Karena hutang ayahnya, Ervina terpaksa menikah dengan seorang CEO yang terkenal dingin, kejam dan tak tersentuh. Kabarnya sang CEO tidak bisa melupakan mantan istri pertamanya.
Narendra Bimantara, Seorang CEO yang membenci sebuah pernikahan karena pengalaman buruk di masa lalu. Namun, karena putri semata wayangnya yang selalu meminta Ibu, Naren terpaksa menikahi Ervina sebagai pelunas hutang rekan kerjanya.
Namun, Naren tak pernah berfikir menjadikan Ervina istri sungguhan, dia berfikir akan menjadikan Ervina baby sister putrinya saja.
Dan membuat perjanjian pernikahan dengan Ervina.
Ikuti kisah IPHMDK
karya Roro Halus.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Roro Halus, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
31. Hanya kau yang merasakan kehangatan tubuhku
"Maukah Mas belajar mencintai, Na?" lirih Ervina tepat di depan bibir Naren selepas saling memanggut.
Jedar!
Bak petir yang langsung menghunus jantung Naren, ucapan Ervina membawa debar tersendiri hingga membuat Naren membeku dengan jantung yang berdetak kencang.
Tok! Tok!
Hingga ketukan pintu menyadarkan Ervina dan Naren, kemudian Naren berdiri dan membuka pintu, "Ada apa, Sus?"
"Maaf, Pak, sudah waktunya membawa pasien atas nama Calisha Bimantara menuju ruang operasi!" ucap suster itu.
"Baiklah!"
Naren kemudian membuka pintu lebar agar suster itu masuk dan membawa Calisha, Naren mendekati Ervina dan menuntunnya berdiri, "Waktunya Calisha operasi, Na!"
Ervina mengangguk!
"Aku harus bangunkan Calisha, Mas, aku sudah janji!" ucap Ervina.
"Iya, kita ikuti suster itu dulu!" ucap Naren.
Akhirnya mereka semua masuk lift dan naik ke lantai enam tepat satu lantai di atas ruang rawat Ervina dan Calisha menuju ruang operasi.
Ruangan yang selalu membuat Ervina berdetak kencang!
"Sha, bangun, Sayang!" lirih Ervina di dalam lift, "Sha sudah harus diperbaiki ginjalnya sekarang, Nak!" lanjutnya.
Membuat Calisha mulai mengerjap, "Mom!"
"Iya, Sayang!" jawab Ervina membuat Calisha kecil itu tersenyum, "Dad!" panggilnya lagi.
"iya, Sha!" jawab Naren.
"Sha sayang Mommy Na dan Daddy," ucapnya bersamaan dengan lift terbukan dan didorong mendekati ruang operasi.
"Mommy Na dan Daddy jauh lebih sayang Calisha, sayangnya pake banget, banget, banget!" ucap Ervina sambil mengusap pipi Calisha lembut.
Gadis itu hanya bisa tersenyum sambil mengangguk!
Suster itupun berhenti sebentar menunggu Calisha menyelesaikan obrolannya dengan kedua orang tuanya itu, "Jangan bertengkar Mommy, Daddy!" ucapnya.
Naren dan Ervina sontak mengangguk, "Tentu!"
Setelah itu Calisha melambaikan tangannya pada kedua orang tuanya itu dan suster mendorong memasuki ruang operasi untuk melakukan operasi kedua kalinya.
Luruh!
Seketika Ervina luruh saat pintu itu tertutup dan menenggelamkan lambaian tangan dan senyum putrinya!
Dan senyum putrinya itu justru mengiris hati Ervina.
Bruk!
"Sha!" tangis Ervina membuat Naren duduk dan memeluk istrinya dalam dekapannya, memberikan dada untuk Ervina menghapus kekhawatiran akan putri kecil mereka.
"Sha pasti akan baik-baik, saja, percayalah Na!" ucap Naren.
Ervina hanya bisa mengangguk dalam pelukan Naren namun tak bisa menghentikan tangisnya, hatinya tersayat melihat tatapan dan wajah pucat putrinya.
Hancur!
Hati ibu mana yang tidak sakit melihat putrinya sedang kesakitan!
Bahkan sedang kehausan dan kelaparan saja sudah cukup membuat hati seorang ibu remuk.
