Amora Kiyoko, seorang gadis yatim piatu yang lembut hati, menjalani hidup penuh cobaan. Ia tinggal bersama bibinya, Tessa, dan sepupunya, Keyla, yang memperlakukannya dengan kejam.
Di tempat lain, Arhan Saskara, CEO muda PT Saskara Group, tengah menghadapi masalah di perusahaannya. Sikapnya yang dingin dan tegas membuat semua orang segan, kecuali sahabatnya, Galang Frederick.
Hari itu, ia ada pertemuan penting di sebuah restoran, tempat di mana Amora baru saja bekerja sebagai pelayan.
Namun, saat hendak menyajikan kopi untuk Arhan, Amora tanpa sengaja menumpahkannya ke tangan pria itu. Arhan meringis menahan sakit, sementara Galang memarahi Amora, "Kau ini bisa kerja atau tidak?!"
Penasaran kelanjutan cerita nya, yuk ikuti terus kisahnya, beri dukungan dan votenya🙏🏻😊
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zhy-Chan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Up 12
Kinanti tertawa sinis sambil mengeluarkan foto pernikahannya. “Lihat ini! Masih mau bilang gak tahu apa-apa?”
Rara menatap Amora tajam. “Tinggalkan Arhan. Jangan ganggu rumah tangga anak saya!”
Amora menggeleng keras. “Kalian pasti bohong…”
Kinanti mendorong Amora hingga tubuhnya terbentur meja. Perutnya terkena sudut meja, dan ia jatuh sambil memegangi perutnya.
“Akhhh… Tante… sakit…” Amora meringis kesakitan.
Melihat darah yang mulai mengalir, Kinanti tampak panik. “Ma, kayaknya dia beneran kesakitan. Mending kita pergi sekarang!”
Mereka berdua segera meninggalkan apartemen, meninggalkan Amora yang terbaring lemah di lantai. Dengan perut yang terasa sangat sakit, ia menangis histeris. “Kak Arhan, kamu jahat! Kamu beri aku harapan yang gak akan pernah jadi kenyataan! Akhh… sakit sekali… hiks…”
Beberapa saat kemudian, Zeline datang. Ia terkejut melihat kondisi Amora yang tergeletak di lantai dengan darah di sekitarnya. Tanpa pikir panjang, Zeline membawanya ke rumah sakit.
Setelah mendapat penanganan, dokter mengonfirmasi bahwa Amora mengalami keguguran. Saat Zeline masuk ke ruang rawat, ia melihat Amora duduk termenung dengan mata yang sembab.
"Raaa…” panggil Zeline lembut.
Amora menoleh dengan wajah penuh kesedihan. “Kenapa, Zel? Kenapa takdir begitu kejam? Kenapa aku dipermainkan seperti ini?”
Zeline duduk di sampingnya, menggenggam tangannya erat. “Lo yang sabar ya, Ra. Gue udah dengar dari dokter soal semuanya…”
Amora mulai terisak. “Ibu macam apa aku,Zel ? Aku bahkan gak tahu kalau aku mengandung. Karena kebodohanku, aku kehilangan anakku…”
Zeline memeluknya. “Ra, udah ya… Lo harus ikhlas. Mungkin ini jalan terbaik buat lo. Lo bisa memulai hidup baru.”
Amora menghapus air matanya. “Kamu benar, Zel. Aku harus pergi dari hidup Kak Arhan.”
Zeline tersenyum tipis. “Apapun keputusan lo, gue pasti dukung.”
Zeline memandang Amora dengan tatapan khawatir di pagi yang tenang. "Raa, lo yakin mau pergi sekarang? Kondisi lo masih belum sepenuhnya pulih.”
Amora tersenyum tipis, meski wajahnya penuh dengan kepedihan. “Aku yakin. Lebih cepat lebih baik. Aku gak bisa tinggal di sini lebih lama.”
“Tapi lo ninggalin semuanya begitu aja. Lo yakin ini jalan yang terbaik?”
Amora mengangguk pelan sambil menyerahkan sebuah amplop. “Aku titip surat ini buat Kak Arhan. Tapi Zel, jangan pernah kasih tahu dia ke mana aku pergi.”
Zeline terdiam, mencoba memahami tekad sahabatnya. “Haruskah sejauh ini, Ra?”
“Hem,” jawab Amora pendek, namun matanya penuh keyakinan.
Zeline menggenggam tangan Amora erat. “Jangan lupain gue, ya. Lo di sana jaga kesehatan.”
Amora menatapnya, matanya mulai berkaca-kaca. “Kamu juga, Zel. Terima kasih untuk semuanya. Aku pasti akan merindukanmu.”
Zeline mengangguk pelan, menahan emosinya. “Hati-hati, Ra.”
Amora melangkah pergi, meninggalkan Indonesia menuju Jepang, mencoba memulai hidup baru meski hatinya masih penuh luka.
Hari itu, Arhan kembali dari Majalengka. Wajahnya penuh semangat, membawa buket bunga besar untuk Amora. Ia membayangkan senyum wanita yang dicintainya menyambutnya di pintu apartemen. Namun, saat tiba, ia terkejut mendapati apartemen itu kosong.
“Amora?” panggilnya, tapi hanya kesunyian yang menjawab.
Mengira Amora mungkin ada di tempat Zeline, Arhan segera menyusul ke rumahnya.
Tok… tok…
Pintu terbuka, dan Zeline berdiri di sana, terkejut melihat Arhan.
“Arhan, lo…”
“Amora ada di dalam, kan?” tanyanya dengan nada cemas.
Zeline ragu sejenak sebelum menyerahkan sebuah amplop. “Dia gak ada di sini, Han. Tapi ini dari Amora. Mending lo baca sendiri.”
mohon dukungan like dan vote nya 🙏🏻😁