NovelToon NovelToon
Guruku Adalah Pacarku

Guruku Adalah Pacarku

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Dikelilingi wanita cantik / Crazy Rich/Konglomerat / Beda Usia / Teen Angst / Idola sekolah
Popularitas:2.3k
Nilai: 5
Nama Author: Grace caroline

GURUKU ADALAH CINTAKU, BIDADARI HATIKU, DAN CINTA PERTAMAKU.

******

"Anda mau kan jadi pacar saya?" Seorang pria muda berjongkok, menekuk satu kakinya ke belakang. Dia membawa sekuntum mawar, meraih tangan wanita di hadapannya.

Wanita itu, ehm Gurunya di sekolah hanya diam mematung, terkejut melihat pengungkapan cinta dari muridnya yang terkenal sebagai anak dari pemilik sekolah tempatnya bekerja, juga anak paling populer di sekolah dan di sukai banyak wanita. Pria di hadapannya ini adalah pria dingin, tidak punya teman dan pacar tapi tiba-tiba mengungkapkan cintanya ... sungguh mengejutkan.

"Saya suka sama anda, Bu. Anda mau kan menerima cinta saya?" lagi pria muda itu.

"Tapi saya gurumu, Kae. Saya sudah tua, apa kamu nggak malu punya pacar seperti saya?"

Sang pria pun berdiri, menatap tajam kearah wanita dewasa di hadapannya. "Apa perlu saya belikan anda satu buah pesawat agar anda menerima cinta saya? saya serius Bu, saya tidak main-main,"

"Tapi..."

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Grace caroline, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Episode 11. Boy Band Terkenal

Bel pulang sekolah berdentang, menandai berakhirnya pelajaran hari itu. Para siswa berhamburan keluar kelas, pulang ke rumah masing-masing. Kaesang pun bersiap untuk menyusul, ranselnya terbebani buku-buku.

Namun, langkahnya terhenti. Di depan pintu, Zefa dan kedua temannya berdiri, senyum lebar terukir di wajah mereka. "Ah, menyebalkan," gumam Kaesang dalam hati.

Zefa melangkah mendekati Kaesang yang berdiri kaku, matanya tertuju tajam ke arahnya. Zefa, yang tak henti-hentinya tersenyum, akhirnya sampai di hadapan Kaesang. Dengan lembut, Zefa meraih tangan Kaesang dan menyodorkan selembar kertas. Kaesang mengernyit, membaca undangan ulang tahun yang tertera di kertas itu.

"Dateng ya Kae, besok di acara ulang tahun aku. Aku mau ngadain party di hotel papa aku yang ada di daerah Rosebrand. Aku udah ngundang semuanya dan kamu harus Dateng. Aku bakal tunggu kamu," Usai melontarkan ucapannya, Zefa dan kedua temannya segera membalikkan badan, lalu beriringan keluar kelas.

Setelah tiga Wanita cabe-cabean itu pergi, Kaesang segera menuju tempat sampah yang ada di kelasnya, Lalu memasukkan kartu undangan itu ke dalamnya. Setelah membuang kartu undangan itu Kaesang segera keluar dari kelas dan berniat untuk pulang.

Tapi sesampainya dia di lorong menuju pintu keluar, tanpa sengaja dia melihat Tyas sedang ngobrol dengan seorang guru olahraga. Zaky.

Tyas asyik berbincang dengan guru itu, sampai terdengar tawa mereka bergema. Kaesang, entah kenapa, merasa sedikit risih melihat Tyas tertawa lepas bersama guru tersebut. Ia ingin sekali menarik tangan Tyas dan mengajaknya pergi dari sana.

Kaesang terus memperhatikan mereka hingga akhirnya Tyas dan guru itu berpisah di parkiran. Guru itu melaju dengan motor Satrianya, sementara Tyas menaiki Honda Beat-nya dan keduanya meninggalkan lingkungan sekolah.

"Kenapa rasanya kesel banget ya lihat Bu Tyas akrab dengan guru itu? rasanya kek pengen nyakar muka tuh guru, atau nendang dia keluar dari Genius High School ...

Huff, aneh banget gue akhir-akhir ini. Kebanyakan pikiran kali ya," Kaesang menggeleng pelan, berusaha menenangkan diri. Rasa jengkel dan pikiran yang kusut tiba-tiba menyerbu, tapi ia berusaha mengusirnya.

Dengan cepat, dia masuk ke mobil, menyelipkan sabuk pengaman, dan menghidupkan mesin. Segera, mobilnya meluncur meninggalkan halaman sekolah.