"Kamu Mommy terbaik untuk, Calisha, Terima kasih, Na!" lirih Naren sambil mengecupi puncak kepala Ervina.
Hati Naren dipenuhi haru melihat cinta Ervina yang begitu tulus untuk putri mereka!
'Yah, Ervina pengecualian! Tidak semua wanita mata duitan dan pamrih! Ervina adalah wanita itu, tulus, baik dan penuh kasih sayang' batin Naren.
Naren tak meminta Ervina berhenti menangis, justru memberikan tempat ternyaman untuk istrinya menangis, membiarkan hatinya lega setelah ini.
Merengkuh tubuh mungil yang tengah berbadan dua itu nyatanya juga membuat hati Naren jauh lebih tenang.
Hingga tangis Ervina itu lama kelamaan sudah mereda, "Mau ke kamar dulu sebentar, waktunya lepas infusmu, Na?" tanya Naren.
Ervina hanya mengangguk menjawab suaminya itu.
Naren memapah istrinya itu untuk turun kembali ke ruang rawat sebentar saja untuk melepas infus Ervina, karena Ervina sudah membaik dari sebelumnya.
Naren merasa tak tega melihat tubuh lemas istrinya itu, kemudian menggendongnya ala bridal sambil berjalan tegap menuju ruangannya.
Bersamaan dengan dokter yang mengikuti Naren, mengecek keadaan Ervina sebentar setelah itu melepas infus, "Tetap harus dijaga makannya, jangan sampai kelelahan dan stres!" ucap dokter itu memberikan instruksi.
Ervina mengangguk, "Baik, Dok!"
Dokter itu tersenyum dan menoleh pada Naren, "Jangan terlalu bersemangat saat menyentuh bumil Anda, pak, sebaiknya kurangi intensitas sampai masuk trimester ke dua!"
Naren mengangguk, "Baik, Dok!"
Setelah beberapa saat, dokter keluar dan Naren kembali menggendong Ervina untuk keluar, "Stop, Mas! Jangan gendong Na!" pekik Ervina, "Na mau jalan!"
"Kamu masih belum boleh terlalu capek!" ucap Naren dengan tegas sambil terus berjalan menghiraukan ucapan Ervina.
Membuat Ervina kesal dan hanya menatap Naren dari bawah dengan kesal.
"Jangan menatap seperti itu, nanti jatuh cinta!"
"Percaya diri sekali, Na pastikan Mas Naren yang akan mencintai Na terlebih dahulu!" ketus Na.
Naren hanya tersenyum tipis mendengar ucapan ketus Ervina!
Namun sesaat kemudian Ervina merutuki jantungnya yang berdebar melihat senyum di bibir Naren tercetak, dengan rahang tegas yang sangat jelas terlihat dari bawah. Bersamaan dengan itu aura dominan dan aroma maskulin bercampur keringat menguar menyapu indra penciuman Ervina.
Ervina baru menyadari jika suaminya memang sangat mempesona, 'Bodoh, ini mah namanya aku yang terlalu percaya diri, seorang Naren mencintaiku, mana mungkin! Yang ada aku yang jatuh dalam pesona suamiku!" batinnya.
Ervina kemudian memalingkan wajahnya, takut jika dirinya justru jatuh pada pesona suaminya itu.
Ervina mengakui suaminya kini berubah, sudah lembut dan perhatian!
Bagaimana dia tidak terpesona!
Tampan dengan wajah blesteran Indo-Belanda membuat siapa saja jatuh hati.
Hot!
Sexy!
Dan pengertian!
Bukankah suaminya tergolong pria sempurna! pikir Ervina.
Dan jangan lupakan kekayaannya yang melimpah ruah, pasti selama ini menjadi incaran banyak wanita!
"Jangan melamun!" lirih Naren.
Deg!
Ervina mengerjapkan matanya mendengar bisikan Naren, kemudian melihat jika dirinya sudah duduk di kursi tunggu depan ruang operasi Calisha.
'Sial!' batin Naren kemudian menatap Naren, "Terimakasih, Mas!" ucapnya berterima kasih sudah di gendong, walau malu Ervina buru-buru menetralkan hatinya.
"Sama-sama, Na!" jawabnya, "Melamun apa, sampai menatapku seperti itu?"
Sial!
