"Bila aku diberi kesempatan kehidupan kembali, aku berjanji tidak akan mencintaimu, Damian. Akan ku kubur dalam-dalam perasaan menyakitkan ini. "
Pernikahannya sudah menginjak usia tiga tahun. Namun, cinta Damian tak bisa Helena dapatkan, tatapan dingin dan ucapan kasar selalu di dapatkannya. Helena berharap kehidupan pernikahannya akan terjalin dengan baik dengan adanya anak yang tengah di kandunginya.
Namun nasib buruk kembali menimpanya, saat tengah dalam perjalanan menuju kantor Damian untuk mengatakan kabar baik atas kehamilannya, kecelakaan masal tak terduga tiba-tiba menimpanya.
Mobil dikendarainya terpental jauh, darah berjejeran memenuhi tubuhnya. Badannya sakit remuk redam tak main, lebih lagi perutnya yang sakit tak tertolong.
Lebih dari itu, rasa sakit dihatinya lebih mendalam mendengar ucapan dan umpatan kasar Damian padanya saat Helena menelpon untuk meminta pertolongan pada Damian-suaminya.
"Mati saja kau, sialan! Dengan begitu hidupku akan terbebas dari benalu
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sandri Ratuloly, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
enam belas
Tibanya di mall. Helena tidak langsung melangkah menuju cafe yang jadi niatnya mendatangi tempat ini, dia berencana untuk mampir sebentar ke toko baju, melihat penampilannya hari ini. Helena berniat akan membelikan beberapa blouse dan rok, di lemarinya hanya satu-satunya ini pakaian dimilikinya, selainnya kebanyakan dress.
"Selamat datang, nyonya. " ucapan para pekerja toko baju, yang berdiri dekat pintu masuk. Menyambut kedatangan Helena dengan senyum lebar sambil membungkukkan sedikit badannya.
Helena hanya tersenyum sebagai balasan, dia melangkah masuk kedalam toko baju yang terlihat lumayan rame pengunjung.
Kakinya menuju pada rak gantungan baju blouse yang dicarinya, dan beruntungnya, di sebelah rak terdapat berbagai macam model rok yang di cari Helena. Dirinya tidak perlu lagi untuk mengintari seluruh toko untuk mencari keberadaan rak rok.
"Kamu di sini juga, Helena? "
Helena sontak membalikkan badannya saat mendengar namanya di sebut, wajahnya langsung mengerut tidak suka saat mendapati Trissa lah- si pelaku yang memanggilnya. Namun, wajahnya langsung diubah secepat mungkin menjadi senyuman lebar.
"Eh, Trissa? "
"Kamu datang ke sini juga? Belanja? " ucap Trissa dengan nada tidak suka, menatap penampilan Helena dari atas hingga bawah.
Si*lan! Kenapa penampilan Helena terlihat begitu memukau, Trissa iri!
"Yah, ke sini buat apa lagi kalau bukan untuk berbelanja. Kenapa pertanyaan kamu seperti tidak suka dengan keberadaan aku di sini, Trissa? "
Trissa gelagapan, dengan cepat mengambil tangan kiri Helena untuk dia genggam. "Gak, bukan begitu. Aku hanya bingung saja, kamu bukannya gak suka dan gak pernah datang ke tempat seperti ini ya, apalagi berbelanja pakaian. "
"Hanya ingin melakukan hal baru saja. Baju baju ku dilemari juga terlihat sudah tidak zaman, jadi aku ingin mengganti pakaian dengan fashion terkini. " ucap Helena santai, sambil memilih blouse yang cocok untuknya. "Kamu juga ke sini datang sendirian? Atau bersama teman-teman mu yang lain? "
"Dengan temanku, tapi dia ada mampir ke toko sebelah. Jadi aku terlihat sendirian di sini. " jawab Trissa masih dengan menatap intens penampilan Helena, "Make up kamu, aku baru ingat sekarang. Besok aku akan mengajari kamu bagaimana cara berdandan dengan benar, make up mu aku lihat sangat kusam dan jelek. " tangan Trissa terangkat, hendak menghapus riasan wajah Helena namun Helena dengan cepat menahan tangan Trissa.
"Menurutku tidak perlu, Damian mengatakan dia suka dengan riasan wajahku. Terlihat lebih segar dan cantik, jadi tawaran kamu, aku tolak ya. Aku minta maaf. "
Trissa berdecak pelan atas penolakan Helena, "Damian sepertinya berbohong, riasan di wajah kamu benar-benar jelek sekali, Helena. Wajah kamu tampak lebih tua dan kusam. " kekeuh Trissa, masih berusaha untuk menghapus make up di wajah Helena.
"Menurutku, riasan di wajah kamu yang seharusnya di perbaiki, terlihat jelek dan dempul! Seperti karakter penyihir jahat di sebuah kartun. " celetuk seorang wanita yang sedari tadi mendengar pembicaraan Helena dan Trissa, dan itu membuat gerakan tangan Trissa yang hendak menghapus riasan di wajah Helena harus terhenti.
