Setelah menjatuhkan talak pada Amira, Reifan menyesalinya. Reifan ingin merujuk Amira, setelah dia tahu kalau perceraian mereka terjadi hanya karena kesalahpahaman. Selama ini Amira hanya di fitnah oleh ibu mertuanya. Dan setelah Reifan mengetahui hal itu, Reifan menyesal dan ingin menebus kesalahannya dengan merujuk Amira. Namun tanpa sadar Reifan telah mentalak Amira sebanyak tiga kali, sehingga tidak bisa membuat mereka rujuk lagi kecuali Amira menikah lagi dengan lelaki lain dan bercerai dengan lelaki itu.
Apa yang akan Reifan lakukan untuk bisa kembali dengan Amira?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aina syifa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kangen
Ring ring ring ....
Ponsel Aditya tiba-tiba berdering. Aditya merogoh ponselnya yang ada di saku kemejanya.
"Bu Amira, aku angkat telpon dulu ya."
"Iya."
Aditya keluar untuk mengangkat panggilan dari adiknya.
"Halo Sar. Ada apa?"
"Mas, kamu bisa pulang sekarang nggak Mas? ibu Mas, ibu. Dia baru saja jatuh dari kamar mandi."
"Apa! terus?"
"Ibu nggak bisa jalan sekarang Mas."
"Ya sudah, aku akan pulang sekarang. Kita langsung bawa ibu ke rumah sakit ya."
"Iya Mas. Cepat ya Mas!"
"Iya."
Setelah menutup saluran telponnya, Aditya buru-buru berpamitan pada Amira.
"Bu Amira, saya pulang dulu ya Bu. Tadi adik saya nelpon. Katanya ibu saya barusan jatuh dari kamar mandi."
Amira terkejut saat mendengar ucapan Aditya.
"Ibu kamu jatuh dari kamar mandi?terus bagaimana kondisinya sekarang?"
"Ibu aku nggak bisa jalan. Dan aku akan membawanya ke rumah sakit."
"Yang sabar ya Dit. Aku doain semoga ibu kamu cepat sembuh."
Aditya mengangguk. Setelah itu dia pergi meninggalkan rumah Amira. Aditya masuk ke dalam mobil dan meluncur pergi meninggalkan rumah Amira.
Sesampainya di depan rumahnya, Aditya buru-buru turun dari mobilnya. Setelah itu dia masuk ke dalam rumahnya.
"Mas Adit. Syukurlah kamu sudah pulang. Ibu Mas. Ibu sepertinya patah tulang. Dia nggak bisa jalan setelah jatuh."
"Ya udah, ayo kita bawa ibu ke rumah sakit."
"Iya."
Aditya dan Sari kemudian membawa ibu mereka ke rumah sakit.
***
Sudah dua hari Aditya tidak masuk kantor. Sejak ibunya jatuh, Aditya yang menemani ibunya di rumah sakit. Karena Sari adik Aditya punya bayi di rumah. Jadi dia tidak bisa menemani ibunya.
"Adit, ibu haus."
"Ibu mau minum?"
Bu Dewi mengangguk.
Aditya kemudian mengambilkan minum untuk ibunya.
"Makasih," ucap bu Dewi.
Aditya meletakan kembali gelas di atas nakas.
"Ibu sudah tua. Sudah sakit-sakitan seperti ini. Kapan ibu bisa melihat kamu menikah. Sari saja sudah punya dua anak Dit. Sebelum pergi, ibu pengin melihat kamu menikah. Ibu pengin menggendong cucu dari kamu Dit."
"Iya. Sabar ya Bu. Mungkin Allah belum ngasih aku jodoh. Kalau Allah sudah ngasih aku jodoh, aku pasti akan nikah kok. Dan Allah maha tahu apa yang ada di dalam hati hambaNya. Ibu nggak usah khawatir. Dalam waktu dekat ini, aku pasti akan nikah."
Di sela-sela Aditya berbincang dengan ibunya, tiba-tiba Reifan datang menghampiri mereka.
"Dit, maaf ya. Saya baru sempat datang ke sini," ucap Reifan.
"Nggak apa-apa Pak. Anda kan orang sibuk. Anda sudah punya waktu untuk menjenguk ibu, saya juga sudah senang."
Reifan meletakan parcel buah di atas nakas. Setelah itu dia menatap Bu Dewi lekat.
"Bagaimana kabar Tante?"
"Sudah baikan Nak Reifan."
"Syukurlah. Kata Aditya Tante nggak bisa jalan?"
"Iya. Tante patah tulang. Dan kata dokter,Tante harus segera di operasi. Tapi Tante bilang sama Aditya, Tante tidak perlu oprasi . Karena operasi biayanya mahal. Aditya dan Sari nggak ada uang untuk biaya operasi . Jadi Tante memilih untuk rawat jalan saja sama ke tukang urut."
Reifan menatap Aditya tajam.
