Sebuah ramalan kuno mengguncang keseimbangan antara para Akasha dan para Moksa, mereka tinggal di pusat alam semesta bernama Samavetham. Ramalan itu meramalkan kelahiran seorang Akasha terkuat di sebuah planet kecil, yang akan membawa perubahan besar bagi semua makhluk hidup. Ketika para Moksa berusaha menggunakan pohon Kalpataru untuk mencapai ramalan tersebut, para Akasha berupaya mencegah kehancuran yang akan dibawanya.
Di Bumi, Maya Aksarawati, seorang gadis yatim piatu, terbangun dengan ingatan akan mimpi yang mencekam. Tanpa dia sadari, mimpinya mengisyaratkan takdirnya sebagai salah satu dari 12 Mishmar, penjaga dunia yang terpilih.
Ketika ancaman dari organisasi misterius semakin dekat, Maya harus berhadapan dengan kekuatan baru yang bangkit di dalam dirinya. Dibantu oleh reinkarnasi Mishmar yang lain, Maya harus menemukan keberanian untuk melawan atau menghadapi konsekuensi yang dapat mengubah nasib seluruh alam semesta.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Feburizu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MISHMAR
Beberapa hari kemudian, di sebuah mansion mewah milik Soewondo Prijosoedarmo yang berlokasi di suatu tempat di Surabaya, suasana tegang memenuhi ruang yang megah. Lampu gantung kristal memancarkan cahaya lembut, namun tidak dapat meredakan amarah Pak Wondo yang baru saja mendengar sebuah kabar. Ia berdiri di depan jendela besar dengan pemandangan taman hijau, wajahnya merah padam sambil ditemani sekretarisnya, Gita.
"Apaa?!" teriaknya dengan suara keras, memenuhi seluruh ruangan. "Bagaimana bisa seluruh anggota UES dihabisi? Bukankah aku sudah meminta Jae Thompson untuk memastikan misi ini berhasil? Lalu bagaimana dengan media dan pihak aparat? Apa sudah dibereskan?" ucap Pak Wondo bertubi-tubi.
Gita, sekretarisnya yang elegan, membawa sebuah tablet dan berdiri dengan sopan di sebelah kanan Pak Wondo, berusaha menenangkannya dengan menjawab satu per satu pertanyaan itu dengan nada yang menenangkan. "Sudah, Pak. Masalah media dan aparat kepolisian sudah kami tangani. Dan Jae Thompson saat ini sedang berada di rumah sakit organisasi. Sepertinya dia mengalami luka yang cukup serius, menurut laporan yang diterima."
Meskipun Gita mengatakannya dengan nada tenang, suasana ruangan semakin tegang. Hanya terdengar napas berat Pak Wondo serta suara burung-burung di taman yang menembus masuk ke dalam ruangan itu.
Pak Wondo yang berdiri di depan jendela besar, berbalik menatap sekretarisnya. Ia menggertakkan gigi dan mengepalkan tinjunya. "Apa mungkin... Mishmar? Iya, itu pasti salah satu dari Mishmar. Karena tak mungkin Thompson bisa dilukai hanya dengan senjata biasa. Dan juga, dia bisa menghabisi seluruh pasukan UES sendirian," ucapnya sambil melirik ke arah samping, memikirkan sebuah kemungkinan.
Gita kemudian membuka tablet yang ia pegang untuk memastikan laporan yang diterima. "Menurut laporan yang saya terima, Dìqiú Wèishì lah pelakunya. Tapi kami masih memastikan informasi ini," tukasnya menambahkan.
Mendengar itu, Pak Wondo terkejut dan menoleh kembali ke Gita. Matanya menyala dengan rasa ingin tahu yang besar. "Apa?! Jadi benar seorang Mishmar?!" Suaranya bergetar, tak menyangka perkiraannya benar, lalu ia memerintahkan sekretarisnya untuk memastikannya.
"Pastikan kebenaran dari informasi itu segera! Aku ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi!" perintahnya dengan suara penuh amarah.
Gita merespon dengan menunduk hormat dan segera melaksanakan perintah atasannya. "Baik, Pak. Saya akan segera memverifikasi informasi ini." Ia berbalik, langkahnya menghasilkan suara "tap-tap" di lantai marmer, dan pintu ditutupnya dengan lembut dengan suara "klik."
Setelah itu, Pak Wondo merebahkan tubuhnya ke kursi eksklusif berbahan kulit mewah yang membuat suara decitan kecil dan menatap kekosongan dengan wajahnya yang sedikit pucat. "Hmmm... Dìqiú Wèishì? Li Wei? Tidak mungkin...!" Suara napasnya terdengar berat, disertai suara jam dinding "tik-tok, tik-tok" yang semakin memperkuat kesendiriannya.
Tiba-tiba, telepon di mejanya berdering, memecah kesendirian dan lamunan Pak Wondo.
"Ring-ring."
Dia langsung mengangkatnya dengan raut wajah jengkel karena diganggu saat sedang terjebak dalam pikirannya. Namun, ekspresinya berubah seketika ketika mendengar suara Ketua organisasi, Arkhan, dari seberang telepon. Matanya melotot, wajahnya pucat.
"Klik, halo!"
"Jadi Dìqiú Wèishì muncul di Indonesia?" tanya Arkhan untuk memastikan dengan nada serius dan berwibawa.
Pak Wondo menarik napas dalam-dalam, menggenggam teleponnya erat. "Kami... kami masih memastikannya, Ketua. Jika benar itu dia, kami juga tak mengerti apa alasannya tiba-tiba muncul di negara ini," jawabnya dengan suara yang bergetar.
Arkhan menjawab dengan tenang, namun dengan nada peringatan. "Bukankah itu sudah jelas? Kau mengutus Jae Thompson, reinkarnasi sang Bhumibhrut Jax dari Amerika, yang juga salah satu dari 12 Mishmar. Tentu saja, Mishmar lain akan mencarinya."
Pak Wondo menggelengkan kepala, ekspresinya bingung. "Maaf? Saya kurang paham." Ia berdiri dari kursi eksklusifnya dan mulai berjalan mondar-mandir di ruangan.
Arkhan menjelaskan kembali dengan lebih sabar, meskipun terdengar seperti mengancam. "Kita merekrutnya untuk membantu misi-misi kita melayani pohon Kalpataru. Para 12 Mishmar yang telah lahir kembali dan mendapatkan Niyati Vidhan-nya pasti akan mengira Thompson adalah pengkhianat yang harus mereka bunuh dengan tangan mereka sendiri."