Mobil Kaesang melaju cukup jauh dari sekolah, dan rasa ngantuk mulai menyergap. "Ah, ngopi dulu deh," gumamnya, sambil membelokkan stir menuju cafe favoritnya.

Tapi, takdir punya rencana lain. Di tengah perjalanan, matanya menangkap sosok Tyas di pinggir jalan. Ia sedang memberikan dua bungkus makanan kepada beberapa pengemis. Entah sengaja atau tidak, pertemuan tak terduga ini membuat Kaesang tersenyum.

Rasa penasaran menggerogoti Kaesang. Ia pun menghentikan mobilnya di tepi jalan, ingin tahu lebih dekat apa yang sedang Tyas lakukan. Ternyata, Tyas sedang memberikan dua bungkus makanan kepada para pengemis di pinggir jalan. Setelah selesai memberikan bungkusan itu kepada para pengemis, Tyas langsung tancap gas, meluncur pergi dengan motor Beat-nya.

"Semakin penasaran. Ternyata dia sebaik ini. Unik," Kaesang pun turut pergi dari sana. Tadinya, dia kepingin mampir ke kafe favoritnya, tapi akhirnya dia urungkan niatnya. Dia akan pulang ke rumah, ingin istirahat dan nge-gym di gym pribadinya di kamarnya.

Kaesang tiba di rumah dan segera memasukkan mobilnya di ruang garasi. Setelah memarkirkan si kuda besi, Kaesang bergegas menaiki lift yang ada di sana yang langsung menuju ke kamarnya.

Begitu menginjakkan kaki di kamar, Kaesang langsung menuju lemari dan mengambil satu set baju santai yang ada di dalamnya.

Seragam sekolah yang membatasi gerak pun ditanggalkan, diganti dengan kaos dan celana pendek yang diambilnya dari dalam almari. Langkahnya kemudian beralih ke ruang gym, siap untuk melepaskan penat dengan berolahraga.

Namun, baru beberapa menit berlalu, ketukan pelan terdengar di pintu. Kaesang yang sedang asyik berolahraga, hanya menggerutu pelan dan memilih untuk mengabaikannya. Ketukan itu semakin keras dan beruntun, membuat Kaesang akhirnya menyerah. Dengan malas, ia keluar dari ruang gym dan membuka pintu kamarnya.

Dipikirannya yang mengetuk pintu itu adalah mamanya, tapi rupanya bukan. Yang membuka pintu itu adalah papanya. Wajahnya terlihat marah. Ada apa sebenarnya?

"Masuk, Pa," Melihat raut wajah sang papa yang sedikit masam, Kaesang buru-buru mempersilakan papanya untuk masuk ke dalam kamarnya dan duduk di sofa yang ada di kamar itu.

Tanpa basa-basi papanya segera membuka suara dan mengatakan apa tujuannya mendatangi Kaesang di kamarnya.

Suaranya terdengar serius, matanya menatap tajam, membuat Kaesang mengerutkan kening. "Ada yang mau dibicarain?"

Pandangan Kaesang langsung tertuju pada wajah papanya. Rasa penasaran menggerogoti hatinya. Apa yang membuat papanya sampai harus datang ke kamarnya?

"Kae, Kamu marah ya sama mama kamu? Mama kamu ada salah apa, Kae, Kenapa kamu marah sama dia?" Tanya Indra to the point. Wajahnya masih begitu serius dan matanya tajam.

Kaesang menelan ludahnya susah payah mendengar apa yang papanya tanyakan kepadanya. Rupanya papanya menyadari perubahan sikapnya, baik kepada Papanya maupun kepada keluarga lainnya.

Tanpa sedikitpun menyunggingkan senyum, Kaesang membalas. Dia mengalihkan pandangannya ke arah lain, seakan menghindari tatapan sang papa.

"Siapa yang marah sama mama? aku nggak marah tuh sama mama." Sebenarnya memang benar Kaesang sedang marah dengan mamanya, tapi dia berusaha untuk tidak mengatakan apa yang membuatnya marah itu kepada siapapun termasuk papanya.

"Kae, kamu nggak usah bohong deh sama Papa. Papa bisa lihat dari raut wajah kamu dan kata-kata kamu saat ngomong sama mama. Kamu lagi marah sama dia, iya kan?

Apa yang membuat kamu marah sama mama kamu? Dia ada salah ya? Kalau memang ada salah tolong kamu maafin mama kamu. Jangan kayak anak-anak gini!" Indra mengerutkan kening, suaranya sedikit meninggi.

Sorot matanya berubah tajam, seakan menyimpan amarah yang siap meledak.

