Diki Arya Wijaya harus menelan pil pahit saat matanya melihat istrinya masuk ke dalam kamar hotel bersama laki laki lain yang ia tak kenal, dan betapa terkejutnya dia saat mengetahui apa yang di lakukan istrinya dengan laki laki itu di dalam sana membuat ia ingin membunuh keduanya saat itu juga.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon jero rina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 12
Ke esok harinya Clarisa datang ke kantor Diki dengan wajah yang merah padam, Clarisa memaksa masuk meski sudah di larang karna Diki sudah meminta agar tidak mengijinkan wanita tukang selingkuh masuk ke ruangannya.
"MAS DIKI.." teriak Clarisa dari luar ruangan Diki karna terhalang oleh Tomi dan Santi sekertaris Diki.
"Mau apa lagi si dia kesini, apa gak cukup luka yang ia berikan pada ku?" ucap Diki frustasi kerena mendengar suara teriakan Clarisa yang cukup keras bagaimana pun Diki masih sangat mencintai wanita itu juga begitu merindukannya, tapi ia sangat kecewa dengan apa yang sudah dia lakukan padanya.
"Apa yang harus aku lakukan... Aku gak kuat kalo harus begini terus, aku masih sangat mencintainya haruskan aku egois memisahkan anak dari ayahnya karna ke egoisan ku?" tanya Diki pada dirinya sendiri.
Diki menjadi goyah dengan keputusannya sendiri setelah mendengar teriakan dan juga tangisan Clarisa, karna ini pertama dirinya membuat wanita itu menangis dan itu sangat menyakitkan hatinya, satu sisi da'i masih sangat mencintai wanita itu, tapi satu sisi ia juga ingat ucapan mama Nadin yang tidak Sudi lagi punya menantu seperti dia, haruskah dia melepaskan wanita yang ia cintai meski ia sudah tau kalo wanita itu tidak mencintainya dan mencintai pria lain, ingin rasanya ia pergi dan mungkin keputusan papa Juna mengirimnya kembali ke Belanda adalah pilihan yang tepat untuk melupakan dia dan jga semua kenangan tentang dirinya.
Dengan segera mengambil headset dan menyalakan musik yang cukup keras agar ia tak lagi mendengar suara wanita itu, dan syukur setelah ia mendengarkan lagu ia mulai tenang dan di lagu berikutnya ia jadi termenung mendengarkan lirik lagu yang begitu pas dengan kisahnya.
"Ini salahku terlalu memikirkan egoku
Tak mampu buatmu bersanding nyaman dengan ku hingga kau pergi tinggalkan aku
Terlambat sudah
Kini kau tlah menemukan dia
Seseorang yang mampu membuatmu bahagia ku ikhlas kau bersanding dengannya
Aku titipkan dia
Lanjutkan perjuanganku tuk nya
Bahagiakan dia kau sayangi dia
Seperti ku menyayanginya
Kan ku ikhlaskan dia
Tak pantas ku bersanding dengannya
Kan ku terima dengan lapang dadaku Aku bukan jodohnya.
...****************...
Diki termenung mendengarkan setiap bait lagi itu, dan tak terasa air matanya menetes di pipinya karna terlalu menghayati lagu itu yang sama persis dengan hidupnya.
Kini ia sadar kalo ia egois, ia pikir dengan ia sibuk kerja cari uang buat Clarisa istrinya itu akan senang, tanpa perduli apa yang di butuhkan Clarisa, bahkan ia tak pernah sekali pun menemaninya berbelanja atau menjemputnya di salon, ia hanya memberikan kebebasan yang penuh dan memberikan banyak uang agar istrinya itu senang dan bahagia, dan sekarang ia sadar dengan kesalahannya itu setelah mendengarkan keluh kesah Clarisa pada laki laki itu beberapa hari lalu.
Padahal apa yang ia lakukan adalah agar bisa memenuhi semua kebutuhannya, membahagiakan dia dengan limpahan materi agar ia tidak mengingat soal anak yang memang dia gak mau memilikinya.
"Apakah aku bisa mengikhlaskannya seperti lagu itu?" tanya pada diri sendiri.
"Harus.." sahut Dika yang entah kapan ia sudah berada di sofa ruangan Diki.
"Loh kak, Lo kapan sampai kok gue gak tau." ucap Diki sambil menghapus air matanya dan berjalan menuju sofa dimana Dika duduk...
"Lo yang terus melamun sambil nangis mana sadar kalo gue udah datang dari tadi." ucap Dika dan membuat Diki seketika sedih karna teringat lagu yang baru saja ia dengar.
"Kak apa gue bisa ikhlasin dia buat laki laki itu? jujur gue masih sangat mencintai dia, tapi gue gak tega kalo misahin anak dari bapak kandungnya." ungkap Diki jujur karna saat ini Diki benar benar bingung harus bagai mana.
"Sepertinya tawaran papah ke Belanda memang sangat cocok buat Lo agar Lo bisa lupain dia.
Lo jangan egois Dik, gue tau Lo masih sangat mencintai dia, tapi dia yang tidak mencintai Lo, buktinya ia sengaja gak mau hamil anak Lo dan memilih mengandung anak laki laki itu, apa Lo bisa hidup dengan orang yang gak mencintai Lo, dan Lo gak boleh misahin anak dan ayahnya, itu dosa,!. lepaskan dia, gue yakin Lo bisa." ucap Dika menepuk pundak Diki.
.
.
Bersambung....
Mak othor tunggu ya kunjungan nya..