Seorang pemuda yatim piatu dan miskin yang tidak memiliki teman sama sekali, ingin merubah hidupnya. Buku warisan nenek nya menjawab tekadnya, 7 mentor atau guru yang berasal dari dunia lain yang jiwanya berada di dalam buku mengajari nya macam macam sampai dia menjadi orang yang serba bisa.
Kedatangan seorang gadis bar bar di hidupnya membuat dia mengetahui apa yang sebenarnya terjadi kepada keluarganya dan membuat dirinya menjadi yatim-piatu. Ternyata, semuanya ulah sebuah sekte atau sindikat yang berniat menguasai dunia dari balik layar dan bukan berasal dari dunia nya.
Akhirnya dengan kemampuan baru nya, dia bertekad membalas dendam pada musuh yang menghancurkan keluarganya dan menorehkan luka di keningnya bersama gadis bar bar yang keluarganya juga menjadi korban sindikat itu dan tentu juga bersama ke tujuh gurunya yang mendampingi dirinya.
Genre : Fantasi, fiksi, action, drama, komedi, supranatural.
mohon tinggalkan jejak ya, beri like atau komen agar author semangat upload.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mobs Jinsei, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 23
Keesokan harinya, karena Evan pergi ke rumah pak RT untuk membayar iuran dan mendiskusikan penjualan rumah nya, Bella berangkat ke sekolah sendiri. Ketika sudah berada di kelas, Bella merasa ada yang aneh, dia melihat beberapa siswi teman sekelas nya melihat dirinya dengan tatapan penuh amarah dan siswa teman sekelasnya memandang nya dengan tatapan aneh.
Tidak ada yang berbicara satu pun, mereka terlihat sibuk dengan urusan masing masing. Ada juga yang sedang makan dengan lahap dan banyak sampai terlihat seperti seseorang yang sangat rakus, namun tidak ada yang memperdulikannya. Semua itu membuat Bella sedikit merasa tidak nyaman,
“Ada apa ya ini ? mereka pada liatin gue kayak mau menyantap gue gitu, yang cewe kayak mau ngebunuh gue,” ujar Bella dalam hati.
“Tap,” Bella melihat temannya yang bernama Yuri melewati dirinya, dia langsung memegang lengan Yuri,
“Yur, tumben lo ga negor gue,” ujar Bella.
“Lepas Bel, perasaan gue lagi ga enak,” ujar Yuri sedikit ketus sambil mengibaskan tangan nya untuk melepaskan tangan Bella.
Yuri berlalu begitu saja tanpa menoleh melihat dirinya dan duduk kemudian merebahkan kepalanya di meja. Bella yang penasaran melihat Yuri, berniat mencari tahu apa yang terjadi padanya, dia berdiri dan duduk di seberang kursi Yuri,
“Yur, lo kenapa sih ? ga biasanya lo jutek gitu,” ujar Bella.
“Ga tau ah Bel, jangan ngajak gue ngomong gue dulu deh,” balas Yuri sambil menoleh ke arah lain.
“Cerita sih ama gue, lo lagi ada masalah ama cowo lo ?” tanya Bella.
“Diem yeh Bel, gue udah bilang gue lagi ga mau ngomong,” jawab Yuri.
“Dih lo gitu amat sih, ayolah cerita bre,” balas Bella sambil memegang pundak Yuli.
“Lo bisa diem ga !,” balas Yuri marah sambil menoleh menatap Bella.
Bella langsung terkesiap karena sekilas dia melihat mata Yuri berubah menjadi berwarna merah walau hanya sekejap. Bella mundur dan berdiri, dia mengangkat tangannya,
“So..sori Yur, gue balik ke tempat duduk,” ujar Bella.
Yuri tidak menjawab, dia menoleh ke arah lain, Bella kembali ke tempat duduk nya, kemudian dia melihat Dania yang sedang menatap nya dengan beringas seakan akan ingin melahap nya. Bella duduk di tempatnya dan berusaha mengacuhkan tatapan nya,
“Ini...ada apa sih ? tau gitu gue ga masuk tadi, mending nemenin Evan,” ujar Bella dalam hati.
Suasana semakin tidak nyaman ketika bel berbunyi dan seluruh teman sekelas masuk ke dalam, bu Ratna guru wali kelas mereka masuk dan terlihat moodnya sedang tidak bagus,
“Bahkan bu Ratna mukanya kayak gitu ya ? asli, hari ini aneh banget,” ujar Bella dalam hati.
“Tuk..tuk,” tiba tiba pundak Bella di colek dari belakang, dia menoleh dan melihat seorang siswa pria yang duduk di belakangnya, nama siswa itu adalah Kevin yang merupakan siswa pria yang berwajah cukup tampan dan banyak di gandrungi oleh para siswi.
“Apa Vin ?” tanya Bella.
“Bel, lo ngerasa ada yang aneh ga ?” tanya Kevin.
“Iya, lo juga ngerasa ?” tanya Bella.
“Iya, hari ini aneh, rasanya semua di kelas moodnya pada jelek deh, ada apa ya ?” tanya Kevin.
“Ga tau, gue juga ngerasa aneh,” jawab Bella.
“Gue mau keluar, lo mau ikut ga ?” tanya Kevin.
“Ya udeh, lo keluar duluan,” jawab Bella.
