NovelToon NovelToon
MENEMANI BOS INSOMNIA TIDUR

MENEMANI BOS INSOMNIA TIDUR

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / One Night Stand / Cinta Seiring Waktu / Pembantu / Slice of Life / Kekasih misterius
Popularitas:7k
Nilai: 5
Nama Author: SuciptaYasha

Cayenne, seorang wanita mandiri yang hidup hanya demi keluarganya mendapatkan tawaran yang mengejutkan dari bosnya.

"Aku ingin kamu menemaniku tidur!"

Stefan, seorang bos dingin yang mengidap insomnia dan hanya bisa tidur nyenyak di dekat Cayenne.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SuciptaYasha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

16 Makan malam

"Tujuan kita sebenarnya ke mana?" tanya Cayenne. Mereka telah menempuh perjalanan jauh, tetapi tetap saja belum mencapai tempat yang dituju.

Semenjak ia mulai cukup tidur minggu lalu, tubuhnya kini merindukan waktu istirahat yang layak. Saat itu mendekati pukul delapan malam dan biasanya mereka sudah bersiap tidur di jam sembilan.

'Sepertinya malam ini kami akan tidur larut,' pikirnya.

"Kita akan ke Teluk Ganzani. Tempatnya menyenangkan untuk makan malam, dan aku sudah memesan bilik khusus untuk kita."

"Apa cukup jauh dari sini?"

"Tidak, sebenarnya. Hanya saja laju kita melambat akibat kemacetan lalu lintas," jawab sang Stefan.

"Jika malam ini kita tidur larut itu bukan salahku," celetuk Cayenne.

"Berhati-hatilah dengan perkataanmu. Orang bisa salah paham," balasnya.

"Apa maksudmu?" Cayenne bertanya bingung. Perkataannya tidak mengandung maksud apapun, jadi ia tak mengerti arah pembicaraan pria tersebut.

"Tak usah dipikirkan. Lagipula, aku akan—" ucapannya terhenti saat ponselnya berdering dari saku mantel.

Melihat nama penelpon yang ternyata ayahnya, ia mengerutkan dahi. Bukan karena marah, tapi tidak ada keinginan juga untuk berinteraksi. Biasanya, panggilan ditujukan ke Chris untuk membicarakan jadwal dan urusan lainnya.

Kini, dengan panggilan langsung, ia tidak yakin apa yang membuat ayahnya berani menghubunginya.

"Kau tidak berniat menjawab panggilan itu?" Cayenne bertanya setelah memperhatikan nama di layar ponsel.

Sosok Magnus Dumrique tertera, yang ia kenali sebagai ayah dari pria di sebelahnya. Bagi Cayenne terasa aneh karena banyak yang menyimpan nomor ayah mereka sebagai 'Ayah', namun Stefan berbeda, hanya menuliskan nama aslinya saja.

Meskipun begitu, Cayenne menahan pandangannya, merasa tidak pada tempatnya mencampuri urusan pribadi Stefan.

Stefan menatap layar ponselnya, lalu mematikannya. "Tidak perlu menjawabnya."

Cayenne mengangguk. Melihat keluar jendela, akhirnya mereka tiba di restoran tujuan. Stefan keluar dari mobil dan membukakan pintu untuknya.

Mereka berjalan berdampingan dalam diam menuju restoran yang ramai diisi pengunjung bersama keluarga dan teman-teman. Sebaliknya, mereka berdua tampak sunyi.

"Selamat malam! Saya sudah pesan meja atas nama Tuan Dumrique," sapa Stefan pada petugas yang menyambut.

"Ikuti saya." Petugas tersebut mengantar mereka ke lantai dua, tempat bilik-bilik pribadi berada.

Setelah masuk, Cayenne melepas topi dan masker, menghela napas lega dan meletakkan barang-barang tersebut di kursi samping. "Rasanya sesak dengan semua ini," ujarnya.

"Apakah kau menyesal bersamaku? Selalu harus menggunakan topi dan masker saat keluar," tanya Stefan sembari melihat menu.

"Tidak, lebih baik begini daripada jadi sorotan media. Kau terlalu menarik di mata mereka."

"Aku paham," balas Stefan, membuat Cayenne memutar mata.

"Kau tidak penasaran kenapa aku tidak menjawab telepon tadi?"

