Anaya tidak pernah menyangka hidupnya akan berubah dalam waktu satu kali duapuluh empat jam. Dia yang hanya seorang anak yatim dan menjadi tulang punggung keluarganya, tiba-tiba di saat dirinya tengah tertidur lelap dikejutkan oleh panggilan telepon dari seorang yang tidak dikenal dan mengajaknya menikah.
Terkejut, bingung dan tidak percaya itu sudah jelas, bahkan ia menganggapnya sebagai lelucon. Namun setelah diberikan pengertian akhirnya dia pun menerima.
Dan Anaya seperti bermimpi setelah tahu siapa pria yang menikahinya. Apalagi mahar yang diberikan padanya cukup fantastis baginya. Dia menganggap dirinya bagai ketiban durian runtuh.
Bagaimana kehidupan Anaya dan suaminya setelah menikah? Apakah akan ada cinta di antara mereka, mengingat keduanya menikah secara mendadak.
Kepo.. ? Yuk ikuti kisah mereka...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Moms TZ, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
28
°
°
°
Anaya bangkit dari duduknya ketika bel berbunyi, dan dengan senyum secerah mentari dia langsung membuka pintu.
Anaya tertegun sejenak, namun ia berusaha untuk mempertahankan senyumnya, tatkala melihat siapa tamu yang datang.
"Ooh, kalian. Ayo, silakan masuk!" Meski merasa kecewa karena yang datang bukan orang yang ia harapkan, tapi Anaya tetap ramah pada tamunya.
"Sebentar saya buatkan minum, ya." Anaya bergegas menuju ke dapur tapi dicegah oleh Risna.
"Tidak usah repot-repot, Nay. Kami hanya sebentar," ucap Risna sungkan.
"Tidak apa-apa, Mbak. Kalian datang dari jauh, pasti haus. Lagipula hanya air, kok." Anaya tersenyum lalu melanjutkan langkahnya, membuat mereka saling berpandangan.
"Dia memang bener-bener baik dan tulus. Sudah benar kalau kamu memilih pergi dan melupakannya, Ris. Semoga di sana nanti kamu mendapatkan jodoh yang lebih baik." Wina dengan tulus mendoakan Risna.
"Aamiin." Serentak mereka meng-amin-kan ucapan dan doa Wina.
Anaya datang membawa nampan berisi minuman dan camilan, lalu meletakkannya di atas meja.
"Silakan diminum, mumpung masih hangat," ucap Anaya dengan tersenyum manis.
"Maaf nih, jadi merepotkan," ucap Tiara
"Tidak apa-apa, Mbak. Santai saja," sahut Anaya.
"Ada apa ya, Mbak, malam-malam datang kemari, rombongan pula?" tanya Anaya kemudian.
"Emmm... begini, Nay. Aku datang kemari untuk meminta maaf atas semua kesalahanku padamu, baik yang aku sengaja ataupun tidak." Risna terdiam sejenak sambil menatap Anaya.
"Setelah ini aku akan pulang kampung dan menetap di sana. Maka dari itu aku tidak ingin ada yang mengganjal di hatiku, dan dihantui rasa bersalah. Tolong, maafkan aku, kamu mau kan?" Risna berkata tulus dengan wajah penuh permohonan.
Senyum Anaya langsung terbit dan dia berdiri dari duduknya, lalu menghampiri Risna sambil merentangkan kedua tangannya.
Risna terpaku untuk sesaat, tidak percaya dengan respons yang Anaya berikan. Maka dengan senang hati dia kemudian menyambut baik, lalu keduanya berpelukan dengan hangat dan erat.
"Terimakasih, Nay. Hatimu sungguh baik dan kamu sangat luar biasa. Tidak salah jika Mas Akmal lebih memilihmu. Semoga keluarga kalian bahagia til jannah, dan lekas dikaruniai momongan." Risna berkata dengan tulus sembari menggenggam tangan Anaya setelah keduanya melerai pelukan.
"Terimakasih doanya, Mbak. Aku pun mendoakan Mbak Risna lekas mendapatkan jodoh yang terbaik. Dan jangan lupa undangannya untuk kami," balas Anaya dengan tulus pula.
"Terimakasih," ucap Risna dan Anaya mengangguk disertai senyuman.
Mereka melanjutkan perbincangan sambil menikmati minuman dan camilan yang tersedia, sampai akhirnya Risna dan kawan-kawan pamit pulang.
"Maaf ya, Nay. Kami harus pulang, dan tolong sampaikan permintaan maafku pada Mas Akmal. Terimakasih," ucap Risna saat berpamitan.
"Sama-sama, Mbak. Nanti aku sampaikan pada Mas Akmal. Terimakasih sudah datang kemari," ucap Anaya dengan tersenyum.
°
Anaya berniat membereskan meja ketika terdengar suara deru mobil berhenti di depan rumahnya. Dia yakin itu suara mobil suaminya. Lalu dia bergegas membuka pintu, dan tersenyum manis memyambut suaminya.
"Assalamualaikum, Mas." Anaya mencium punggung tangan Akmal lalu mengambil alih tas yang dibawanya.
"Waalaikumsalam." Akmal mencium kening istrinya lama sambil memejamkan mata.
"Mas Akmal, kenapa?" Anaya terlihat cemas.
"Tidak apa-apa, hanya sedikit lelah." Akmal lalu memasuki rumah seraya merangkul pundak istrinya.
