Aku juga sayang kamu, Bang Ali.” Sahut Mika dan mempererat pelukannya.
Mika dan Ali saling berpandangan, saling menatap.
“Kamu nggak bisa izin satu hari lagi ya, Mika?” tiba-tiba Ali menanyakan kepada Mika untuk mengharapkan Mika izin satu hari lagi.
“Kenapa memangnya, Bang? Aku sudah libur dua hari ditambah izin satu hari lagi.”
“Aku belum puas bercerita ke kamu, masih banyak yang ingin aku ceritakan.”
“Yah, bagaimana bang! Dua minggu lagi kan aku bakalan pulang lagi, Bang. Kamu tumben-tumbenan deh Bang agak aneh seperti ini.” Tanya Mika penasaran mengapa Ali menjadi bersikap seperti ini.
“Ya sudah deh kalau nggak bisa nggak apa-apa.” Ali tampak kecewa dan mengendurkan pelukannya.
Mika tak tahu apa yang sedang terjadi kepada Ali.
“Mika, ada rahasia yang ingin aku ungkapkan.”