Ervina sontak menarik nafas panjang kala suaminya mengungkit itu, "Tidak, hanya tengah memikirkan kamu!" jawabnya.
"Mikir apa?"
"Kamu! Aku kasihan, pasti hidupmu kesepian karena tidak memiliki cinta!" sindirnya.
"Tidak juga!" jawab Naren datar.
"Tidak mungkin!"
Naren kemudian menoleh, "Banyak perempuan yang datang menawarkan cinta, tubuh, dan kepuasan untukku secara gratis, Na! Tapi aku menolaknya!"
"Tidak mungkin, baru kemarin aku melihat wanita dengan baju kurang bahan itu di meja kantormu! Saling kokop mengkokop!" ketus Ervina yang baru saja mengingat kejadian yang membuatnya di rawat di rumah sakit.
Seketika rasanya Ervina ingin menguncir bibir Naren dengan kawat besi, saking kesalnya.
"Tapi kamu yang aku sentuh, bukan?"..
Ervina kemudian menaikkan satu bibirnya, "Cih! Jika aku tidak datang pasti kamu sudah menanam benihmu pada jalang itu!" sarkas Ervina.
Naren tersenyum mendengar ucapan sarkas Ervina, entah kenapa membuat Naren senang, "Tapi tidak terjadi, Na!"
Sontak Ervina menatap tajam dengan netra elangnya pada Naren, "Kamu sering melakukan dosa itu ya, Mas?"
Naren menggeleng, "Tidak!"
"BOHONG!" pekik Ervina kelepasan berteriak di depan ruang operasi dan sesaat kemudian langsung menutup bibirnya dengan kedua tangan dan memalingkan wajahnya dari Naren karena kesal.
"Hanya kamu yang merasakan kehangatan tubuhku, Na!" lirih Naren.
Deg!
Entah kenapa ucapan itu membuat Ervina berdebat dengan sengatan aneh di setiap inci tubuhnya, tubuhnya pun memanas.
"Saat pertama kali untukmu, itu juga pertama kalinya untukku!" lanjut Naren.
Glek!
Ervina menelan savilanya dengan berat karena ucapan Naren terdengar tulis dan tidak ada kebohongan, 'Pantas dia sangat terkejut saat itu, dan tak bisa mengendalikan diri sampai meracau, memekik, membuka mulutnya dengan erangan yang panjang, seperti sangat menikmati tubuhku yang dia benci saat itu!' batin Ervina.
Kemudian Ervina menoleh, "Kau tidak menyentuh Rania saat berpacaran bertahun-tahun sejak SMA? Kenapa?"
Entah kenapa pikiran itu cukup mengganggu Ervina.
"Karena—"
Ting!
Belum sempat Naren menjawab, pintu ruang operasi sudah lebih dulu berbunyi pertanda operasi sudah selesai, dan dengan cepat Ervina meninggalkan Naren untuk mendekat menjemput putrinya.
Cklek!
"Loh, mana putri saya, Dok?" todong Ervina saat dokter keluar tanpa ranjang Calisha, padahal kemarin saat keluar bersamaan dengan ranjang Calisha.
"Maaf, Bu—"
"TIDAK! JANGAN MEMINTA MAAF, MANA CALISHAKU! KATAKAN DIA BAIK-BAIK SAJA, DOK!" pekik Ervina memotong ucapan dokter itu dengan cepat dengan dada naik turun.
Dokter itu menunduk mendengar ucapan Ervina.
"Dok, Katakan, jangan membuat kami bingung!" pinta Naren yang sudah lebih dulu merengkuh tubuh istrinya yang sudah menangis terisak.
Dokter itu kemudian menggeleng, "Maaf, kami sudah melakukan semaksimal mungkin—"
Jedar!
Bruk!
"Na!"
Bersambung....
Calisha 😭
Jangan kenapa-napa, please🥺
Jangan lupa Follow author, Like, komen, dan vote, biar author semangat nulisnya 🥰🥰
NICU (neonatal ICU) itu buat bayi baru lahir berusia 0-28 hari
kalo naren O, istrinya A: anak anaknya mungkin O dan A
kalo naren O, istrinya B: anak anaknya mungkin O atau B
lanjut Thor aku br comeback ke noveltoon LG setelah lama ku abaikan.heee