~ Zifara Meisha Rabbah ~
" Hidup ini harus berdasarkan keyakinan bukan? bagaimana bisa aku yang seorang putri seorang Pendakwah kondang tak memakai hijab??? tidak hanya satu kali dua kali Ummi dan Abi mengingatkanku namun aku tetap merasa belum yakin akan sebuah hijab.
sehingga suatu hari Abi menjodohkanku dengan salah satu jamaahnya dari kesatuan tempat militer di mana Abi berceramah. Dari sanalah aku mengenal Ahmad Sulaiman Al Faroby. Dia mulai membuatku berubah namun dengan proses tak mudah tentunya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ana Al Qassam, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hatinya
Begitu mudahnya orang mendekati tanpa melihat situasi dan kondisi. Terkadang mereka dekat awalnya hanya karena sebuah hubungan relasi, teman satu instansi, kawan semasa di kampung mungkin bahkan putri dari kawan kita.
Ahmad nampak tak bisa menguasai hatinya. Yang awalnya Mafaza mengusik dirinya kini bertambah dengan kehadiran Kartika. Dia bukan anak - anak yang harus di antar ke sana kemari. Dia memiliki kantor dan kesatuan tempatnya bekerja. Bagaimana mungkin dengan alasan patroli meminta bantuan pada Ahmad yang sejatinya seorang abdi negara. Sungguh di luar nalar.
Tok. Tok. Tok.
" Assalamualaikum," sapa seseorang di depan rumah Ahmad. Zifa yang baru selesai sholat dhuhur itu segera melihat siapa yang datang.
Ceklek!
" Waalaikumsalam," jawabnya. Ada seseorang yang berdiri membelakanginya. " Iya ... Cari siapa? Mas Ahmadnya sedang tidak ada di rumah?" ucap Zifa tanpa basa basi.
Dia adalah istriku! Meskipun keluarga besarnya mengatakan hal buruk tentangnya karena tak berhijab. Tapi dia menjaga dirinya dengan baik tanpa peduli omongan orang. Batinnya.
Ahmad menoleh ke arah istrinya dan tersenyum. Zifa melongo tatkala pemuda itu adalah suaminya. Zifa segera menyalaminya, ahmad pun menerima salamnya dan mengecup keningnya.
" Maaf mas ... Zifa belum hafal jika dari belakang," ucap Zifa.
" Tidak masalah ... Kita memang belum lama menikah. Apakah hari ini ada yang datang?" tanya Ahmad sambil meletakkan bajunya di gantungan.
" Ada tadi seorang prajurit. Tapi Zifa tidak tanya nama ... Zifa bilang kalau mau susul mas Ahmad saja karena sudah berangkat," jawab Zifa sambil menyiapkan minuman untuk suaminya. " Ini mas ... " ucap zifa menyodorkan Kopi Hitam. Karena suaminya kemarin sempat membelinya.
" Apakah dia masuk rumah?" tanya Ahmad sambil menyeruputnya. Zifa mengernyitkan alisnya.
" Gak mas ... Memangnya mas yang meminta dia masuk? Zifa melakukan hal yang sama seperti tadi," Zifa duduk di samping suaminya. Ahmad lalu mengusap kepala sang istri dengam lembut.
" Ibu persit satu ini memang keren bisa menjaga dirinya dengan baik. Ya, sudah mas sholat dulu!" pamit Ahmad kemudian.
Zifa menatap suaminya. Ada hal aneh menurutnya, di wajahnya juga nampak ada gurat lelah atau semacam apa zifa bukanlah psikiater yang dapat membaca pikiran seseorang. Tanpa banyak kata pun Zifa menyiapkan makan siang suaminya.
Mungkinkah dia lelah?? Tapi bukankah menggantikan acara komandan dengan nona polwan kenapa sudah pulang. Baru beberapa jam lalu dia keluar rumah.
Nampak terdengar suara prajurit sedang melakukan fisik di siang bolong begini. Zifa mengintipnya dari jendela. Ternyata bukan segerombolan hanya beberapa gelintir.
" Ada apa dek??" tanya Ahmad karena Zifa melongok ke jendela luar.
" Hehe ... Zifa kira ada segerombolan prajurit sedang fisik mas ternyata hanya beberapa gelintir," jawab Zifa kemudian mendatangi suaminya.
" Kenapa memangnya jika bergerombol dek?!" tanyanya dengan duduk di tempat makan.
" Gapapa ... Pengen lihat saja kalau lagi fisik mas. Sini Zifa ambilin!" seru Zifa mengambilkan nasi dan lauknya.
" Kamu gak makan dek?!" tanya Ahmad pada sang istri karena dia tak mengisi piringnya.
" Masih gak lapar mas ... Zifa biasanya 2 kali sehari," jawabnya. Ahmad jadi urung menyuap nasi ke dalam mulutnya.
" Jika begitu mas tidak makan saja," jawabnya. Zifa langsung melongo mendengar jawaban suaminya.