Trissa mengerutkan wajahnya kesal, menatap wanita tidak dikenalnya dengan marah. "Kamu–
" Apa?! Apa yang aku katakan memang kebenaran, kamu tanya sama yang lain pasti mereka juga mengatakan hal yang sama. " tantang wanita itu tidak takut sedikitpun, dia menatap wajah Helena dan Trissa secara bergantian sebelum kembali melanjutkan ucapannya, "Kalian temenan? Tapi kamu seperti seorang yang iri melihat kecantikan teman mu. "
Trissa seperti kehabisan kata-kata, dia menatap geram wanita itu sebelum pergi begitu saja tanpa berpamitan terlebih dahulu kepada Helena.
"Kamu yakin memiliki teman seperti dia? Terlihat munafik sekali! " hardik wanita itu, berucap pada Helena di sampingnya.
Helena tersenyum miring, mendengarnya. "Sebenernya malas juga berteman dengan manusia bermuka dua sepertinya. "
Wanita mengedikkan bahunya tidak peduli, dia pergi dari sekitar Helena untuk melihat-lihat pakaian di tempat rak yang lain.
•••••••
Helena keluar dari cafe baru yang sebagai tujuannya datang ke mall sini, dia tidak jadi menikmati makan cake di dalam cafe tersebut. Takut tiba-tiba bertemu lagi dengan Trissa, Helena malas pura-pura menyapa Trissa dengan ramah dan terus tersenyum lebar.
Dia membungkus pesanan cake biar di nikmati saja di rumah bersama Bi Ayu dan pak Tarno, itu lebih baik daripada harus bertemu dengan si wanita ular- Trissa.
Kakinya melangkah lebar menuju parkiran mall, taksi online di pesannya sudah tiba di sana. Karena gak ada urusan dan tidak ada yang mau di beli lagi, Helena memilih untuk balik pulang saja.
"Atas nama, Bu Helena? " tanya sang supir taksi online, saat Helena tiba di bawah parkiran mall dan menghampiri mobil yang plat nomor mobilnya sesuai tertera di aplikasi.
"Iya, pak. " sahut Helena singkat, karena susah dengan bawaan paper bag yang memenuhi kedua tangannya, sang supir dengan inisiatif membuka pintu penumpang untuk Helena. "Makasih banyak, Pak. " ujarnya, dan masuk kedalam mobil setelah meletakkan bawaan belanjanya terlebih dahulu kedalam.
"Sudah siap, bu? Alamat sesuai aplikasi, kan? "
"Iya, pak. "
Setelahnya, mobil berwarna biru itu melaju meninggalkan perkarangan parkiran mall. Membelah jalanan kota yang tidak begitu padat akan kendaraan lainnya, mungkin karena sekarang masih jam dua belas setengah satu siang.
Menempuh perjalanan terbilang lama dan cukup jauh, akhirnya mobil taksi online tersebut tiba di depan pagar rumahnya.
"Makasih banyak, pak. " Helena menundukkan sedikit kepalanya, saat dirinya sudah keluar dari mobil. Mempertahankan senyumnya saat mobil taksi online tersebut sudah melaju jauh, Helena sudah membayar dengan sistem online- atau membayar langsung di aplikasi yo-jek.
"Saya bantu bawa barangnya, bu Helena. " Pak Tarno tiba-tiba datang dari dalam pos, mengambil alih paper bag di tangan Helena.
"Ah, iya. Makasih banyak, pak Tarno. Itu barangnya disimpan aja di atas meja ruang tamu. "
Helena berjalan di belakang pak Tarno, hingga tiba dirinya di ruang tamu. Helena dengan lega, mendudukkan bok*ngnya di kursi sofa dengan nyaman.
"Ini, pak. Saya tadi ada beli banyak cake, bapak pilih aja mau yang mana, buat ngemil di pos. " Helena menghentikan langkah pak Tarno yang hendak keluar dan kembali menuju pos depan. Mengeluarkan box cake di atas meja, meminta pak Tarno untuk memilih sendiri.
"Terimakasih banyak, bu Helena. Saya ambil yang ini, ya. Bu. " Pak Helena mengambil box cake dengan varian rasa vanilla, "Kalau begitu saya ke depan pos dulu, bu. Permisi. "
Helena cuman ngangguk aja sebagai balasan, mengeluarkan ponselnya untuk menghubungi Bi Ayu meminta dibuatkan minuman dingin, cuaca siang ini sangat panas sekali, Bi Ayu pasti tengah berada di belakang rumah, melihat-lihat kebun sayur yang memang wanita baya itu tanam sendiri.