Cayenne mengangkat kepala dan menatapnya. "Tidak. Bukan bagian dari pekerjaanku untuk tahu. Menjawab atau tidak, itu pilihanmu."

Stefan tertawa kecil lalu menggelengkan kepala. "Baiklah. Ayo kita pesan saja." Stefan memberikan menu lain dan mereka pun mulai memilih.

Di vila keluarga tempat orang tua Stefan tinggal, orang tuanya sedang di ruang tamu. Ayahnya mendesah panjang setelah panggilannya tak diindahkan.

"Mengapa terus meneleponnya? Kalau dia tak ingin kembali, berhentilah," ucap Clara, ibu Stefan, dengan nada tak suka. "Aku tak peduli dia kembali atau tidak."

"Clara, Stefan tidak bersalah atas semua yang terjadi. Bukan dia yang menyakitimu, tapi aku. Bisakah kau berhenti menyalahkannya?"

"Berhenti?! Kau meminta aku berhenti?! Beraninya kau?! Setiap melihat wajahnya, aku teringat selingkuhanmu! Betapa tidak setianya dirimu! Siapa yang mengambil putra kita! Anakku sendiri tewas karena dirinya! Semua ini karena dia!"

"PLAK!"

Sebuah tamparan keras mendarat di wajah Clara, membuatnya tersentak dan marah. Air mata jatuh di pipinya, meninggalkan bekas merah.

"Cla-Clara, maafkan aku." Magnus hendak merangkul istrinya, namun Clara menjauh.

"Jangan sentuh aku." Clara bergegas pergi, menahan wajahnya yang basah air mata, tak peduli lagi penampilannya. Para pelayan yang melihat hanya menutup mata dan menjauh dari kehidupan mereka yang penuh masalah.

Mereka tahu siapa yang harus disalahkan atas semua ini, tapi tak tahu siapa yang layak dikasihani.

Clara pernah dikhianati suaminya, dan wanita simpanannya melahirkan seorang anak. Meski wanita itu meninggal, anak tersebut dipulangkan karena tak ada yang merawatnya, dan Magnus takkan membiarkan anaknya sendiri ke panti asuhan.

Alexander meninggal muda saat melindungi saudara tirinya, Stefan, yang sejak kecil tak menerima kasih sayang dari orang tuanya. Ayahnya mengasuhnya, tetapi di antara mereka, ayahnya tetap lebih menyayangi Alexander, putra yang baik dan cerdas.

Sungguh sulit untuk menentukan siapa yang harus diberi simpati di antara mereka. Mungkin, mereka semua pantas mendapatkan simpati setelah mengalami begitu banyak hal hanya karena satu kesalahan kepala Keluarga.

Disisi lain Cayenne dan Stefan menikmati makan malam dengan tenang sebab mereka tidak memiliki alasan untuk merasa khawatir.

"Ngomong-ngomong, aku berniat mengambil cuti hari Jumat dari pekerjaanku di hotel untuk menghadiri acara penghargaan adikku. Menurutmu, apa bisa, atau lebih baik aku menukar jadwal dengan orang lain?"

Stefan mempertimbangkan sejenak, karena itu merupakan kali pertama dia dimintai bantuan oleh Cayenne. Dia ingin membantunya, seperti Cayenne yang telah banyak membantunya.

"Tanyakan dulu pada manajermu tentang kemungkinan itu atau jika ada rekan kerja yang bersedia menukar jadwal. Jika tidak ada solusi, beri tahu aku, dan aku akan mencoba membantumu."

"Terima kasih."

"Jangan berterima kasih dulu, aku belum melakukan apa pun."

"Kau sudah banyak membantuku. Banyak hal positif dalam hidupku terjadi sejak kau ada."

"Hei, itu terdengar seperti pernyataan perasaan untukku."

"Hah? Bagian yang mana?"

"Itu rahasia."

"Berhenti bercanda. Aku tidak akan mengaku apa pun. Teruslah bermimpi."

"Bermimpi? Jadi, kau tidak akan pernah jatuh cinta padaku?"

"Tentu saja tidak. Untuk apa aku jatuh cinta padamu? Malah mungkin kau yang akan jatuh cinta padaku."

Stefan tertawa mendengar jawabannya. Cayenne memiliki rasa percaya diri yang disukainya. Cayenne berbicara dengan jujur padanya.