"Masak apa Nay? Aku lapar," tanyanya kemudian.
"Mau mandi dulu, atau mau langsung makan?" Anaya menawarkan.
"Makan dulu saja, baru mandi." Akmal tersenyum misterius. "Setelah itu aku mau makan kamu," bisik Akmal tepat di telinga istrinya.
"Apa semua suami pikirannya selalu mesum saat dekat dengan istrinya, iiihhh?" Anaya merasakan bulu kuduknya merinding, lalu menggelengkan kepala. Ia merasa geli sendiri.
"Kamu kenapa, Sayang?" tanya Akmal saat melihat tingkah aneh istrinya.
Anaya tersenyum meringis. "Hehehe, nggak ada."
Keduanya lalu menuju meja makan, dan Anaya melayaninya dengan tulus, lantas memberikan piring di depan suaminya.
Dan dengan manjanya Akmal meminta Anaya menyuapinya, "Suapin, boleh?"
Anaya lalu terkikik, melihat suaminya yang bertingkah manja. Dengan senang hati dia menyuapi sang suami, dan yang terjadi kemudian justru Akmal menyuapi dirinya.
Makan malam selesai, Anaya meminta Akmal untuk segera mandi. "Tapi nanti boleh, ya?" tanya Akmal dengan muka pengin.
"Mandi dulu sana, iiih. Kenapa Mas Akmal sekarang jadi mesum begini, sih?" Anaya tak percaya Akmal bisa bertingkah random seperti itu.
"Jawab dulu, iya atau iya, baru aku mau mandi. Biar tambah semangat." Akmal tersenyum menggoda.
Anaya pura-pura marah, ia berkacak pinggang sambil melotot ke arah suaminya. "Mandi, atau tidak sama sekali!"
Akmal tertawa terbahak-bahak, lalu segera berlalu menuju kamarnya.
"Semakin hari ada saja tingkah mesumnya. Apa Kak Arbi juga begitu? Masa sih, emang bisa? Orangnya saja lempeng begitu? Eh, tapi jangan salah, biasanya yang diam-diam begitu malah sebaliknya. Buktinya saja anaknya langsung dua sekaligus." Anaya mengetuk-ketuk dagunya dengan kening berkerut.
"Aah, sudahlah. Kenapa juga mikirin sesuatu yang nggak jelas." Anaya lalu kembali ke dapur dan membereskan sisa-sisa makan malam mereka dan mencucinya.
Akmal datang dengan wajah segar dan berjalan mengendap-endap ke arah istrinya. "Hap...!" Akmal langsung membopong sang istri dan membawanya naik ke atas.
"Aah, copot-copot-copot...! Mas Akmal... tidak bikin aku kaget bisa nggak, sih!" ucapnya seraya melingkarkan kedua tangannya ke leher suaminya.
Akmal tersenyum. "Bilang aja suka, pakai protes segala." Akmal menaiki tangga membawa Anaya menuju kamar mereka. (Author tidak bertanggungjawab dengan apa yang kalian bayangkan, hehehe).
°
Hari minggu cuaca cerah, secerah hati Anaya pagi ini. Setelah melakukan rutinitasnya seperti biasa Akmal mengajaknya tidur kembali untuk memulihkan tenaga setelah semalam berolahraga yang menguras keringat.
Anaya menurut, namun setelah memastikan suaminya tertidur pulas, ia segera mengganti daster yang dipakainya dengan setelan kaos olahraga lengan panjang dan celana panjang.
Anaya meninggalkan pesan lewat aplikasi hijau, jika sewaktu-waktu suaminya bangun bisa menyusulnya.
Anaya meninggalkan rumahnya, lalu berlari kecil sambil meregangkan ototnya. Di sepanjang jalan ia berpapasan dengan warga yang juga akan melakukan aktivitas yang sama dengannya.
Seperti biasa ketika sampai di taman, dia berlari mengelilingi taman beberapa putaran, lalu mengikuti senam yang diadakan oleh ibu-ibu di sana.
Setelah tubuhnya berkeringat, Anaya memutuskan untuk beristirahat sejenak, sambil menikmati indahnya pagi di tepi danau buatan bekas galian.
Sambil membawa minuman dan makanan yang baru saja dibelinya pada pedagang di sana, Anaya duduk di sebuah bangku. Dan tak lama kemudian seseorang melakukan hal yang sama dengannya.
Anaya langsung menoleh, dan seulas senyum menawan hadir di hadapannya. "Hai, ketemu lagi kita. Apa kabar, Naya?" sapa pemuda itu dengan tulus.
Anaya tercengang untuk sesaat, sampai akhirnya dia membalas sambil tersenyum pula. "Oh iya...kita bertemu lagi. Apa kabar, Fahri?" tanya Anaya canggung, sambil menggaruk pelipisnya.
"Bagaimana jika Mas Akmal datang, dan salah paham padaku. Duh, gimana ini?" Hati Anaya diliputi kekhawatiran.
"Nay, bagai---" Suara Fahri terpotong ketika tiba-tiba seorang pria datang dengan wajah dingin dan langsung menarik tangan Anaya.
"Haaaahhh...!" Anaya langsung membelalakkan mata persis seperti seseorang yang ketahuan berbuat selingkuh.
"Fahri, maaf. Aku harus pulang."
°
°
°
°
°
Astaga, Akmal yang mau bermanja-manja/Facepalm/