"Kenapa kamu tidak pernah bilang kalau ibu kamu harus dioperasi dan membutuhkan biaya banyak. Kalau tahu seperti ini, aku pasti akan membantu biaya operasi ibu kami Dit."
"Pak Reifan. Tidak perlu repot-repot Pak. Saya sudah banyak merepotkan Pak Reifan. Saya tidak mau merepotkan Pak Reifan lagi."
"Kita bicara di luar Dit," ajak Reifan.
Aditya mengangguk. Setelah itu dia mengikuti Reifan keluar dari ruangan Bu Dewi.
"Kamu masih ingat kan tawaran aku kemarin. Kamu menikah dengan Amira, setelah itu kamu ceraikan Amira agar aku bisa rujuk dengan Amira. Lalu aku akan membiayai operasi ibu kamu. Gimana?"
Aditya tidak punya pilihan lain selain menerima tawaran Reifan untuk menikah dengan Amira. Aditya juga sudah bicara dengan Amira kemarin kalau Amira setuju untuk menikah dengannya. Bu Dewi juga sudah mendesak Aditya untuk menikah, dan Aditya harus punya calon istri untuk bisa dikenalkan ke ibunya agar ibunya bisa tenang.
Kata-kata Amira kemarin ada benarnya juga. Kalau aku menikah dengannya, itu akan sama-sama menguntungkan. Amira dan Reifan bisa rujuk, aku juga bisa membayar biayai operasi ibu dan ibu juga pasti bahagia kalau aku sudah menikah. Kalau soal perasaan, itu urusan belakangan yang terpenting sekarang adalah ibu, batin Aditya.
"Gimana Dit?" tanya Reifan.
Setelah lama berfikir, Aditya akhirnya menerima tawaran Reifan untuk menikah dengan Amira.
"Aku akan beri waktu kamu, tiga bulan untuk bersama Amira. Setelah itu kamu harus menceraikannya agar dia bisa rujuk dan menikah denganku."
Aditya mengangguk.
"Baik Pak Reifan. Aku akan terima tawaran Pak Reifan."
"Bagus. Bilang sama dokter, lakukan operasi sekarang juga. Agar ibu kamu cepat sembuh. Dan kamu cepat-cepatlah menikah dengan Amira."
"Iya Pak. Terimakasih banyak untuk bantuannya."
"Saya akan bicara dengan Amira, untuk membahas pernikahan kalian."
"Iya Pak. Terserah bapak saja."
"Ya udah, aku pergi dulu ya. Aku masih punya banyak urusan. Jaga ibu kamu baik-baik."
"Iya Pak."
Setelah berpamitan dengan Aditya, Reifan kemudian pergi. Reifan masuk ke dalam mobilnya dan meluncur pergi meninggalkan rumah sakit. Sepertinya dia akan menemui Amira di rumah baru.
Sesampainya Reifan di depan rumah Amira, Reifan turun dari mobilnya. Setelah itu dia mengetuk pintu rumah Amira. Beberapa saat kemudian, Bik Atun membuka pintu.
"Cari siapa Pak?" tanya Bik Atun. Tampaknya dia belum mengenal betul seperti apa ayah kandung Kayla.
"Saya cari Amira Bik."
"Anda siapa ya?"
"Saya ayah kandung Kayla."
"Oh Pak Reifan yah? ayo masuk Pak. Bu Amira dan Mbak Kayla ada di dalam."
Reifan masuk ke dalam rumah Amira dan mengikuti Bik Atun. Sesampainya di ruang tengah, Reifan melihat Kayla sedang belajar. Reifan buru-buru menghampiri Kayla.
"Kay, kamu belajar sendirian? mana Mama kamu?" tanya Reifan.
Kayla tersenyum lebar saat melihat ayahnya. Kayla kemudian bangkit dari duduknya dan langsung memeluk ayahnya.
"Papa, aku kangen."
Reifan mensejajarkan tubuhnya dengan tubuh Kayla.
"Papa juga kangen sama Kayla."
Beberapa saat kemudian, Amira menghampiri Reifan dan Kayla di ruang tengah.
"Mas Reifan, kamu sudah dari tadi di sini?" tanya Amira.
"Aku baru sampai kok."
Reifan bangkit berdiri. Setelah itu dia mendekati Amira.
"Kamu sudah makan malam?" tanya Reifan.
Amira menggeleng.
"Gimana kalau kita makan malam di luar."
"Kita mau ajak Kayla juga?"
"Nggak usah. Kita berdua aja. Aku kangen pengin berduaan sama kamu."
"Ya udah, Kayla biar sama Bik Atun saja. Tapi aku mau siap-siap dulu ya."
"Iya. Dandan yang cantik ya Amira."
Amira tersenyum. Setelah itu dia buru-buru ke kamarnya untuk bersiap-siap. Setelah siap, Amira kembali menghampiri Reifan di ruang tengah.