Cayenne juga jujur tentang perasaannya. Dia tidak menutupi apapun dari Stefan, membuatnya merasa lebih dekat. Namun, Cayenne hanyalah terbuka seperti ini padanya, tidak kepada orang lain, bahkan keluarganya.

"Oke, kalau waktunya tiba, aku terima saja jika kalah."

"Hah? Kalah dalam hal apa?" Cayenne bertanya. Mereka sedang membicarakan soal perasaan, dan tiba-tiba tentang kalah. Terkadang, dia bingung dengan cara berpikir Stefan.

"Abaikan saja," ujar Stefan sambil melanjutkan makannya.

Ini pertama kalinya Cayenne makan di restoran mewah dengan seorang pria. Bahkan dengan sahabat lamanya, Arthur, dia tidak pernah melakukannya.

Dia selalu merasa perlu berhati-hati. Ada bahaya samar dalam cara Arthur memandangnya yang membuatnya merasa tidak nyaman.

"Besok mau berangkat pagi?" tanya Stefan sambil menyeruput jusnya.

"Ya, Aku harus sampai sebelum jam sepuluh pagi, agar adik adikku tidak mencemaskanku."

"Oke, aku akan antar kau besok."

"Mengantarku?"

"Ya, kenapa tidak?"

"Nanti orang-orang akan melihat kita bersama."

"Aku tidak akan keluar dari taksi."

"Kenapa kau mau mengantarku? Aku bisa pergi sendiri."

"Lebih aman jika aku bersamamu." Cayenne terdiam, bingung bagaimana menolak tawarannya.

"Mau pesan makanan penutup?"

"Jangan," Cayenne menolak. "Sudah malam, dan kita tidak bisa olahraga. Tidak baik untuk kesehatan."

"Aku tahu satu cara untuk berolahraga," Stefan berkata sambil mengedipkan mata, membuat Cayenne tersipu.

"Mau tahu?"

"Tidak, terima kasih." Cayenne menatapnya dengan datar. Menyadari Stefan hanya menggoda, ia berkata, "Ayo pulang ke rumah dan istirahat. Tidak mau tidur lebih awal?"

"Rumah," Stefan mengucapkannya dengan penuh perasaan. Ini sesuatu yang ia rindukan selama lima belas tahun dan kini ia punya seseorang untuk pulang. "Biar aku yang bayar tagihannya."

"Baiklah," Cayenne menunggu sambil menata topi dan maskernya. Pelayan datang membawa tagihan dan menyerahkannya pada Stefan.

Pelayan itu sudah melihat Cayenne sebelumnya dan memperhatikan interaksi mereka yang berbeda dari biasanya.

Setelah membayar, Stefan mengulurkan tangan.

"Untuk apa itu?"

"Untuk menggenggammu?"

"Kenapa harus melakukannya?"

"Karena di luar dingin, dan kau butuh kehangatan."

"Aku punya jaket."

"Tapi jaketmu tidak cukup tebal."

Cayenne ragu sejenak, sebelum menerima uluran tangan Stefan yang membimbingnya keluar bilik dengan puas.

Keberanian Stefan membuat Cayenne tak berdaya, jadi dia menurut. Stefan selalu memastikan wajah Cayenne tersembunyi di balik topi saat berjalan bersamanya.

"Menurutmu dia jatuh cinta padanya?" salah satu pelayan yang melihat mereka bertanya pada koleganya.

"Aku baru saja melihat postingan di internet tentang gadis yang sama. Berbeda dengan wanita-wanita lain yang dibawa Tuan Stefan sebelumnya."

"Siapa yang kau bicarakan?" Manajer restoran datang dan menemukan karyawannya membahas pelanggan mereka. Manajer wanita itu pernah memiliki hubungan dengan Stefan di masa lalu.

1
Estheraeliyxa
up selalu Thor/Smile/
Estheraeliyxa
rajin rajin up thor/Smile//Smile/
Estheraeliyxa
semangat thor upnya. rajin selalu ya/Smile//Smile/
Estheraeliyxa
up Thor lagi enak enak baca tiba tiba harus nunggu sambungannya
Tara
kok bisa ya. orang kaya tidak akur sama orang tua 😱😅🤔
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!