Kalau pekerjaannya mengurus rumah telah selesai, Bi Ayu memang akan duduk santai sampai melihat-lihat kebun sayur belakang rumah yang di tanamnya selama bekerja di sini. Helena tidak menyuruh Bi Ayu untuk menanam di belakang rumah yang memang hanya halaman kosong hampa, dan Helena juga tidak melarang, dia dan Damian membiarkan apapun yang ingin dilakukan Bi Ayu selagi tidak berbahaya dan merugikan.
"Bi Ayu, minta tolong buatkan aku minuman yang dingin, apa aja yang penting enak dan bikin segar. " ujar Helena saat sambungan teleponnya dengan Bi Ayu sudah aktif.
"Iya, saya baru saja pulang, lagi duduk di sofa ruang tamu. Nanti bawa minuman dingin menggunakan teko ukuran sedang, saya ada belikan banyak cake, kita makan bersama. Yasudah, saya matikan teleponnya dulu, Bi "
'Tut'
Sambungan telepon langsung di matikan Helena, dia menyandarkan punggungnya ke sandaran sofa, menunggu kedatangan Bi Ayu sambil bermain berselancar di sosial medianya.
"Bu Helena, borong ya? Banyak banget yang di beli. " Bi Ayu datang dengan tangan membawa pesanan Helena, menyimpan teko berisi minuman dan dua gelas kaca di atas meja.
"Saya belikan juga cake buat anak, Bi Ayu. Nanti cake nya di simpan ke kulkas, nanti bibi pulang jangan lupa bawain. " Helena duduk tegak saat suara Bi Ayu terdengar, menyimpan ponselnya kedalam tas. "Anak bibi suka varian yang mana? Pilih aja, saya sengaja beli semua rasa biar bisa cobain semuanya. "
"Saya sekasih nya aja, bu. Anak saya gak pilih makanan, varian apa aja dia suka. "
"Bibi pilih mau yang mana, nanti sore bibi balik pulang tinggal ambil aja di kulkas. Sekarang kita makan berdua dulu di sini, ini cake nya saya ada beli kebanyakan. " Helena menepuk sofa disebelahnya, meminta Bi Ayu untuk duduk. Walau sudah biasa dan sering duduk bersama seperti ini, Bi Ayu masih ada rasa segan untuk dia insiatif sendiri duduk di samping Helena kecuali wanita itu yang mengajak.
"Hari ini tumben ibu pulangnya cepat dari mall, tadi katanya mau maka cake langsung di cafe nya. " tanya Bi Ayu, keduanya sudah menikmati bersama cake tersebut dengan minuman dingin yang dituangkan ke gelas.
"Rencananya emang gitu, Bi. Tapi saya tiba-tiba bertemu dengan Trissa di toko pakaian, tadi. Wanita ular itu, dengan kurang ajarnya mengatai makeup yang di wajah saya jelek dan terlihat tua! " kesal Helena saat kembali bercerita kejadian di toko pakaian tadi, dia menyendokkan cake ke mulutnya dengan gerakan kasar.
"Dia bilang begitu? Padahal makeup di kenakan wajah bu Trissa terlihat yang lebih buruk, wajahnya putih sekali seperti cat tembok, padahal lehernya terlihat lebih gelap warnanya. " celetuk Bi Ayu mengomentari pedas penampilan riasan wajah Trissa, membuat Helena yang mendengar tak tahan untuk mengeluarkan tawa terbahak-bahak.
"Ah, ini. Saya tadi ada belikan juga baju untuk anak, bibi. Dia anak kuliah, kan? Ini bagus digunakan untuk anak kuliahan zaman sekarang. " Helena mengambil salah satu paper bag bertulisan toko pakaian di belinya, dan diberikan pada Bi Ayu. Ada beberapa stelan pakaian dan celana di belinya.
"Banyak sekali pakaian di beli, ibu. Bibi jadi gak enak karena selalu di belikan barang sama ibu dan mas Damian. " ujar Bi Ayu tak enak hati karena selalu mendapatkan hadiah barang dari Helena maupun Damian.
"Gapapa, saya kan sudah menganggap bibi seperti keluarga sendiri. Jangan merasa sungkan begitu, Bi. "
Bi Ayu menatap teduh pada Helena yang tersenyum manis padanya, Bi Ayu selalu berdoa akan hubungan pernikahan majikannya berjalan dengan mulus tanpa ada hambatan sedikitpun, berdoa semoga Damian mau membuka hatinya pada Helena dan memperbaiki pernikahan yang berjalan begitu dingin selama setahun ini.
"Sekali lagi, makasih banyak, bu. "
•
•
•
aku up sehari dua kali hari ini, mood nulis cerita aku lagi bagus hari ini. untuk kalian, jangan lupa vote, komen dan bintang lima nya. sekalian follow akun author, biar hati author senang- berbunga-bunga.
selamat malam dan selamat membaca semuanya, paypay 🥰🥰🥰🥰
semangat 💪💪💪