Kevin mengangkat tangannya dan minta ijin untuk ke toilet, tapi bu Ratna di depan tidak menggubrisnya, Kevin berdiri kemudian keluar dari kelas, tak lama kemudian, Bella berdiri dan karena dia melihat Kevin tidak di gubris oleh bu Ratna, dia langsung ngeloyor keluar dari kelas bahkan membawa tas milik nya bersama nya.
Ketika sampai di depan, Kevin menunggunya di depan toilet, Bella menghampiri Kevin yang heran karena Bella membawa tasnya,
“Lah lo mau balik ?” tanya Kevin.
“Iyalah, males, gue ga tau ada apa cuman gue males aja di sini,” jawab Bella.
“Hmm gue juga balik ajalah, dah tas biarin aja di kelas, besok aja ambil nya, lo mau kemana ?” tanya Kevin.
“Gue mau balik,” balas Bella singkat.
“Jalan dulu nyok, gue kalo balik jam segini di omelin,” ujar Kevin.
Bella berpikir, dia melihat jam di smartphone nya, kemungkinan Evan masih di rumah pak rt dan kalau dia pulang, tidak ada orang di rumah,
“Mau kemana ?” tanya Bella.
“Jalan aja, ke pertokoan deket sini aja, kan ada restoran cepet saji, kita makan aja di sono, trus nongkrong ampe istirahat baru pulang,” jawab Kevin.
“Ya udah deh ayo,” ujar Bella.
Keduanya keluar dari gedung sekolah, mereka saling membantu melompati pagar yang sudah di kunci, kemudian berlari menuju ke pertokoan di seberang sekolah. Ketika hampir sampai ke ruko gandeng restoran cepat saji, tiba tiba Kevin menarik lengan Bella masuk ke dalam gang,
“Apaan sih lo ?” tanya Bella sambil menarik lengannya dari genggaman Kevin.
“Sori Bel, gue sebenernya suka ama lo, gue selalu melihat lo di kelas, gue beneran mau nyobain lo, gue pengen lo mengandung anak gue,” jawab Kevin tiba tiba sambil membelakangi Bella.
“Lo ngomong apaan ? lo gila ya, kaga sudi gue ama lo, gue punya cowo,” balas Bella.
Kevin berbalik, Bella langsung terkejut karena kedua bola mata Kevin menjadi merah dan menatap Bella dengan tatapan mesum. Kevin berjalan maju mendekati Bella sambil terkekeh,
“Mau apa lo ?” tanya Bella sambil menyiapkan kuda kudanya.
Tiba tiba pandangan Kevin melayang ke belakang Bella, tentu saja Bella langsung menoleh, namun “grep,” kedua lengannya di pegang dari belakang dan langsung di piting, Bella kaget karena yang menyergap nya adalah Joni dan tiga anggota geng nya. Dia melihat wajah Joni yang tertawa dan terkekeh di belakangnya, tubuh Bella langsung gemetar,
“Mau apa lo...lepas....lepas,” teriak Bella.
“Haha ketangkep juga lo cewe liar (melihat Kevin) bos, abis lo giliran kita ber empat ya,” ujar Joni.
“Sip, bawa ke mobil gue,” ujar Kevin.
“Lepas ga, gue hajar lo semua,” teriak Bella.
“Diem lo, waktu itu gue kurang gara gara ada laki lo, sekarang dia ga ada, mampus lo,” ujar Joni yang mengencangkan pitingan nya.
“Aduh...lepas bego, sakit,” teriak Bella.
“Hehe udah bawa bang,” ujar anak buahnya.
Joni mulai mendorong Bella maju mengikuti Kevin untuk lebih masuk lagi ke dalam gang, Bella mulai ketakutan walau tetap meronta dan menendang nendang kaki Joni yang kokoh di belakang nya,
“Van, tolong aku Van,” ujarnya dalam hati.
“Uaaah,” tiba tiba seorang dari preman di belakang tumbang, Joni berbalik dengan Bella di depannya, Bella tidak melihat ada apa apa di depan, tapi tiba tiba seseorang turun dari atas di antara dua preman di depannya, “buaak,” orang itu menendang split ke kanan dan kiri membuat kedua preman itu terpental menghantam dinding. Wajah Bella langsung berubah dan air matanya mulai bercucuran melihat orang yang datang.
“Tolong Van,” teriak nya.
“Pasti,” balas Evan yang mendarat dan jongkok.
Mata Evan menatap ke arah Joni yang semakin erat memiting Bella, giginya gemeretak dan “swiish,” Evan menghilang, Joni terlihat bingung, dia menoleh memeriksa sekitarnya, namun “buaak,” tiba tiba kepala Joni di tendang dari samping oleh Evan yang berjalan di dinding dengan kecepatan luar biasa kemudian melompat menendangnya.
“Bruaaak,” Joni terpental masuk ke dalam tempat sampah, “blak,” Evan berjalan dan menutup tempat sampah nya, Bella langsung melompat memeluk Evan di depannya,
“Huaaaaa....aku takut Van, aku takut,” ujar Bella menangis.
“Iya iya, udah ya, masih ada satu lagi,” balas Evan sambil mengelus rambut Bella, namun matanya menatap tajam Kevin yang berdiri di belakang Bella dengan memasukkan kedua tangannya di kantung celana dan memiringkan kepalanya sambil tersenyum.