Kaesang yang tidak suka didesak seperti ini segera ikutan marah. Dia sangat tidak suka dengan semua kata-kata papanya. Di sini papanya seperti menyalahkannya tanpa mau mendengar alasannya. Kaesang sudah sangat muak dengan semuanya.

"Pasti Mama kan yang ngelaporin ini ke Papa? Yang bilang kalau aku gini-gini gitu? Aku tuh nggak marah sama mama. Mama aja kali yang ngerasa begitu. Aku biasa aja kok dari dulu." Kaesang sepertinya masih ragu untuk jujur. Mungkin dia takut kalau alasannya dianggap sepele dan malah nggak didukung sama papanya atau siapapun.

Indra tidak kuat lagi untuk berbicara panjang dengan Kaesang. Dia pun menghela napas kasar. "Ya udah deh terserah kamu. Lusa kamu harus ikut ya. Kalau memang kamu nggak marah sama mama kamu, kamu harus ikut buat jemput Lingga di bandara ...

Lusa itu sebenarnya Papa mau ikut jemput adik kamu, tapi karena tiba-tiba papa ada kerjaan di Thailand ya, Papa nggak jadi buat ikut. Kalian berdua aja yang jemput Lingga di bandara." Indra tetap memaksa Kaesang untuk ikut menjemput Lingga di bandara besok lusa.

Sebenarnya malas bagi Kaesang untuk ikut, terlebih dia harus berada berdua saja dengan mamanya di dalam mobil. Tapi karena tidak ada pilihan lain akhirnya Kaesang pun mengalah dan bersedia untuk ikut.

"Oke, aku ikut," sahut Kaesang singkat, raut wajahnya datar.

Indra terlihat senang melihat Kaesang bersedia untuk ikut menjemput Lingga di bandara besok lusa. "Nah gitu dong. Ya udah papa keluar dulu ya, bentar lagi Papa mau terbang ke Samarinda buat ngecek kerjaan. Kamu habis ini makan ya, tadi Mama kamu udah nyuruh bibi buat masakin masakan kesukaan kamu ... 

Sekarang mamamu ada di ruang makan, katanya mau nunggu kamu. Kamu turun ya, Papa keluar dulu." Indra beranjak dari duduknya dan keluar dari kamar Kaesang.

Setelah papanya pergi, Kaesang bangkit berdiri dari sofa dan kembali ke ruang gym.

*************

Keesokan harinya ...

Di hotel mewah milik papanya, The Hans-Swithton, Zefa tengah merayakan ulang tahunnya. Pesta ini sangat istimewa, ia mengundang seluruh teman-temannya dari sekolah dan juga kerabat dekatnya.

Saat acara dimulai, Zefa tampil memukau dengan gaun cantik yang dipesannya langsung dari Korea Selatan. Rambutnya terurai indah, memancarkan pesonanya yang memikat. Dekorasinya unik dan asyik, bikin suasana pesta makin semarak.

Zefa, yang menggemari boy band Korea Betes, telah menyiapkan konsep pesta yang menyerupai konser boy band Korea. Dekorasinya didominasi warna ungu, warna yang elegan dan misterius, khas budaya pop Korea. Gaun Zefa pun berwarna ungu, selaras dengan tema pesta.

Musik boy band Korea favoritnya mengalun merdu, menambah keseruan suasana pesta. Zefa penasaran, apakah Kaesang telah datang. Ia melirik ke pintu depan, namun Kaesang belum terlihat.

Zefa akhirnya memutuskan untuk memulai acara tanpa Kaesang. Setelah memotong kue, ia kembali ke pintu depan, berharap Kaesang telah datang. Tapi ternyata, Kaesang masih belum datang. Apakah Kaesang sebenci itu dengannya hingga tidak mau datang?

"Wah bagus banget ya suasananya," 

"KPop banget!" 

"Itu tuh boy band terkenal!" 

"Boy band yang dapet banyak penghargaan, yang bahkan di akui petinggi luar negeri!"

"Iya, dia cewek unik. Apa yang dia suka juga gue suka," 

"Wah bagus. Aku suka." 

Zefa masih terpaku menatap pintu, tak peduli dengan riuh rendah para tamu dan tepukan tangan yang menggema di ruangan. Hatinya berharap Kaesang akan muncul di balik pintu itu. Sayang, harapannya sirna. Acara hampir berakhir, namun Kaesang tak kunjung datang.

"Turns out he didn't come. Well, looks like he's busy." Zefa berbalik, kembali ke tengah pesta. Dia akan memulai sesi terakhir, yakni karaokean dan pesta pora.

Bersambung ...

1
Misnati Msn
Lanjut
◍•Grace Caroline•◍: makasih kak.
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!