" Loh ... Kenapa mas?! Apa sudah makan di luar sama mbak polwan ya?!" zifa jadi keceplosan ngomong.
Astaga Zifa! Suami pulang sudah di curigai.
Ahmad menatap tajam ke arah istrinya. Tahu darimana dia jika hari ini Ahmad bertemu dengan kartika. Bahkan dirinya belum bercerita satu sama lain tentang diri masing - masing.
" Tidak! Tadi hanya sekedar bertemu sebentar," jawab Ahmad lempeng. Moodnya jadi buruk saat mendengar nama Kartika. Zifa langsung merasa bersalah. Dia mendekati suaminya dan memegang tangan suaminya.
" Mas ... Maafkan Zifa ya! Gak ada niat buat curiga loh bener ... Zifa hanya tanya sudah makan sama mbak polwan. Bukan niat untuk menyindir dan sebagainya!" zifa mengklarifikasi ucapannya. Ahmad kembali menatap istrinya.
" Itu artinya kamu tidak cemburu pada perempuan mana pun jika mereka mendekatiku begitu maksudnya!" seru ahmad kemudian pergi dari meja makan. Zifa kian melongo di buatnya.
Salah ngomong lagi ya! Dia kenapa??? Moodnya nampak berantakan setelah keluar. Gak bermaksud begitu padahal mas. Bagaimana mungkin Zifa gak cemburu??? Semua itu Zifa tekan agar tidak terlalu curiga padamu. Zifa percaya padamu mas. Hmmm
Saat Zifa hendak menyusul suara pintu kembali terketuk. Dia pun membuka pintu dengan lekas. Dia melihat seorang perempuan menggunakan baju dinas kepolisian. Zifa tersenyum padanya dia pun sama.
" Iya ... " ucap Zifa ramah.
" Bang Ahmadnya sudah di rumah?" tanyanya.
" Ada ... Sedang istirahat mbak. Silahkan masuk saya bangunkan dulu!" seru Zifa.
" Ah ... Tidak perlu mbak. Saya minta maaf sudah mengganggu. Titip salam saja untuknya ... Saya minta maaf sudah mengganggu waktunya. Saya benar - benar tidak tahu jika dia sudah menikah. Mbak istrinya ya??? Selamat .... " ucapnya. Zifa jadi tersenyum kikuk. Perempuan dewasa dan cantik di hadapannya ini berprofesi sebagai polisi. Terlihat dari seragamnya.
" Baik mbak ... Terima kasih. Tidak masuk dulu!?" tawar zifa. Tidak enak jika menyuruhnya pergi.
" Tidak terima kasih. Saya permisi ... Emmm ... ," jawabnya dengam menggantung.
" Zifa ... " ucap Zifa.
" Kartika ... " jawabnya kemudian pergi dan melambaikan tangan.
Kartika pergi meninggalkan kediaman Ahmad dengan mengendarai motor polisi. Zifa jadi menghela nafas dan menutup pintunya.
Jadi dia nona polwan yang di maksud. Sopan dan cantik.
Zifa masuk ke dalam kamar melihat Ahmad sedang tiduran telentang dan menutup matanya dengan lengan. Zifa kemudian mendekati suaminya. Dia memegang tangan suaminya.
" Mas marah sama Zifa?" tanya Zifa.
" Tidak. Itu hak adek cemburu atau tidak! Kita memang belum begitu mencintai secara mendalam bukan. Jadi wajar jika adek tak memiliki rasa cemburu," jawab Ahmad terdengar mengesalkan sekali di telinga.
" Mana ada istri yang tak cemburu jika suaminya di kelilingi perempuan cantik. Zifa cemburu pada mbak Mafaza karena dia begitu sempurna apalagi pernah dekat dengan mas. Baru saja ada mbak polwan Kartika di depan dia pun begitu cantik dan dewasa. Bagaimana Zifa tak cemburu mas??? Tapi Zifa orang baru dalam kehidupan mas. Mana berani Zifa mengucapkan ketidaksukaan Zifa pada keseharian mas??? Zifa harus bagaimana mas??? Mencurigai setiap gerak mas? Zifa tak memiliki pengalaman apapun mas tentang pasangan. Mas tahu Zifa tak pernah menjalin hubungan dengan siapapun sebelumnya," jelas Zifa jika Ahmad lupa bahwa istrinya ini tidak pernah menjalin hubungan dengan siapapun. Dia membentengi dirinya dari segala arah. Dia fokus pada pendidikannya tanpa terkecuali.
Mendengar nama Kartika di sebut Ahmad langsung membuka matanya.
" Kartika datang kemari??? Untuk apa dia ke sini? Belum puaskah dia mengerjaiku untuk datang ke sana dengan alibi sebuah tugas mendadak," kesalnya begitu terlihat. Zifa jadi paham kenapa suaminya saat ini.
Hatinya sedang tidak baik saat ini. Semua jadi kena imbasnya.
Jangan lupa komen, kasih penilaian ya! Untuk mensupport karya Author. Terima kasih sahabat Noveltoon.
semangat Nara 💪💪