Liliana Larossa tidak sengaja menemukan anak laki-laki yang berdiri di bawah hujan di depan restoran ayahnya. Karena kasihan Liliana menjaga anak tersebut dan membawanya pulang.
Namun siapa sangka kalau anak laki-laki bernama Lucas tersebut merupakan anak bos tempatnya bekerja, sang pemilik perusahaan paling terkenal dan termasyur di San Francisco bernama Rion Lorenzo. Dan sayangnya, Lucas begitu menyukai Liliana dan tidak mau dipisahkan dari gadis tersebut. Hingga Rion harus mau tidak mau meminta Liliana tinggal di rumah Rion dan mengasuh Lucas dengan bayaran Liliana dapat tetap bekerja dari rumah sebagai IT perusahaan Lorenzo.
Tapi bagaimana jika Liliana tanpa sengaja menemukan fakta siapa sebenarnya Rion Lorenzo, yang merupakan ketua dari organisasi bawah tanah, Mafia? Dan harus mengalami banyak kejadian dan teror saat ia mulai menginjakan kakinya di rumah Rion?
Ikuti kisah Liliana dalam mengasuh Lucas sekaligus menghadapi sang ketua Mafia dalam teror yang akan mereka hadapi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yhunie Arthi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 3. BOS?
Kini Lili berdiri di depan sebuah rumah besar nan megah, dengan pekarangan besar juga terawat. Napas gadis itu seperti tersangkut di tenggorokan ketika mendapati kalau pria bernama Dante ini membawa dirinya ke tempat yang tidak pernah gadis itu sangka ketika mengatakan akan menemuiku dengan ayah Lucas.
Lucas sendiri masih bergelayut manja dalam gendongan Lili, melingkarkan tangan kecilnya pada leher sang gadis tanpa ada niat melepaskan. Namun bisa terlihat bocah itu tampak tenang, jauh lebih tenang ketika ia berada di rumah Lili pagi tadi.
"Tuan Lucas, biar saya yang menggendong Anda," kata Dante yang berdiri mendekat ke sang gadis seraya mengulurkan tangan untuk mengambil bocah lima tahun itu.
"Tidak mau, Dante jelek," tolak Lucas langsung.
Dante terdiam mematung mendengar penolakan dari majikan kecilnya itu. Tentu itu bukan penolakan pertama. Lucas tidak ingin digendong oleh Dante karena pria tinggi itu pernah memeluk sang bocah begitu erat dan membuatnya marah saking gemasnya pria tersebut kepada Lucas. Sejak itu Lucas selalu menolah harus digendong Dante jika tidak dalam kondisi darurat.
"Pfftt." Terdengar Lili yang tak sengaja hendak tertawa mendengar penolakan Lucas barusan. Ia berusaha mati-matian agar tidak tertawa di depan Dante walau ia bisa melihat kalau pria itu menatap protes Lili karena menertawakannya.
"Sebaiknya kita segera masuk ke dalam," suruh Dante akhirnya. Menyerah membujuk Lucas untuk mau dengannya.
Kedua alis Lili terangkat ketika ia melihat bagaimana keadaan di dalam rumah itu. Mewah. Satu kata itu benar-benar menggambarkan suasana dalam rumah. Terkesan sederhana, namun jelas kalau barang-barang di dalamnya bukanlah barang murah. Ditata dengan luar biasa artistik, bersih dan wangi. Membuat Lili menelan ludah dan takut sekedar menginjakan kaki ke dalam rumah tersebut.
"Apa ini benar rumah Lucas?" tanya Lili ke Dante, tidak percaya.
"Benar. Tuan Lucas anak satu-satunya dari pemilik rumah ini. Dia tumbuh besar di sini sejak lahir," jawab Dante.
Lili mengangguk mengerti, dan semakin yakin ketika ia melihat foto-foto Lucas terpajang di figura indah di atas lemari pendek di sudut ruang tamu.
"Kita ke sini. Ayah Lucas sudah menunggu di ruang kerjanya." Dante mengarahkan Lili ke sebuah ruangan dekat tangga, berpintu kayu besar yang diukir sedemikian rupa hingga menyatu dengan gaya rumah ini.
Begitu Dante membuka pintu, bisa Lili lihat seorang pria duduk di balik meja kerjanya. Namun, sosok tersebut sanggup membuat Lili menghentikan langkah di ambang pintu dengan dahi berkerut.
Pria dengan tubuh tegap serta warna rambut serupa dengan Lucas tersebut kini mengangkat kepalanya dari kertas yang ia geluti sejak tadi. Mata biru menatap Lili dengan tajam, penuh penilaian dan raut marah di dalamnya.
LIli kenal dengan baik pria tersebut. Sosok yang jelas memiliki hubungan darah dengan Lucas, seakan versi Lucas dewasa. Tidak menyangka kalau Lili akan bertatap muka secara langsung dengan pria yang merupakan pemilik perusahaan ternama di San Fransisco, tempat dimana Lili bekerja.
"Bos?" ucap Lili spontan ketika melihat atasannya duduk di balik meja kerja tersebut.
Sebelah alis pria tersebut terangkat. Ia berdiri dari kursi kulitnya, berjalan menuju ke arah sang gadis yang sedang menggendong putra kesayangannya.
"Kenalkan Beliau adalah ayah Lucas, Rion Lorenzo. Dan Rion, ini Nona Liliana Larossa, orang yang menemukan Lucas serta yang menjaganya hingga detik ini," kata Dante yang memerkenalkan kami berdua.
