Di bawah lampu kerlap-kerlip euforia club, Rane, si Single Mom terpaksa menjalankan profesi sebagai penari striptis dengan hati terluka, demi membiayai sang anak yang mengidap sakit jantung.
Di antara perjuangannya, kekasih yang dulu meninggalkan dirinya saat hamil, memohon untuk kembali.
Jika saat ini, Billy begitu ngotot ingin merajut asmara, lantas mengapa dulu pria itu meninggalkannya dengan goresan berjuta luka di hatinya?
Akankah Rane menerima kembali Billy yang sudah berkeluarga, atau memilih cinta baru dari pria Mafia yang merupakan ipar Billy?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon malkist, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 22
"Lima!"
"Dengan berat hati, saya harus menolak uang Anda, Tuan Billy." Madam lebih memikirkan keselamatan usaha nya di tangan Marc, ketimbang harus menerima uang yang sangat banyak dari Billy.
Gigi Billy menggertak geram. Pergi dengan membawa kekesalan dan rasa penasaran pada orang yang lebih gila menyewa jasa Rane dalam kurung satu bulan.
"Hais, harusnya sejak awal aku membebaskan Rane di bar sialan ini." Billy merutuk keleletannya. Sebelum nya ia tidak terpikirkan kalau ada lelaki lain yang mengincar Rane.
Drrrrt...
Malas-malasan, Billy melirik nama Marc yang tertera di layar gawai nya yang memang sudah banyak panggilan yang diabaikan nya.
Tak menghiraukan, Billy justru membiarkan dan memilih untuk konsentrasi menyetir.
Drrrrt...
Kali ini dari Devon.
"Ada apa?"
"Brengsek kau!"
Kenapa Devon memakinya?
"Kau menyusahkan ku terus!"
Billy malas menjawab omong kosong Devon.
"Kakak ipar mu memaksa ku datang ke rumah mu."
Baru lah Billy tertarik mendengar nya. "Buat apa?"
"Sedari tadi kau tak menjawab telepon nya maupun Sia. Pulang lah, Sia ada di rumah. Istri mu itu memaksa out dari rumah sakit dengan alasan kau ada di rumah. Nyatanya kau berkeliaran malam malam. Dan Marc barusan pergi entah mau kemana. Aku justru terjebak disuruh menjaga Sia baik-baik. Jadi, pulang lah segera!"
Saking prustasi nya, Devon sampai berteriak. Bagaimana tidak pusing tujuh keliling, Marc mengancam nya akan memotong burung nya jika Sia kenapa-kenapa di bawah pengawasan nya sebelum Billy pulang. Sialan, di hadapkan Sia yang memiliki tempramental tak terkontrol, membuat nya pusing sendiri.
"Kau sangat berisik seperti kucing kurang kawin. Baik - baik lah di sana. Aku tidak akan pulang malam ini." Billy mematikan sepihak.
"Yaak, kau ... Bajingan!" Devon memaki geram dengan suara tertahan menyadari Sia keluar dari kamar nya.
"Dia di mana?"
Sia berjalan terus dan Devon terpaksa mengikuti. Jangan sampai wanita nekat ini berbuat gila melukai diri sendiri karena Billy yang tak pulang pulang.
"Apa dia akan pulang?" Sia duduk di bar mini.
"Hei, kau jangan minum alkohol dulu. Kau bahkan belum pulih total. Sini!" Devon merebut botol yang belum sama sekali dicicipi isi nya oleh Sia.
"Kau seperti Marc. Ini dan itu serba dilarang nya." Sia mendumel. Dan makin kacau melihat Devon menikmati minuman itu seorang diri. "Apa kau kenal wanita nya?"
"Uhuuuk..." Devon tersedak, batuk batuk mendengar pertanyaan Sia yang sangat ia ketahui jawabannya.
"Apa dia lebih cantik dari ku?"
"Mana aku tahu."
Meski sering bertengkar dengan Billy, sejati nya Devon adalah teman baik yang menyimpan rahasia jika sudah berjanji.
Ditatap curiga seperti itu, Devon menekan sikap gelisah nya dengan cara mendorong botol itu ke Sia. "Marc tidak ada, kau perlu menikmati hidup setelah keluar dari rumah sakit. Minum lah. Lupakan sejenak apa yang menjadi beban dipikiranmu."
Sia memiringkan sudut bibir nya, culas. Tapi, ia tak menolak minuman itu. Lagi dan lagi menenggak membuat Devon menghela nafas kasar.
"Jangan banyak - banyak juga. Kau bisa mabuk. Lihatlah, mata mu bahkan sudah merah."
"Hahahaha..." Sia tiba tiba tertawa dingin. "Aku yakin, kau pasti tau wanita Billy! Katakan padaku!"
Kalau didesak untuk bicara, Devon justru membiarkan wanita merepotkan ini untuk mabok saja.
"Minumlah." Tadi saja melarang, sekarang justru dengan senang hati menuangkan nya untuk Sia dan dirinya juga. "Mari berlomba, siapa yang lebih banyak menghabiskan isinya."
Devon justru ikut minum banyak. Tapi, ia masih memiliki sedikit kesadaran, tak seperti Sia yang sudah menaruh kepalanya di atas bar mini.
"Ck, merepotkan."
Devon meraup Sia masuk ke dalam kamar dengan jalan yang sedikit sempoyongan.
Bugh...
Sialan, ia justru jatuh bersama ke kasur.
Devon berusaha untuk lepas, tapi Sia makin kuat memeluk nya.
"Dasar bodoh, kau jangan memancing ku. Aku bahkan bisa makan siapapun dalam keadaan terdesak."
Setelah berusaha payah, Devon akhirnya bisa lepas dari belenggu Sia. Namun, wanita itu tiba-tiba duduk dengan wajah layaknya orang mabuk.
"Lihat, apa aku kurang menarik? Dari sisi mana kekurangan ku?"
Shiiit...
Kepala bawah Devon berdenyut melihat wanita di depannya melepaskan benang nya.
Devon menggeleng kuat, mencoba mencari kewarasannya untuk tidak tergoda dengan cara membalik tubuh hendak keluar, tapi Sia justru beranjak menghadang nya dengan cara merentangkan kedua tangan dengan bagian atas terbuka. Bagaimana Devon yang gila ranjang ini tidak tergoda coba?
"Sia, kau mabuk."
Sia menggeleng kuat. "Aku tau kau ... Devon."
Devon tertegun, jadi Sia masih mengenalinya.
"Apa kau tau, Billy mengabaikan ku sepanjang masa pernikahan kami. Aku bahkan tidak tau kekurangan ku di mana? Lihat, apa aku kurang menarik di mata mu juga?"
"Lihat jari ku, ini berapa?" Devon mengetes kewarasan Sia.
"Hahahaha, tentu itu empat."
Sialan, wanita ini jelas jelas mabuk. Dua di kata empat.
"Menyingkir!" Meski tergoda dengan pemandangan indah di depan nya, Devon tetap menolak karena Sia adalah adik sialan Marc dan istri Billy.
Hempp...
Yaakh, wanita ini malah mengetes pertahanan nya dengan cara menyosor.
Tolong, aku diperkos4! Rasanya, Devon ingin menjerit itu, tapi kelakian nya menyukai nya. Jadinya, Devon pasrah. Persetan dengan logika, terpenting makan dulu.
***
Di sisi Marc yang sedang bertransaksi dengan bisnis ilegalnya di sebuah gudang, tiba tiba mendapatkan telepon dari informan yang dikirim nya untuk menyelidiki asal usul wanita Billy.
"Rangkup dalam file dan kirimkan lewat email ku. Aku ingin mempelajari nya secara terperinci."
"Baik, Bos. Tunggu satu jam."
"Aku tidak suka menunggu lama. Cukup tiga puluh menit!"
"Saya usahakan."
***
"Rane..."
Rane melirik jam, setengah tiga pagi Billy sudah datang mengganggu nya.
"Aku ingin bicara," bisik Billy.
"Bisakah nanti saja? Aku butuh istirahat." Rane menolak bangkit dari sisi Dande yang tertidur nyenyak.
"Ini serius. Tentang keselamatan kita dan anak mu."
"Hah?" Rane baru bersedia bangkit. "Apa maksudmu?"
"Aku tidak punya banyak waktu menjelaskan nya. Intinya, kita harus pergi dari kota ini. Segera . Ku mohon untuk menurut. Nanti, aku akan menjelaskan nya di jalan. Please, jangan membantah demi kebaikan kita."
Tahu watak Marc yang tak pernah omong kosong jika sudah berikrar, Billy tentu ingin lebih dahulu mengambil langkah awal untuk mengamankan Rane. Lebih lebih, ia tahu akan ada seseorang yang menyewa jasa Rane dalam satu bulan, tentu nya Billy tidak rela.
kasihan rane nanti