Rion terus menatap Lili, menilai gadis tersebut dari ujung rambut hingga kepala. Baginya tidak terlihat kalau gadis itu merupakan orang dengan niat jahat, namun ia tidak percaya dengan matanya.
"Lucas?" panggil Rion dengan suara bass namun terdengar lembut dan penuh sayang ketika menyebut nama bocah lima tahun tersebut.
Lucas yang sejak tadi bergelayut diam di gendongan Lili kini menoleh untuk memandang wajah sang ayah.
Rion mengulurkan tangan, mengambil Lucas dari gendongan Lili. Tentu Lucas langsung menyambut sang ayah hingga bocah itu kini telah berpindah ke gendongan pria berambut legam tersebut.
Lili hanya melihat bagaimana Rion menggendong Lucas dengan baik, jelas kalau pria itu telah terbiasa menaruh Lucas dalam dekapan tangannya. Tak ada keraguan sedikit pun ketika ia menggendong Lucas apalagi tidak nyaman.
"Kau pasti ketakutan, kan? Kau membuatku khawatir setengah mati, Nak," ucap Rion sambil mengelus kepala Lucas.
"Orang jahat membawa Lucas pergi dengan mobil. Lucas tidak suka mereka jadi Lucas pergi," kata Lucas untuk pertama kalinya ia mengatakan apa yang terjadi.
"Berani sekali mereka menculikmu dariku, akan ayah pastikan mereka membayarnya dengan harga pantas," kata Rion berusaha menutupi nada marahnya, tak ingin sampai Lucas melihat sisi buruk Rion walau sedikit saja.
"Menculik?" Lili terkejut mendengar penuturan dari Rion barusan, tak menyangka kalau Lucas sampai terlantar di jalanan karena penculikan bukannya tersesat.
Rion menatap Lili, terlihat sekali ada banyak yang ingin ia katakan dan juga cari tahu dari gadis itu tentang Lucas dan bagaimana ia bisa bersama dengan anaknya tersebut.
"Lucas, ayah ingin bicara dengannya. Kau kembali ke kamar dan istirahat, oke," suruh Rion dengan nada selembut satin.
Lucas menatap Lili, tak ingin pergi tanpa gadis itu.
"Nanti ayah akan kembalikan Lili pada Lucas, kan?" tanya Lucas dengan wajah khawatir kalau-kalau gadis itu akan pergi begitu saja.
Rion menatap Dante dan mendapatkan anggukan dari tangan kanannya tersebut. "Iya, nanti akan ayah kembalikan. Kau kembali bersama Dante ke kamar," katanya.
Dahi Lucas berkerut menatap Dante, tidak suka dengan ide kalau pria itu yang akan mengantarnya ke kamar. Namun sebaliknya, Dante justru tersenyum lebar entah karena apa. Mungkinkah sekedar mengantar Lucas ke kamar dapat membuat pria jangkung itu senang setengah mati?
"Lucas jalan saja, tidak mau di gendong Dante."
Kekecewaan tergambar jelas di wajah Dante yang untuk kesekian kalinya mendapat penolakan dari Lucas yang tidak mau di gendong olehnya. Sepertinya kekesalan Lucas terhadap Dante benar-benar mendarah daging untuk bocah menggemaskan itu.
"Lili, nanti ke kamarku, ya. Aku punya banyak mainan," kata Lucas malu-malu.
Agh, ingin sekali Lili memeluk erat Lucas dan menciumi pipi gembulnya itu. Betapa menggemaskannya Lucas setiap kali bicara malu-malu dengan rona tipis di wajahnya itu. Pantas saja, semua orang di toko pakaian tadi begitu antusias ingin melihat Lucas dari dekat. Bocah itu memang sulit untuk ditolak kehadirannya.
"Iya, nanti aku akan ke sana jika di izinkan," jawab Lili dengan senyum terbaiknya.
Lucas hanya mengangguk, kemudian berjalan pergi meninggalkan ruangan bersama dengan Dante yang masih berusaha membujuk agar dapat menggendong tuan mudanya itu. Walau tentu saja berkali-kali pula di tolak oleh Lucas yang kesal dan justru menyuruh agar Dante menjaga jarak.
Suara langkah yang mendekat ke arahnya membuat Lili yang menatapi kepergian Lucas langsung menoleh ke sumber suara.
Ia terkejut ketika mendapati Rion telah berdiri di hadapannya. Lebih terkejut lagi ketika tiba-tiba pria tersebut mencengkeram leher Lili dengan kuat.
"Jadi katakan sekarang apa tujuanmu mendekati anakku? Aku yakin bukan kesengajaan kau menemukan Lucas dan mau menjaganya. Kau jelas tahu siapa Lucas, kan," kata Rion yang terus mencengkeram leher sang gadis.
Lili tercekat, masih memeroses apa yang sebenarnya terjadi. Namun cengkeraman di lehernya benar-benar tidak main. Ia berusaha untuk melepaskan tangan besar itu, namun sia-sia. Tatapan marah Rion terlihat jelas, membuat gadis itu gemetar takut hanya dengan sekali lihat.
"Le ... pas," pinta Lili dengan usaha keras untuk mengeluarkan suara. Ia mulai kesulitan bernapas sekarang.
Namun cengkeraman di leher itu tidak juga mengendur, justru semakin membuat Lili kekurangan oksigen yang masuk ke paru-parunya.
Sial, apa yang sebenarnya terjadi?! batin Lili menjerit keras atas apa yang ia dapatkan. Tidak mungkinkan pria di depannya ini akan membunuhnya di sini?